Aurora in the Afternoon (2)

Setahun berlalu , kini Aurora berada di kelas 2 SMP. Ditahun ini ekonomi mereka benar-benar memprihatinkan, sulit untuk makan 3 kali sehari. Untuk makan nasi putih tanpa lauk saja mereka tidak memiliki uang untuk membeli beras yang suah habis. Ibunya kelabakan setelah dipecat dari pekerjaannya. Sanak saudara tidak ada yang menolong, bahkan kedai yang bisa dihutangi juga tak ada satupun. Aurora tidak mengeluh apapun,ibunya juga bungkam seraya merasa sakit yang menusuk dilambungnya,sepertinya maghnya kambuh. Hanya rengekan Sakti yang membuat tekanan mereka bertambah

"Ibu,Sakti lapar. Apa nasinya sudah masak? Kapan kita bisa makan?"rengeknya berlinang

Ibunya mengulum bibir. Bahkan anakku harus menangis untuk sesuap nasi. Ia meremas bajunya,aku ibu yang tidak berguna! Hatiku benar-benar terluka... "Sakti,tunggu sebentar lagi ya. Ibu akan kembali"seraya menyeka air mata anaknya itu

"Ibu mau kemana?"tanya Aurora

Ibunya membawa Aurora berbisik disudut "Ibu akan berhutang di kedai. Kau jaga Sakti sebentar ya,jangan biarkan dia menangis"ibunya beranjak

"Tapi..."cegah Aurora. Ibunya berhenti "Tapi mereka tidak mau"sambung Aurora lirih,ada perasaan tercekat mengingat perlakuan mereka saat Aurora tidak sengaja melihat

Ibunya enggan berbalik melihat Aurora. Tidak ada muka setelah hal itu diketahui putrinya. Rasanya itu sangat menyedihkan "Tenang saja"ibunya berlalu pergi tanpa payung,ditengah hujan malam yang mengguyur

Diam-diam Aurora mengikuti ibunya karena merasa cemas. Dan benar saja,ia melihat ibunya dicaci

"Tolonglah,bu. Kali ini saja,besok akan ku bayar"pinta ibunya pada pemilik kedai

"Tidak! Hutang kemarin saja belum kau bayar. Heh, mamu meminta!. Jadi pengemis saja untuk menyicilnya"caci wanita pemilik kedai itu

"Bu tolonglah..."mohon ibunya menyatukan tangan

"Pergi sana!"usir wanita itu

"Jangan, bu! Tolonglah...anakku kelaparan dirumah"ibunya bersujud memohon digenangan lumpur

Aurora yang menyaksikan ibunya bersujud memohon merasa marah,sakit,sedih,geram,iba,perasaan tidak berdaya yang memuakkan! Dia ingin menarik ibunya pergi dari sana,tetapi memikirkan perasaan ibunya yang tahu bahwa anaknya menyaksikan semua penghinaan ini...benar-benar sial! Aku hanya bisa membekap mulutku,dan menangis

"Dasar kotor! Itu bukan urusanku!"wanita itu menendang ibu Aurora

Persetan! Dengan sigap Aurora berlari menangkap ibunya. Ia menatap ibunya dengan sorot terluka, lalu beralih menatap wanita tadi dengan mata merah sampai terlihat urat disekitanya tanpa sepatah katapun. Wanita itu balas menatap hina,ia tidak tau dendam dalam diam yang diperlihatkan Aurora saat itu adalah dendam yang paling mengerikan.

Setelah lulus SMA, Aurora langsung bekerja diperusahaan IT dan itu merupakan perusahaan terbesar sekaligus terkenal. Bagaimana tamatan SMA bisa masuk kesana? Jawabannya dalah karena Aurora anak yang jenius dalam bidang itu. Dia dibawa sendiri oleh CEO uang mengakui bakatnya. Meski banyak orang yang tentunya memandang rendah latar belakangnya,Aurora menyelesaikannya dengan bertanding melawan mereka

"Oy,anak bau kencur. Kenapa kau bisa bekerja disini? Apa kau tidur dengan CEO itu?"kata salah seorang karyawan yang membanting berkas dimejanya

Aurora benar-benar muak dengan mereka yang penuh kedengkian, dasar manusia sampah! "Menurutmu? Lebih baik bertanding daripada berkata omong kosong,toh nanti juga jadi sampah"ketus Aurora

"Bangsat! Oke,kita bertanding siapa yang bisa membuat game terbaik!"kata karyawan itu

Karyawan lainnya berbisik mengenai kesombongan Aurora yang dianggap terlalu congkak

"Dia serius mau menantang karyawan terbaik? Sialan!mau nyombong gitu?!"

