Seminggu belakangan ini, aku selalu saja tersenyum gak jelas. Ku rasa, aku lah orang yang paling sering ibadah selama seminggu ini, jika memang benar senyum itu ibadah.
Sejak aku dan Ali sepakat untuk menjalani pendekatan, pria itu jadi sedikit sering ngechat aku.
Iya sedikit! Soalnya dia sibuk dan aku ngerti kok sama tuntutan tugasnya.
Dan tiap kita chatingan, pasti aja terputus dengan kata dia sibuk, kadang balesnya tiga jam setelahnya atau bahkan esok paginya.
Seperti saat ini, saat aku baru bangun langsung mendapati chat darinya.
Maaf baru balas, semalam
aku ada tugas mendadak.
Aku juga gak bisa pulang
karena ada makan
malam sama kapolres.
Iya, gapapa.
Aku ngerti.
Oh ya, hari rabu ini
aku balik ke dumai.
Iya, kalau mau berangkatnya kabarin ya. Sabtu kalau
ada waktu luang, aku kesana.
Gausah mikirin pendekatan
dulu, fokus kerja aja.
Kalau bener-bener ada
waktu baru datang.
Iya, makasih pengertiannya.
Selamat beraktivitas.
Aku mematikan ponselku, kemudian keluar dari kamar untuk menemui ibu. Sayangnya hanya ada Ero yang sedang menonton tv sambil sarapan.
"Ngga kerja kamu?"
Ero melirik sebentar sebelum akhirnya melanjutkan makannya
"Tanggal merah, kenapa cengir-cengir?" cetusnya
"Lah emang napa, sirik amat"
"Sirik apaan? Aku cuma nanya kenapa cengir-cengir?"
"Aku mau pulang hari ini"
"Loh, kenapa? Bukannya kakak bilang lusa?"
"Iya, tapi berubah pikiran soalnya aku mau ke Pekanbaru."
"Ngapain ke pekanbaru?"
"Bawel banget sih."
"Ga bawel tau, nanti juga kalo ibu tau dia bakal nanya hal yang sama"
"Emang ibu ke mana?"
"Ikut bapak ke ladang. Pesan ibu supaya kakak ngerjain kerjaan rumah."
"Yaudah, bantuin"
"Ngga ah, males"
"Iss, cepatlah Ro. Aku nanti pulang loh"
"M a l e s" tekan Ero dan memilih membiarkan kakaknya yang malang ini bekerja sendiri dengan dirinya yang menonton tv.
"Iss, punya adek satu tapi gak bisa diandelin" gerutu ku kesal.
Dengan cepat, aku langsung memulai pekerjaanku agar cepat terselesaikan. Yang pertama kali ku lakukan adalah memasak. Dengan keterbatasan pengetahuannya tentang memasak, aku hanya masak rebusan jipang ditambah sambel ikan teri. Kemudian menyapu dan mengepel lantai.
Dan setiap melakukan pekerjaan, aku selalu menyenandungkan lagu-lagu yang ku dengar dari speaker dirumah. Aku memang sangat suka mendengar lagu dengan volume tinggi saat melakukan sesuatu, jadi wajarin aja ya para tetangga yang baik hati. Sampai pada pekerjaanku selesai, barulah aku mematikan musiknya.
"Udah siap masaknya?" tanya Ero.
"Udah"
"Cepet amat"
"Oh iya, aku harus bikin sesuatu" tiba-tiba aku ingat sesuatu yang penting.
☀☀☀
"Bagi dong browniesnya" pinta Ero menunjukan wajah melasnya. Namun aku sebagai kakak yang tega, tetap memasukkan kue buatan ke dalam tupperware.
"Kak"
"Apaan sih? Aku mau pulang ini, kamu sana, jangan berisik disini"
"Dasar pelittt, pantes ga laku-laku" cibir adikku kurang ajar
"Diem deh, sana"
Setelah selesai, aku membawa tasku ke ruang keluarga.
"Memang harus pulang sekarang kak?" tanya Ibu yang baru saja selesai makan siang.
"Iya bu"
"Ada apaan emangnya?"
"Engga ada apa-apa Bu. Prilly mau ke Pekanbaru"
"Loh, ngapain?"
"Ada sesuatu bu"
"Yaudah, hati-hati. Inget barang-barang yang mau di bawa, ngga ada yang ketinggalan kan?"
"Engga kayaknya bu"
"Yaudah gih, dianterin sama Ero tuh. Nanti kalo udah sampe tujuan, kabarin ibu ya"
Ero berhenti setelah mereka sampai di terminal bus yang akan ku tumpangi.
Ketika suara kernet memanggil para penumpang untuk masuk ke dalam bus, aku segera beranjak memasuki bus.
