48

Setelah perjalanan singkat, mereka tiba di sebuah rumah yang tak terlalu berbeda dibandingkan rumah lain di sekitarnya, kecuali ukurannya yang sedikit lebih besar, dihiasi tulisan ‘pandai besi’ di dinding, serta dilengkapi ruang terbuka beratap di sampingnya.

“Kalian kaget karena tempatnya terlalu biasa, ya?” tanya empu Paser saat Daru dan Manur memerhatikan tungku batu, landasan untuk menempa, batu-batu pengasah, serta alat pertukangan lainnya yang ada di ruang terbuka itu. “Itu untuk mencari sesuap nasi saja. Kalau membuat pusaka, aku tidak melakukannya di situ.”

“Kalau begitu, Empu membuat pusaka di mana?” Manur sedikit menggaruk rambutnya.

“Di kamarku. Tapi maaf, untuk sekarang kalian tak bisa melihat isinya.” Empu Paser terkekeh, membuka pintu rumahnya. “Silahkan masuk.”

Manur dan Daru memasuki ruang depan rumah itu. Begitu sang empu menyalakan sentir, mereka hanya menemukan rak-rak kayu berisi berbagai macam senjata.