Prickly Lily(5)

"Huh? Bukankah kau sakit?"kata Jaemin

"Sial"tanpa sadar keluar dari mulut Lily

"Kau mengumpat?"

Bagaimana aku mengatakannya. Aku tidak menangis karena tapi karena presentasi ku dicuri oleh Kang Mila. Atau,bagaimana? "Ku rasa karna aku sakit,pikiran ku kacau"ah sial,apa yang ku katakan

"Benarkah? Apa begitu sakit?"cemasnya

"Tidak,tidak apa. Kau bisa menurunkan aku..."mengulum mulutnya

"Turun kan? Ba-baiklah"canggungnya menurunkan

"Terima kasih banyak,Jaemin"ucapnya seraya membungkuk lalu dengan cepat berbalik arah

"Lily. Kau mau kemana?"panggilnya

"Tentu saja ke kantor"katanya pula

"Ke kantor? Sedang sakit begini kau masih ingin ke kantor?"dengan bertegak pinggang "Tidak bisa. Ayo kedalam"raihnya tangan Lily

"Ke-kedalam? Tidak perlu. Ini hanya sakit biasa,tidak apa-apa"tolaknya lalu berbalik kembali

"Hei"tariknya Llily,membuatnya menempel pada Jaemin "Bukankah kau sampai menangis..."

"Tidak! Itu tadi hanya kebetulan debu masuk kedalam mataku"katanya cepat

Jaemin menghela nafas "Kau ini,dasar maniak kerja"angkatnya Lily seperti mengangkat karung beras

"Tidak. Tidak,Lee Jaemin. Turunkan aku"rontanya

"Diamlah dan istirahat dengan tenang"puk puk nya bokong Lily

"Di-dimana kau letakkan tangan mu...tidak! Baiklah,baiklah aku berbohong. Aku tidak sakit,ada yang salah dengan proposal yang ku kerjakan mati-matian,karna itu aku menangis"jujurnya

"Astaga"decak Jaemin "Tidak ada alasan. Kau hanya membuat alasan untuk kembali ke kantor. Jika tidak ada yang menghentikan mu kau akan bekerja seperti zombi"sanggahnya masuk kedalam rumah sakit

"Tidak!"raung Lily

Selang infus mengalir dengan baik,begitu juga Lily yang akhinya bisa istirahat dengan baik,Jaemin masih menunggunya disana "Lihat,magh mu kambuhkan. Masih bilang tidak sakit?"ketusnya

"Mana aku tau tiba-tiba kambuh begini"katanya pelan

"Apa?"

"Tidak ada. Pergilah,kau harus kembali ke kantor kan"

"Oh,lihatlah. Kantor lagi? Erhentilah memikirkan pekerjaan,istirahat saja dengan tenang. Kesehatan itu nomor satu. Jika kau sehat,kau bisa bekerja semau mu"ceramahnya

"Bukankah nanti sakit juga. Hanya masalah waktu kan"cicitnya

"Kau menjawab? Tutup mata mu dan istirahatlah. Aku akan mengawasimu disini"tatapnya lekat

"Baiklah,baiklah"Llily berguling kesamping "Dasar,bagaimana bisa aku istirahat jika diawasi begini"katanya bicara sendiri

"Aku bisa mendengar mu"Jaemin mengeraskan suaranya,membuat Lily mendesis

Tidak berapa lama ponsel Lily berdering "Siapa ini?"ambilnya,ternyata yang menelepon adalah direktur. Lily menarik nafas terkejut "Bagaimana ini?"dia menggigit kuku

"Angkat saja"kata Jaemin didekatnya.Lily menerima panggilan itu

"Ha-halo pak direktur"jawabnya

"Kembali ke kantor sekarang!"perintah direktur

"Katakan kau dirumah sakit"bisik Jaemin

"Ta-tapi pak direktur..."enggannya melihat kearah Jaemin

"Kembali kesini sekarang. Jika kau menginginkan kesempatan"tekankan nya

Mendengar itu Lily langsung mencabut infusnya dan turun dari ranjang "Apa yang kau lakukan?"tahan Jaemin

"Aku harus kembali sekarang"katanya tergesa-gesa

"Kau sedang sakit,Lily Namira"cegah Jaemin "Kau itu hanya bekerja pada manusia bukan Tuhan. Jangan berikan hidup mu"dengan nada meninggi

Lily memegang pipinya sambil tersenyum "Aku sedang berinvestasi pada masa depan,paham?"ia mencium pipi Jaemin lalu meninggalkannya

"Apa itu tadi?"tersenyum-senyum dengan memerah "Aku akan menyusulnya. Dan meminta penjelasannya"girangnya meledak-ledak

Sementara Lily berlari dengan penuh harapan akan kehidupannya lagi "Apa aku menciumnya? Sudahlah pikirkan saja nanti"sumringanhnya seperti bisa dengan mudahnya menembus angkasa.

