“Silahkan, Yang Mulia.” Lesmana menyodorkan nampan emas berisi blangkon kepada raja yang baru keluar dari ruang rapat.
Raja melepaskan mahkota emas dengan motif berbagai macam bunga, menggantinya dengan blangkon itu. Kemudian, dia berjalan dengan didampingi Lesmana dan dua prajurit.
“Rapat dengan mereka itu tak pernah menyenangkan,” desah raja. “Mereka lebih seperti kumpulan bocah pengoceh, daripada perwakilan rakyat. Besok juga aku harus rapat dengan para menteri yang tak kalah berisiknya… Ah, aku jadi melantur. Bagaimana kabar putriku, Lesmana?”
“Mohon maaf, Yang Mulia. Putri Manur lagi-lagi kabur dari kejaran. Bahkan dia berhasil merebut pusaka logam Walaka murni itu dan menculik Catra,” jawab Lesmana.
“Sayang sekali, Catra adalah salah satu yang terbaik.” Raja sedikit menggelengkan kepala. “Lalu, apakah kau sudah tahu tujuan putriku selanjutnya?”