“Kau sudah siap?” tanya empu Paser, baru saja memeriksa satu peti kayu besar.
Daru terus memandang baju zirahnya, berpikir mengenai kejadian-kejadian yang membawanya ke sini. Dari mulai pembunuhan kedua orangtuanya, perkenalan dan perpisahannya dengan Manur, pembantaian pasukannya di Puspa Kresna, pertemuannya kembali dengan sang putri, perjuangan untuk membuat zirah ini, kematian Manur, sampai sekarang dirinya akan bertarung melawan Nagra.
“Kau sudah siap?” ulang sang Empu.
Mata Daru memejam. “Apakah saya perlu menjawabnya, Empu?”
“Yah, siap tidak siap kau harus melakukannya.” Empu Paser memberikan kekehan melengkingnya yang khas.
“Mungkin dia begitu bersemangat, sampai tak bisa berkata-kata. Yah, aku juga sering mengalaminya di masa muda,” celetuk Bagya.