74

Daru melongok ke salah satu kamar di rumah empu Paser, memerhatikan Catra yang tengah memeluk Sita. Pikiran Daru pun kembali ke masa-masa dirinya yang dulu. Dirinya yang baru saja menjadi saksi kematian orangtuanya sendiri.

Mendapat kontak mata dari Catra, Daru mundur secara perlahan, mendatangi Manur yang duduk di bangku ruang tengah.

“Hujannya deras sekali, ya?” gumam sang putri. Perhatiannya tertuju jendela yang terbuka, tak memedulikan masuknya percikan-percikan air hujan

Abu telah dihalau hujan, orang-orang sudah pulang ke rumah masing-masing, anak-anak panti berpindah sementara ke balai desa. Nantinya keseharian akan berlanjut kembali, meski mungkin harus diiringi gempa-gempa susulan yang kecil. Namun, Daru yakin semua ini tak akan sama lagi. Tidak untuk Sita. Tidak untuk anak-anak panti.

Daru menutup jendela itu, sedikit meredam gemuruh hujan. “Kata orang, hujan besar setelah bencana besar seperti kemarin adalah pemberian naga.”