Apa yang diinginkan wanita lebih dari pada menemukan seorang pria yang benar-benar mencintainya,menikah dan hidup bahagia dengan beberapa anak lalu menua dengan indah bersama. Bahkan jika hatinya dipatahkan oleh pria itu,jika memang telah menjatuhkan pilihannya dia akan membuka lebar tangannya menerima kembali. Tapi bagaimana cara membuktikan cinta itu? Dengan tidur bersama? Ya,mungkin itu alasan Mika Wein tidak hanya membuka lebar hatinya tapi juga selangkangannya untuk Duan
Mereka adalah sepasang kekasih remaja yang membuka kamar hotel atas nama sepupu Duan. Nafas mereka beradu panas diceruk leher,dengan tangan yang menyusuri dan tubuh yang bergejolak. Kulit yang saling melekat tanpa sehelai benangpun dan perasaan hangat yang terjamah nafsu. Rasa sakit yang merobeknya berakhir nikmat dengan pikiran telah mneyerahkan diri pada yang sekarang merupakan miliknya
Padahal selain desahan mereka tidak berbicara. Entah dari mana datangnya pikiran itu,bukankah disii hanya cintanya yang diuji? Toh jika tidak pria itu juga tidak rugi.
"Kau tau,dulu..."katanya menatap bersebelahan,dengan berbagi selimut yang menutupi mereka "Waktu kamu meninggalkan ku begitu saja. Aku berdoa pada Tuhan. Tolong jangan pernah sekalipun dia merasakan apa yang ku rasakan, aku tau dia tidak akan kuat. Sebenarnya aku malu bicara begini. Tapi ini adalah bentuk rasa syukurku pada Tuhan karna doa ku terkabul. Lagi pula tidak ada yang bisa kita tutup-tutupi lagi kan?"
Gadis itu menatap dalam pria yang setengah naked didalam sana. Ah,siapa pria tampan ini? Bukankah dia dalah pria yang hebat tadi,menggigit kecil bibirnya
"Dia telah mengembalikanmu padaku sehingga kamu tidak akan merasakan yang ku takutkan,yah walaupun kamu akan merasa sedikit bosan. Tapi sedikit,aku janji hanya sedikit saja"katanya dengan suara kecil yang imut,berbeda dengan pikirannya tadi
Duan membelai wajah gadsinya lembut "Bukankah kamu yang sekarang sedang kesakitan"godanya dengan tatapan nakal
Mika tersenyum memerah lalu menarik selimut bersembunyi malu didalamnya "Jangan katakan hal seperti itu!"
"Hey,kenapa? Apa yang harus ditutup-tutupi diantara kita. Ingin melakukannya lagi?"godanya lagi menarik selimut dari Mika
"Duan"rengeknya
"Ahahah,baiklah"
"Uh,kau menyebalkan. Padahal aku butuh banyak keberanian untuk mengatakannya. Aku takut menyesal seperti dulu karna tidak mengatakan yang ingin ku katakan"
Duan menyisipkan rambutnya "Tidak apa,kamu bisa mengatakannya satu-persatu mulai sekarang. Aku akan mendengarkanmu,selalu berasama mu"
Masa-masa yang indah setelah kau berbagi tidur dengannya,kau jadi tau dia berbohong atau tiidak hanya dengan menggunakan feelingmu,mungkin karna itu tadi. Setiap harinya otak Mika hanya dipenuhi oleh Duan. Yang dia pikirkan aadalah akan melakukan apa lagi hari ini dengan Duan,sampai ia tiak menghiraukan ocehan guru yang sedang mengajar didepan
"Mika"tegurnya,melihat murid yang tersenyum-senyum melamun itu
"Mika Wein!"mengerasakan suaranya,untungnya murid itu tersadar. Jika tidak,mungkin harus dilayangkan spidol dahulu
Dengan gelagapan ia terkesiap,ia terdiam melipat kedua tangannya. Aduh,kenapa ketahuan...takutnya
"Apa yang kau lamunkan?"tanya guru itu
Mika berdeham mencaari alasan,tetapi tidak terpikirkan satupun olehnya. Tidak mungkinkan ku bilang melamunkan Duan. Aku bisa gosong dijemur dilapangan nanti!
