Hari-hari selanjutnya dilalui Catra dengan cerita Fa dan lantunan tembang dari Ningsih. Namun, kali ini yang didengarnya bukan itu-itu saja. Fa banyak mengisahkan serial Jangkrik Penjorangan, juga beberapa dongeng lainnya. Begitupun dengan Ningsih, tembang yang dilantunkan begitu bervariasi, dari yang mengenai permainan anak-anak, pelajaran hidup, sampai percintaan.
“Aku dulu sering mendengar tembang ini,” gumam Catra saat Ningsih mendendangkan Rekta ing Wana. “Putri Manur mendendangkannya setiap hari waktu dia disekap oleh ayahnya sendiri.”
Serta-merta Ningsih menghentikan kegiatannya menyisir rambut Catra. “Aku tak tahu dia bisa berdendang.”
“Mungkin karena dia lama menghilang, jadi kemampuannya itu tak banyak diketahui orang.” Catra menelan ludah. Setelah berhari-hari berusaha untuk tak menanggapi orang yang telah mengurusnya, memberikan perhatian, serta rela menangis untuknya ini, akhirnya pertahanan Catra jebol.