I'm a mother(4)

"Menghancurkan hidupmu? Apa?"Pikirnya lagi tertuju pada perut wanita yang sudah 9 bulan itu"Apa...itu anak ku?"tanyanya berhati-hati

"Menurut mu aku juga berselingkuh? Aku...sangat ingin melupakanmu,aku juga ingin membencimu! Tapi sayangnya hatiku tetap lemah terhadapmu. Mengabaikanmu dan bersembunyi dari mu,itu semua hanya mimpi. Aku tidak pernah bisa melakukannya baik dulu maupun sekarang! Tapi aku masih baik-baik saja sampai aku melihatmu lagi. Tolong...lepaskanlah aku...tolong! Aku lelah..."sudahinya,lalu berdiri dengan berhati-hati. Meninggalkan pria yang terperangah kosong itu. Setelah beberapa langkah Mika merasa pandangannya memburam dan kepalanya pusing. Jalannya juga terombang,semakin lama semakin parah dan akhirnya,bruk! Ia terjatuh pingsan dijalanan

"Mi,Mika!"tegak Duan berlari mengejarnya

Botol infus di rumah sakit sudah habis setengahnya,selama itulah Duan dan Chika tentunya yang dihubingi olehnya berada disatu ruangan"Dokter bilang dia kelelahan karna kurang tidur. Apa yang dilakukannya,dia sedang hamil. Kenapa tidak beristirahat saja?"sampaikannya

Chika menyengal tawa"Tentu saja. Kau lihat kantung matanya,lihatlah perutnya. Dia tidak bisa tidur ataupun makan denga benar. Salah siapa ini sialan? kau puas!?"bentaknya berbisik

Duan menarik nafas dalam dan kembali menunduk"Apa itu benar anak ku?"tolehnya pada Chika

Chika menggeram mendengar ucapan pria itu "Bajingan...apa yang kau kaakan,sialan!"dia berusaha menahan emosinya saat melihat Mika yang tengah berbaring itu"Pergi. Kelua dari sini! Dia dan anaknya tidak butuh pria sepertimu!"

"Tapi aku ayahnya!"

"Tidak!"kata Mika yang sudah siuman"Kau bukan ayah dari bayi-ku! Pergilah dari kehidupanku selamanya dan jangan pernah menunjukkan wajah mu lagi"ia memalingkan wajahnya dengan setetes air mata

Pria itu pergi dngan lunglai,sampai ia mendengar rintihan Mika"A...akh...ah"air ketubannya pecah dan iaa mulai memekik "Mi,Mika! Ada apa? Bukankah persalinannya masih 2 hari lagi? A...apa yang harus ku lakukan? Suster...panggil suster,bodoh!"teriakinya Duan

"A? Iya!"larinya kelabakan

"Argh,si bodoh itu!"pekik Chika "Tinggal pencet bel ini kan"ketusnya baru teringat "Dia memang tidak berguna,tidak berguna!"rutuknya lagi

"Chi..ka.."lirih Mika

Astaga, karna si bodoh itu aku sampai mengabaikan Mika"Maaf...tahan sebentar lagi ya?"

"Sebenarnya ini tidak menyakitkan"lanjutnya

"Lalu,kenapa kau berteriak?"

"Itu..."isyaratnya berbisik"Aku malu...ku pikir aku mengompol"

Chika menatapnya lalu mendesah lega"Astaga...kau ini"duduknya lemas. Tidak lama,datanglah perawat yang akan memeriksanya"Apa anda suaminya?"tanyanya pada pria yang mendesaknya bergegas

"Iya"jawab Duan

"Bukan"tepis Mika. Duan tampak kecewa dengan menundukkan kepalanya

"Kalau begitu,tolong keluar tuan"kata perawat itu

"Tunggu sebentar"kata Mika,membuat Dua sedikit berharap"Kau juga keluar"tengoknya Chika

"Aku? Kenapa?"

"Keluarlah...ini agak memalukaan untuk dilihat"katanya pelan

Chika tidak terima karena ingin mendampingi Mika hingga akhir"Kenapa? Aku ingin menemani mu. Apa mereka akan memasukkan semacam botol berisi air ke.."