Guru itu mendesah kasar "Jangan dipikirkan pria itu. Belum tentu mereka memikirkan kalian. Jadilah wanita mandiri"pesannya
Mandiri apanya. Tidak mungkin sendirian sampai tua sepertinya,dongkol Mika "Baik bu"anggukinya saja
Musim semi ini benar-benar ndah dengan jingga keemasan dimana-mana,daun kering nampak estetik dengan caranya sendiri. Dan sepasang kekasih nyentrik yang tengah gila-gilaan berbelok ke sebuah gang kosong
Sesekali ia membasahi bibirnya yang kering. Duan yang melihat itu langsung menyambar bibirnya "Begini lebih baik bukan"bisiknya sensual
Mika mengulum bibirnya dengan mata membulat. Ini masih siang bolong dan pria ini berani mencium ku? Wah...hebat. apa ini kekuatan cinta?
"Kenapa kau selalu mengejutkan ku"rengeknya memukul pelan dengan mata menyiratkan hasrat
"Hoo,apa kau kesal? Tapi tidak tampak begitu. Kau sedang menggoda ku,huh?"menyudutkan Mika ke tembok,lalu bertingkah seperti berandal yang menawan. Ayolah,luruskan saja dulu kencingmu
Mika yang malu-malu memegang bibirnya seakan gugup,tentu saja nyatanya ia memang sedang menggoda Duan untuk melakukan lebih. Oh lihatlah kenaifannya,mengapa dengan otak gadis ini
"Duan,apa kita harus mengenakan syal berbulu , kita seperti habis dari festival. Bukankah ini terlalu menarik perhatian?"
Duan mendekatkan wajahnya "Siapa yang berani melihat gadis ku?" lalu melirik kearah bibirnya "Kenapa kau memegang bibirmu? Oh,ngomong-ngomong liptint mu rasa strawberry hari ini? Manis sekali"kedipnya
Mika mengangkat kedua alisnya "Bukan. Ini jeruk,karna itu warnanya oren"
"A,begitu"menggaruk-garuk rambutnya
"Apa aku menggagalkan aksimu?"menahan tawanya
"Ka-kau menggoda ku?"mengerejapkan matanya,lalu mereka tertawa bersama. Bagian ini mungkijn manis? Beginilah seharusnya remaja yang saling menggoda,tidak terlalu gila
```````````````````````````````````````````````````````````
Hari selanjutnya berakhir dengan mereka berdua disuatu gubuk tersembunyi "Kenapa kita melakukannya disini?"tanya Mika tak nyaman melihat sekitarnya
"Tidak apa. Aku ingin melakukannya sekarang"merangkul pinggang rampingnya
Disana? Yang benar saja. Bagaimana jika mereka tertangkap oleh warga? Lupakan itu,apa kau tidak bisa menahannya,si kecil? Mereka remaja yang matanya tertutup memang buta,tidak masuk akal,gila,liar dan berpikiran dangkal.hal ini terus berlanjut hingga masa kuliah. Mereka tetap bersama,tetapi Duan hanya berjumpa dengannya jika ingin tidur bersama saja. Tidak ada lagi cinta diantara mereka bahkan nafsu semata,hanya sekedar tidur bersama. Tetapi,tidak bagi Mika yang melakukannya memang karena cinta. Meski begitupun apa masalahnya? Toh Duan tidak pakai hati. Seperti kegiatan kosong disela kebosanannya
Untuk itulah Mika memanggil temannya ke sebuah cafe,menemani dirinya yang merenung terluka ,dengan linangan yang tak hentinya. Bibir yang terus menyebut nama Duan,kening yang mengerut dan dagu yang merengut...serta hati yang terenggut. Sudah begini apa yang bisa dilakukannya?
"Ada apa dengan mu? Apa yang tangisi,apa ada yang meninggal?"ketus Chika menatap lekat,sudah kesekian kalinya Mika begini dalam satu semester ini. Sudah berkali-kali juga dia mengatai Mika agar otak anak ini terbuka
Ia tidak menajwab,hanya terus menangis sambil menyedot minumannya dengan sesegukan. Membayangkan semua hal yang telah ia lakukan untuk Duan "Aku ingin berubah...bagaimana caranya agar aku tidak perduli padanya?"
"Berubah? Cintai dirimu dulu dan kau akan mengerti. Lalu kau akan pergi dengan sendirinya"
Ia memandang terperangah "Aku tidak sanggup,aku tidak sanggup melupakannya,hidup tanpanya...aku tidak sanggup. Kau tau kan bagaimana hubungan kami?!"
