“Berhati-hatilah. Mereka pasti akan berkeliling mencarimu,” ujar Niskala, setelah Galih memasukkan karung berisi bagian-bagian zirah ke sebuah kereta kuda.
“A… Apa mereka tidak akan tahu kita di sini?” tanya Awu yang baru keluar dari pintu belakang rumah Niskala, tengah mengerudungkan selendang ke kepalanya.
“Jujur saja, aku tak bisa menjamin kalau mereka tak akan mendatangi kita,” timpal Niskala, mengamati rambut Awu yang kini berwarna hitam setelah diwarnai dengan cairan merang yang dibakar. “Hei, kau cocok juga berpenampilan seperti itu, walaupun matamu birumu itu masih mencolok. Untungnya alismu berwarna gelap.
Jarak napas Awu mulai merapat. “Kalau mereka tahu kita di sini, bisa-bisa…”
“Sudah kubilang, yang mengawalmu ini pemegang ajian Lembu Sekilan. Bahkan kalau mau, mungkin dia bisa melawan Nagra,” potong Niskala cepat.
“Tidak. Aku pernah dibuat cedera oleh Nagra. Bahkan aku juga pernah dikalahkan mantan prajurit biasa,” balas Galih.