Perawat itu memotong"Benar"

"Apa?"bengong Chika. Ini memalukan...dan menyakitkan"Baiklah. Bertahanlah kawan. Ah,kenapa kau harus melalui ini diusia muda

rengeknya sambil berjalan keluar "Hei,kau. Apa yang kau tunggu. Ayo keluar,jangan berharap melihatnya. Aku saja tidak bisa"

Beberapa saat kemudian perawat itu datang lagi "Baiklah. Mari kita mencukur,nyonya"

"Mencukur? Mencukur apa?"tanya Chika

Ini dia! Aku bersyukur karna sudah melakukan persiapan ini "Tidak perlu. Aku sudah..."tengoknya Chika dan Duan. Ah,bagaimana aku mengatakannya. Apa aku diam saja? Toh mereka juga tidak tau. Tidak tidak tidak,si bodoh ini pasti akan mengatakannya nanti,benaknya melirik Chika"Mencukurnya"sambungnya pelan

"Benarkah? Ternyata nyonya sudah bersiap. Bagus sekali,ibu yang kompeten!"girang perawat itu keluar. Tentu saja,siapa yang akan senang melihat itu setiap hari

"Sebenarnya mencukur apa? Bayi baru lahir bukannya tidak punya rambut? Kenapa juga dia datang sekarang"pikir Chika

"Lupakan. Jangan berani-berani memikirkannya"ujar Mika melotot

Chika beedecak"Iya,iya"lalu melihat Duan"Apa yang kau lakukan disini? Pulanglah. Kau tidak disambut disini"katanya tajam

"Bagaimanapun...itu anak ku"beraninya

"Apa? Sudah mau dilahirkan baru kau bilang anak mu? Dulu kau kemana saja,dengan wanita itu kan? Buatlah anak dengannya! Jangan datang kemari"katanya dengan nada meninggi

"Kami sudah putus!"bentaknya"Lagi pula,jika aku tau itu anak ku aku akan bertanggung jawab!"

Chika berdiri lalu mendekatinya"Bertanggung jawab? Kau? Setelah putus kau ingin bermain ayah-ayahan?! Katakan padaku bagaimana kau akan bertanggung jawab ketika orang tuanya saja mengusirnya?"dengan berapi-api

"Chika"panggil Mika lirih

"Katakan padaku! Bagaimana caramu bertanggung jawab"menatap lekat

"Aku..."Duan lagi-lagi menundukkan kepalanya

"Heh,omong kosong. Kau pikir menyenangkan mengatakannya setelah putus dengan jalang itu? Pernahkah sekali saja kau mencari tau kabar Mika? Pernahkah kau berpikir betapa tersiksanya dia? Dari awal kau tidak pernah ingin bertanggung jawab padanya!"gebunya

"Chika!"Mika,dengan suara meninggi

"Maafkan aku..."ucap Duan

"Maaf? Kau tau,setiap hari Mika meminta maaf pada bayinya. Saat dia merasa malam hari terlalu berat untuknya. Maafkan ibu karena memiliki mu...begitu katanya. Saat kau sedang tidur dengan jalang itu,Mika sedang menderita kau tau!? Dia...ugh,sangat kesakitan"derainya

"Hentikan"tangis Mika. Pria itu melihat tetesan air dari mata yang begitu menyakitkan,itu adalah tetesan terpilu dari seorang ibu. Berjuang sendirian. Dari tangisan menyakitkan berubah menjadi tangisan kesakitan. Chika berlari kearahnya"Ada apa Mika?"cemasnya melihat ia hanya menangis sejadinya

"Sakit"jeritnya

Sebelum Duan yang panik memanggil bantuan,dokter sudah datang "Biar saya periksa ibunya"merekapun menunggu dengan cemas. Dun menyaksikan semua yang diderita Mika,sampai ia tercengang hampa tanpa sepatah katapun

Setelah kesakitan yang luar biasa itu,ini adalah kedamaian yang tentram dihutan dengan gemericik ikan dan derasnya air terjun,begitulah ungkapan yang dirasakan Mika dengan wajah permainya"Chika"panggilnya lembut

"Iya? Apa sakit lagi? Apa aku harus memanggil dokter?"