"Dia memang ada kemampuan sih"sanggah karyawan lainnya

Aurora tetap bekerja lebih,lebih dan lebih giat dari siapapun,bahkan menciptakan game yang populer dan menghasilkan miliaran,hingga tidak ada lagi orang yang berani memandang rendah dirinya,latar belakangnya,kemampuannya,keluarganya dan segala yang ada pada dirinya

Aurora menjadi orang yang berambisi dan matrealistis,juga seorang workhollic. Dia jarang pulang kerumah dan tidak memiliki waktu luang untuk orang sekitarnya.

Ting tong, pesan masuk ke ponselnya

"Hari ini bisa bertemu?"

Aurora tidak menghiraukannya karena sibuk hingga larut malam

"Kau mengabaikan pesanku?"ujar seorang pria yang mendatanginya

Aurora yang tenggelam dalam pekerjaan tidak merespon pria itu

"Aurora!"bentak pria itu memecahkan fokusnya

"Ada apa?"kata Aurora memutar matanya

"Santai sekali bicaramu. Aku pacarmu! Kau bahkan mengabaikanku!"

"Kau bisa meneleponku"Aurora kembali bekerja

"Kau melarangku! Kau bilang mengganggu pekerjaanmu"balas pria itu memukul meja

"Sudah tau mengganggu. Kau masih datang kesini? Berfikirlah rasional"Aurora menahan kesal

"Apa?! Sudahlah. Kau tidak ingat ini hari apa?"pria itu merendahkan nada bicaranya

"Ntahlah. Minggu? Kenapa? Besok kau sekolah?"cemooh Aurora

"Kau...! Omong kosong. Hari ini adalah ulang tahunku"pria itu menahan diri demi maksud terselubungnya

Aurora menatap pria itu sesaat,kemudian dia mengambil dompetnya dan melemparkan uang

"Apa itu cukup?"katanya menatap muak

"Kau bercanda? 2 juta bisa beli apa!"pria itu meledak setelah menghitung uang yang dikutipnya

"Boneka seks? Saat ulang tahun ku, kau memberikan parfum menyengat milik kakekmu yang harganya tidak lebih dari 100 ribu. Hanya karna kau memasukkannya kedalam botol bermerek kau fikir aku tidak tahu? Aku hanya membalas sesuai dengan yang kau berikan,anggap sisanya adalah kompensasi dari putusnya hubungan kita"Aurora menggerakkan jarinya mengusir pria itu

Pria itu merasa malu karna ketahuan "A-apa kau fikir hubungan bisa dibeli dengan uang?! Apa kau perhitungan dalam cinta?! Kenapa ada orang sepertimu sih didunia ini!"pria itu berdalih dengan mempersalahkan sifat Aurora

Aurora berdecih "Apa kau baru saja membicarakan dirimu? Benar. Mungkin aku seperti ini karena disekitarku orang-orang menjijikkan sepertimu!"menatap rendah pria itu

"Keparat"geram pria itu

"Kau mau pergi sendiri atau ditemani polisi?"Aurora tersenyum mengancam

Pria itu akhirnyapergi dengan meledak-ledak. Aurora kembali melanjutkan pekerjaannya.tetapi ia kehilangan fokusnya. Sialan, orang redahan itu mengacau!

Di rumah Aurora

Ibunya tengan memasak sambil meunggu Aurora pulang

"Ibu,ibu memasak lagi?"kata Sakti yang terbangun mendengar suara dari dapur

"Eh,kau bangun? Apa ibu mengganggu tidurmu? Maafkan ibu, ibu sedang memasak makanan untuk kakakmu,dia terlalu sibuk bekerja sampai tidak mempehatikan kesehatannya. Ibu takut-"ibunya menahan kantuk

"Ibu,hentikan, ibu selalu memasak dan membuang-buang makanan.Dia tidak pernah pulang kesini lagi. Dia terlalu sibuk untuk mengurus kita,biarkan dia sendiri. Ketika sakit dia akan pulang"Sakti merasa marah pada kakaknya itu

"Huss,jangan bicara sial begitu. Kakakmu,dia berusaha keras untuk kita. Dia-"

"Iya,iya. Dia baik hati,berbudi luhur dan cantik"Sakti tersenyum miring

"Tentu saja. Putri ku memang cantik. Padahal umurnya masih sangat muda,haih,kapan dia akan membawa pacarnya pulang,bukan tumpukan buku-buku itu"keluh ibunya

Kring kring kring, telepon rumah berdering

"Halo"angkat ibunya

"Halo,ibu. Aku akan pulang

"Aurora? Kau akan pulang,nak?!"girang ibunya "Kapan kau akan sam" tut tut tut teleponya diputuskan oleh Aurora

"Kau dengarkan, kakakmu akan pulang!"ibunya gembira dan bergegas menyajikan makanan

"Pulang? Ada apa dengannya? Apa dia hantu,datang ditengah malam begini"Sakti menggaruk kepalanya