38

Beberapa hari berlalu setelah dirinya ditangkap, Manur mendengar derit pintu ruangan yang dibuka. Ia langsung berhenti berdendang dan segera menyembunyikan koinnya ke balik bantal. Seorang wanita rupawan pun masuk dengan didampingi dua pelayan. Yang satu membawa baskom berisi air, satunya lagi membawa kain pembersih dan baju. Ketiganya memberi penghormatan kepada Manur.

Manur menghela napas begitu panjang. “Aku masih belum ingin ganti baju, Mbak Catra. Aku juga inginnya mandi, bukan diseka seperti bayi. Dan aku ingin melakukannya sendiri. Aku tak suka orang lain melihat tubuh telanjangku, wanita sekalipun.”

Mengembangkan senyum, Catra yang megenakan kebaya coklat dan atribut kuning menunjukkan kedua telapak tangannya. “Yakin?”

Menghela napas lagi, Manur berdiri dari dipan, mulai melepaskan pengait di kembennya. “Tangan Mbak Catra itu kuat sekali seperti tangan orangutan.”

“Putri pernah bertemu orangutan?” Catra membantu Manur melepaskan busana.