37

7 Bulan yang lalu.

Kaki Lesmana terus bergerak lincah. Pedangnya berkali-kali menusuk dan menyabet musuh-musuhnya yang bertopeng kayu. Luka-luka yang dibuat Lesmana begitu tipis, tapi sudah cukup membuat para musuh bertumbangan dengan ekspresi penuh teror.

“Hmmm… Menarik, aku tidak pernah melihat senjata seperti itu selama hidupku.” Seorang pria tua berkumis tipis menghampiri Lesmana. “Di mana kau mendapatkannya?”

Lesmana tak langsung menjawab. Dia sibuk menghujamkan pedangnya ke titik-titik vital para musuh, mengakhiri penderitaan mereka dengan hadiah kematian.

“Dari negeri jauh, Ki Surya. Bukan hanya senjatanya saja. Untuk menggunakannya, aku juga butuh latihan sekaligus melakukan ritual khusus.” Lesmana mengusap keringat di wajah, lantas memasukan pedangnya ke sarung, samasekali tak memandang lawan bicaranya itu.