"Tidak. Kenapa kau menangis,tenanglah"

"Aku sangat khawatir melihat mu menangis keras seperti tadi. Kau belum pernah menangis sekeras itu sebelumnya"ia menyeka air matanya

"Jangan merengek,apa kau tidak malu dengannya?"mengelus perutnya

"Apa,kenapa? Hei,si kecil. Jangan mengejek mami ya"tawa mereka

"Lalu Duan. Kau bisa pulang,tidak ada yang bisa kau dapatkan disini. Aku,akan menjadi ibu yang baik dan membesarkan anak-ku dengan sangat-sangat baik"senyumnya "Namun,jika kau ingin melihatnya untuk pertama kali,kau boleh tetap disini"sambungnya

"Mika?"tatap Chika tak percaya

"Tidak apa. Setidaknya dia disambut oleh kedua orang tuanya saat datang ke dunia"tatapnya sendu dan lembut

"Benarkah!?"antusiasnya tersenyum girang "Terima kasih"itu pertama kalinya Duan mengatakan terima kasih padanya

Duan menyaksikan betapa banyaknya kesakitan yang ditanggung oleh Mika sekaligus ketegaran yang terlihat dimatanya. Plot hidup gadis itu amat menyedihkan tetapi dia berusaha untuk bangkit dengan kebesaran hatinya itu. Tidak seperti dirinya yang merasa bersedih karena putus dari kekasihnya, malu. Sangat memalukan. Jika saja dia bisa mengubah keputusan Mika,ingin rasanya hidup bertiga dengan anak mereka yang ada digendongannya. Betapa bahagianya,aku pasti menjadi pria yang paling beruntung didunia jika bisa hidup bersama wanita yang luar biasa ini.

"Apa kau sudah selesai? Kau maau menggendongnya berapa lama"ketus Chika tak sabaran ingin menggendong pria kecil yang ditunggu-tunggunya itu. Duan menyerahkannya dengan sangat hati-hati"Pegang dia dengan erat,ah jangan. Lembut saja,dia sangat rapuh"cemasnya

"Cih,iya iya. Aku tahu"decihnya beralih menatap hangat bayi digendongannya"Hei,pria kecil...ini mami. Kau senangkan akhirnya kita bisa bertemu? Benarkan. Lihat,lihat betapa tampannya kau,memang anak mami"

Tentu saja. Dia itu anak ku,bangga Duan dalam hatinya

"Hei,apa hanya kalian yang ingin melihatnya? Aku juga. Berikan anak-ku"kata Mika mengulurkan tangannya

"Lihatlah,ibu mu sangat pengiri. Padahal dia selalu bersama mu selama ini"adu Chika

"Tentu saja,aku ibunya"

"Keterlaluan. Aku kan juga maminya!"

"Kau sangat kekanakan. Apa aku akan punya dua orang anak dirumah?"ejeknya

"Benar juga. Ngomong-ngomong soal itu,kau harus mengikuti kelas ibu hamil lain kali. Untuk selanjutnya pastikan mengikutinya"

"Datang darimana bayi itu?"tolehnya tajam

"Ugh"bungkam Chika "Fahri,tumbuhlah dengan perlahan. Untuk sekarang mami masih akan menjaga ibu mu untuk mu sampai kau bisa telungkup,menumbuhkan gigi dan merangkak. Lalu mengoceh hingga bisa berlarian sambil mengatakan ibu,ya?"pegangnya tangan mungil itu

"Kenapa kau selalu membuat momen haru"Mika menyeka air matanya"Sejak kapan kau bisa menamai anak-ku"

"Karna begitulah aku. Aku lebih suka mengatakan semuanya. Karna kau tidak pernah mendiskusikan namanya dengan ku"

"Tetap saja. Kau tidak boleh"debat mereka

"Em..."suara Duan merebut perhatian mereka "Bolehkah aku mengusulkan namanya...?"ragunya,ia berani menyampaikan karena keinginannya yang lebih besar

"Kau pikir kau siapa"ketus Chika

"Katakan"potong Mika

"Apa? Kau melakukan itu lagi? Kau gila Mika Wein?"

