91

Sejak berhasil mengangkat tangannya dengan zirah itu, Daru terus merasakan perkembangan. Dari mengayunkan tangan, ke menolehkan kepala, berjalan pelan, melakukan pukulan-pukulan ringan, sampai akhirnya—setelah hampir tiga bulan berlalu—Daru berhasil melancarkan jurus-jurusnya. Tentu saja di awal-awal dia merasakan gerakan-gerakannya begitu berat. Namun, seiring berjalannya waktu, semuanya lama-lama menjadi lebih ringan. Terlalu ringan malah. Daru merasa kecepatan serangannya kini jadi berkali-kali lipat.

Dan dia merasa seperti sudah menyatu dengan energi-energi kehidupan itu. Tak lagi hanya mendengar dan berbicara kepada mereka, tetapi juga melakukan gerakan bersama mereka.

Dentuman keras menggema ketika Daru memecahkan sebuah batu besar dengan pukulannya. Empu Paser mengangguk tanda setuju, sementara Awu mengelus dada karena terkejut.

“Sepertinya, waktumu telah tiba,” ujar sang empu.