“Jadi, apakah ada yang mau mengajukan sesuatu lagi?” tanya Raja di sebuah ruangan dengan pusat sebuah meja besar memanjang. Matanya berkeliling memandangi para anggota dewan yang kebanyakan sudah keriput dan beruban.
“Izinkan saya, Yang Mulia.” Seorang anggota wanita bertubuh subur mengangkat tangan.
Raja tersenyum tipis, menoleh kepada sang patih yang duduk di sebelahnya, seorang pria tua bungkuk dengan rambut dan jenggot panjang keabu-abuan. Sang patih cuma mengangguk pelan.
“Baiklah, silahkan Nyai Arkadewi,” kata raja, menahan diri untuk tak menguap.
“Ini tentang calon permaisuri baru Anda, Yang Mulia” timpal si anggota dewan, setelah sebelumnya memberi penghormatan. “Saya rasa, rakyat Narekta sudah sangat merindukan sosok ibu negara.”
Bisik-bisik anggota mulai memenuhi ruangan. Raja pun mengangkat tangan agar semuanya diam.