"Kau sanggup,tapi kau tidak bisa. Paham tidak bedanya? Kalau kau bisa mecintai dirimu kau pasti sanggup tanpanya. Ubah tujuan hidup mu,jangan hanya tentang dia. Jika hati mu sudah rusak lalu masa depanmu tidak ada,untuk apa kau hidup? Pikirkan dunia,jadilah orang yang pantas untuknya nanti,jika jodoh dia bisa menolak apa. Tapi,kembali lagi artinya dia memang pria yang menyukai sosialitas. Aku bicar begini agar sesuai dengan kebodohanmu"ketusnya tajam diakhir untuk memperjelas bahwa dia bukannya setuju. Dia juga tidak bisa memaksakan pemikirannya pada Mika kan
Mika meletakkan gelasnya dengan berdentang "Aku pikir dia akan berubah suatu saat nanti jika kau terus bersamanya!"menarik rambutnya frustasi
Chika menarik tangannya dari sana,membuatnya menatap "Berubah,itu sulit. Tidak ada caranyaa. Kau harus benar-benar paham sendiri,kau harus jera sendiri. Jagan berharap orang lain akan berubah jika itu saja sulit untuk mu,jangan suruh mereka. Karna kau tau sendiri betapa sulitnya dan lamanya. Biarkan mereka dewasa perlahan dengan berbagai macam masalah dan kelelahan"
Tangis Mika semakin memecah,beruntun tidak ada pelanggan selain mereka disana "Aku...a,akan trauma...jika begini!"
Chika menagmbil tisu dari tas kecil Mika yang terbuka. Sejenak ia terpaku. Lalu menyerahkan tisu padanya dengan terperangah
"Trauma? Kata trauma ini tidak ada selama hatimu masih berdetak. Karna apa? Kau lebih naif dari yang kau sangkal,kau lebih bodoh dari yang kau pikirkan. Sidakiti juga sampai hatimu hancur,sampaai gila-gilaan,lalu bertemu dengan orang yang membuatmu berdebar,ya kau kembali jatuh cinta. Atau dengannya lagi misalnya. Kemudian tersakiti,lalu bertemu lagi dengan yang lain. Biarpun lama pasti akan datang juga. Begitu saja terus hingga mati. bagaimana ya,kataa trauma itu tidak berguna untuk manusia"dia menyengal tawa di kata ketiga terakhir
"Lalu..."ia memegang erat tanga Chika "Apa yang harus ku lakukan? Bagaimana baiknya...? aku lelah"sambungnya
"Ya sudah. Kau jalani saja,hancur-hancuran. Samapi kau bertemu dengan orang yang bisa memperbaiki hatimu kembali. Dengan orang yang benar-benar perduli bukan hanya karna fisik,wajah,uang atau talenta. Yang benar-benar mencintai sisi lemah mu dengan melihat kedalam hati mu. Yang bisa menjaga kalian"katanya berbicara dari hati-kehati untuk menguatkan sahabatnya itu
"Kau boleh tetap tolol dengan mencintainya,taapi jangaan tunjukkan. Kau harus tau waktu untuk berhenti menunjukkannya!"sekaligus mencerahkan
Mika tidak bisa menerima kata-kata itu "Tapi...aku sudah rusak...!!"lirihnya serak diawal dan akhir kalimatnya
"Kau sudah dewasa.makanya jangan berikan dirimu dengan murah. Jika ada pria yang mengatakan kau tidak mencintainya karena tidak mau melakukan itu,jangan sok bodoh jika kau tidak ingin tertampar balik oleh fakta. Barang yang dia sayang saja tidak akan dirusaknya,harusnya kau pikirkanlah kembali,Mika!"bahkan ucapannya ada yang lebih kasar dari ini,ini adalah ucapan teringan "Jika memang orang itu mencintai mu dia tidak akan mempermasalahkan soal itu. Diluar sana ada,ada gadis yang diperkosa tetapi mendapatkan pria yang tulus mencintai merekan tanpa menyentuh sujung jaripun"sambungnya lagi,mengerutkan dahi
"Peluk aku"lirihnya,Chikapun mendatanginya. Saat momen haru itu,mereka melihat tragedi detik itu juga
"Bu-bukankah itu,Duan?"pelongo Chika menunjuk keluar pada seorang pria yang dengan santainya lewat didepan mereka dengan bergandengan tangan sambil tertawa riang bersama wanita cantik. Tak sadar,Mika sudah ada disana bergabung dengan mereka