"Hati-hati" pesan Ero. Kalo udah mau pergi aja baru tuh anak baik.
"Iya" jawabku mencibirnya.
☀☀☀
Setelah menempuh beberapa jam perjalanan, aku akhirnya sampai tepat di depan polda di mana Ali tinggal di asrama Polda tersebut. Ya, memang itulah niat ratu pulang lebih cepat yaitu untuk menemui Raja alias kakanda Ali di Pekanbaru.
Meskipun aku ganjen nih ya tetapi kedatangan ku ke Pekanbaru bukan karena keganjenanku kepada brondong tersebut, tetapi niatku untuk tidak merepotkan Ali bila harus datang ke Dumai hanya untuk menemui ku saat sibuk.
Lagipula selagi dia ada waktu maka aku ingin mengetahui tempat Ali kerja. Dengan penuh semangat dan senyum malu-malu karena merasa gugup untuk menemui Ali pertama kalinya sebagai seorang yang spesial, aku menemui satpam yang sedang berjaga di pagar.
Aku tersenyum kecil ketika satpam tersebut menanyakan ada urusan apa hingga aku berkunjung pada hari kerja. Dalam hati aku berkata, Ah si bapak kepo aja urusan orang yang lagi kasmaran.
Dengan enggan aku hanya menjawab "Teman dekat dari satu kampung. Cuma mau berkunjung Pak" Emangnya nggak boleh nemuin calon sendiri? Wkwkwk
Kemudian setelah mendapatkan izin untuk masuk, aku segera mengetuk pintu asrama Ali. Tadi sih kata pak satpam satpam yang jaga, Ali sedang berada di tempat yang artinya Ali sudah kembali dari tugasnya.
Sudah beberapa kali mengetuk pintu namun tak ada jawaban dari dalam, ini aku memutuskan untuk menelpon Ali. Setelah ketiga kalinya aku menelpon barulah ia menyahut dengan suara serak seperti orang habis bangun tidur.
Setelah ia mengangkat telepon dan mengatakan halo, bukannya menjawab teleponnya, aku justru mematikan telepon kemudian mengetuk pintu.
"Sebentar" teriaknya dari dalam.
Tak lama kemudian pintu terbuka dan menunjukkan Ali yang nampak sangat jelas baru bangun tidur, dari penampilannya yang acak-acakan namun seksi, nampaknya ia terlalu lelah hingga tertidur di sore hari.
"Loh, Prilly"
Aku tersenyum penuh kemenangan ketika melihat wajah terkejutnya karena melihatku ada di depan pintu asramanya.
"Kamu ngapain kesini?" tanyanya heran "Bukannya Kamu mau balik ke Dumai lusa ya?"
"Itu kan ke Dumai sekarang kan aku di Pekanbaru. Ini aku enggak dikasih masuk nih?"
Ia kemudian tersadar bahwa dari tadi kami berbicara di pintu, dengan terkekeh ganteng ia mempersilahkanku masuk ke dalam asramanya yang berantakan.
"Maaf berantakan" kekehnya.
"Gapapa, santai aja" Setelah ku perhatikan, aku baru tau kalo ternyata hp Ali itu ada dua, sama kayak aku. Tapi bedanya hpku satu android dan satunya hp nokia yang cuma bisa telpon sms itu loh.
"Kamu mau minum apa?" tanya Ali padaku
"Emangnya punya minum apa?"
"Ga ada apa-apa disini. Biar aku beliin"
"Udah, itu kan ada air galon. Oh ya, ini aku ada bawain kamu makanan dikit"
Aku membukakan tutup tupperwarenya, hingga akhirnya menunjukkan adanya brownies buatan tanganku.
"Tunggu ya, aku cuci muka dulu"
"Iya"
Aku mengamati segala yang ada di rumah Ali ini dengan seksama. Meskipun kecil namun rumah ini terbilang cukup mewah dengan adanya AC, televisi, spring bed dan dispenser. Sepertinya keuangan Ali sangat baik hingga dapat membeli semua ini.
Ternyata pendapat ibu benar tentang dirinya yang sudah matang. Ini artinya aku harus memanfaatkan kesempatan memiliki pria mapan dengan sebaik-baiknya.
Ketika aku masih mengamati ruangan ini Ali datang dengan wajah yang lebih cerah setelah cuci muka. Ia kemudian mencomot brownies buatan ku dan memakannya dengan lahap.
"Kamu ga makan?" tanyanya
"Enggak"
"Kenapa? Diet?"
"Iya"
"Kemarin katanya ga urus sama diet-diet"
"Ya kan situasinya beda, kalau kemarin aku belum ada yang deketin, sekarang kan udah ada kamu" Ia terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.