30

Suasana yang sebenarnya sudah sunyi, seolah makin senyap setelah kata terakhir itu diucapkan Manur. Semua yang ada di situ mematung dengan mulut menganga atau mata membelalak. Mereka tentu tahu siapa Nagra. Mereka mengerti arah pembicaraan Manur.

“Manur? Putriku?” Konfirmasi dari Nagra seolah mengundang hawa dingin ke tempat itu. “A… Aku… Hei, kalian! Bebaskan tawanannya. Aku tidak mau putriku melihat yang seperti ini!”

Para tawanan segera berlari keluar, sementara orang-orang Nagrasala justru semakin waspada. Manur berdiri, kembali memunggungi Nagra.

“Sebelum kita lanjutkan reuni ini, aku ingin bertanya kepada calon suamiku ini, Ayah,” gumam Manur dengan tubuh bergetar, memberikan pandangan jijik kepada Aji, yang kini menunduk dalam-dalam. “Kenapa kau melakukan ini, Aji? Kenapa kau berkomplot dengan Nagrasala? Aku ini benar-benar memercayaimu.”

Alih-alih memberi jawaban, Aji malah semakin menunduk. Manur sampai tak bisa melihat ekspresi kekasihnya itu.