94

Sang pemimpin Narekta itu terkesiap. Serangannya hanya mengenai udara kosong. Telinganya tak bisa mendengar suara orang-orang yang berperang. Dia masih di situ, di hamparan rumput yang disirami cahaya temaram. Namun, ia tak melihat siapa pun, kecuali Daru yang entah sejak kapan berdiri cukup jauh darinya.

Raja berusaha mencuatkan akar pohon penyimpan kehidupan dari tanah, tapi tak terjadi apa pun.

“Mungkin, dengan berlatih mengendalikan energi kehidupan, tanpa sadar aku juga melatih potensi dalam diriku. Kata orang, seluruh manusia di muka bumi punya potensi ajian dalam dirinya. Ada yang beruntung karena ajian itu bangkit sendiri. Ada yang perlu berlatih untuk mendapatkannya,” tutur Daru, berjalan mendekati raja. “Aku bahkan tak tahu nama ajian yang kugunakan ini. Empu Paser menduga kalau kita ini seperti berada di dua dunia. Ada di tempat ini, pusat penelitan ini, tetapi juga tidak. Dunia nyata dan gaib… Ah, kalau mau jujur, aku tak terlalu paham.”