"Tenanglah"

"Derilliando...berlian yang berharga. Bagaimana dengan nama itu?"mereka tidak berkomentar "Ak-aku tau nama ini...tidak bagus ya?"lanjutnya

"Aku menyukainya"sanggah Mika

"Boleh juga kau"angguk Chika dengan sedikit kesal

Sring,wajahnya berseri girang"Benarkah?! Kita akan menggunakan nama itu?"

"Tentu saja. Kau punya hak,hanya saja kau tidak bisa mencampuri kehidupan kami"ujar Mika

"Kenapa?"wajah Duan berubah"Bukankah berat membesarkannya sendirian. Aku akan menikahi mu dan Derill akan punya keluarga yang lengkap. Derill akan tumbuh dengan kasih sayang ayah dan ibunya"

Mika menyela"Apa maksud mu sendirian? Ada Chika bersama kami"

Chika menatap dalam Derill kecil digendongannya,betapa mungil dan rapuhnya dia. Bagaimana jika nanti dia menanyakan ayahnya? Bagaimana jika anak-anak lain mengejeknya karna tidak punya ayah? "Yang dia katakan benar Mika. Kalian harus bersama demi Derill. Biarkan dia tumbuh seperti anak lainnya. Berikan dia keluarga yang sempurna dan bahagia"cetusnya

Mika terpaku sesaat"Pufft"tawanya "Ku pikir kau hanya tau bicara kejam"

"Kau bisa tertawa disaat begini?"

"Iya,Mika. Apa yang dikatakan Chika itu benar!"sambung Duan

"Begini. Setelah selama ini,aku belajar bahwa kebahagian itu tidak didapatkan berdasarkan hubungan. Aku dan Chika memang bersahabat,namun dia adalah orang paling depan dan terakhir yang menemaniku. Keluargaku justru lebih dulu menyingkirkan ku. Jujur saja...jika bukan karna wanita gila yang blak-blakan ini,aku tidak akan bertahan sampai saat ini. Bagi ku dia adalah keluarga yang sesungguhnya. Semua orang bisa memberikan kekuatan lalu orang yang menerimanya akan menemukan kebahagiaannya. Anak ku akan tumbuh dengan bagaimana cara ku memupuk itu semua. Mami yang kuat dan ibu yang tegar,Derilliando akan menjadi anak yang luar biasa. Namanya benar-benar miliknya,kami adalah keluarganya"

Benar...pikir Chika"Benar. Kami adalah keluarga...keluarga"tetesnya

"Ah,kau menangis lagi. Sini,aku yang akan menggendong Derill"Mika menyengal senyumnya"Harusnya aku yang emosional. Bagaimana kau akan menjaga ku,masalah begini saja kau tidak bisa mengatasinya"

"Aku bisa!"rengek Chika

Duan yang melihat kehangatan itu sadar bahwa dia tidak bisa masuk begitu saja ditengah-tengah mereka. Kehangatan yang tercipta karena saling mengutakan...ada untuk satu sama lain. Aku tidak pantas disana,renungnya "Tapi...aku akan berusaha yang terbaik sampai kalian menerima ku. Bagaimanapun berat bagi dua orang wanita untuk bekerja,jadi aku akan membantu. Kau bilang aku punya hak kan? Izinkan aku mencampuri biaya hidup kalian...demi Derilliando!"tatapnya penuh tekad

Ucapannya ini bisa dikatakan pertama kalinya Chika dan Mika merasakan ketulusn dari Duan "Baiklah,sepakat"kata mereka serentak dengan senyuman

KETIKA KAU MEMULAI SESUATU,PERTANGGUNG JAWABKANLAH SAMPAI AKHIR. JIKA DIRIMU YANG SEKARANG TIDAK BISA MAKA BERUBAHLAH,DAPATKAN KESEMPATAN UNTUK HIDUPMU