Pada saat Jaemin sampai di kantor dengan senangnya,ia mendengar percakapan antara direktur dan Kang Mila

"Apa dia mau?"tanya Kang Mila

"Tentu saja. Dia bisa melakukan apapun tanpa dibatasi harga diri"seringaii direktur itu sambil menggosok cicin emas dijarinya

"Ah,sudahlah! Beruntung dia mau minum bersama investor kurang ajar itu,jika tidak akan susah hanya dengan mengandalkan presentasi"girang Kang Mila bersama dengan direktur

"Ku dengar investor itu sangat cabul pada wanita. Ku rasa itu kesempatan bagi Lily Namira"kata direktur dengan santainya "Hei,Kang Mila. Jangan kira aku tidak tau kau mencuri presentasi Lily Namira"seringainya

Mendengar percakapan menjijikan itu raut wajah Jaemin memuram,dia mengeraskan rahang saking geramnya. Lalu berlari mengejar Lily. Dia menyusuri jalan dikiri-kanannya,tanpa ada yang terlewat. Sampai di halte bus,dilihatnya Lily tengah menunggu bus sambil berdandan. Ia mempercepat langkahnya lalu menarik tangan Llily "Apa yang kau lakukan?"kata Lily padanya. Dia tidak mengiraukan dan terus menariknya lagi sampai di taman "Aku bertanya pada mu. Apa yang kau lakukan,Lee Jaemin?"

"Harusnya aku yang bertanya pada mu. Apa yang sedang kau lakukan?"bentak Jaemin mencengkram tangannya

"Apa maksud mu? Akh,sakit. Lepaskan tangan ku"Jaemin tetap menarik tangannya,dengan mengendurkan cengkramannya

"Kenapa kau menerimanya? Apa kau gila?"katanya dengan serius

"Apa maksud mu? Ah,makan malam itu? Jangan khawatir,itu hanya makan malam biasa"senyumnya

"Makan malam biasa? Hei,Lily Namira. Aku yakin kau pasti tau itu. Harus ku puji atau apa kebodohan mu ini"

"Ayolah. Kebodohan yang berani mengalahkan kepintaran yang ragu-ragu"cengirnya

Jaemin menggeleng dan mendekat beberapa langkah "Kau pikir kau bisa mengatasinya?"dengan tatapan amat serius sampai membuat Ayuna bergidik

"Te-tentu saja. Kau hanya perlu percaya diri untuk berjalan diatas dunia ini"

"Percaya diri,bukan tidak tau diri"sengalnya tertawa marah "Apa kau ingin membuat malu orang tua mu?"apa yang kau katakan. Hei,hentikan

Lily menghempas tangannya"Kenapa membawa orang tua ku? Apa salah jika aku berusaha bertahan hidup?"teriakinya

"Apa gunanya hidup tanpa harga diri"aku harus berhenti. Ini sudah terlalu jauh Jaemin. Kau tau bukan itu maksudnya, kata hatinya

"Harga diri"katanya mendekat "Iya aku tidak punya. Karna anak yang tidak punya orang tua seperti ku harus melakukan itu agar hidup. Aku...memakai baju yang disumbangkan ke panti asuhan ku. Memuji semua orang yang mencela ku,aku membuang harga diri ku agar orang tua ku tidak khawatir disana! Wah,anak ku sangat kuat. Aku bangga dengan putri ku. Bagus nak,kau tumbuh dengan baik menjadi manusia tanpa kami. Akan ku pastikan mereka berkata begitu diatas sana,meski bertahun-tahun lamanya sekalipun. Aku akan tetap menjalani hidup seperti ini hingga tidak perlu tersenyum seperti orang bodoh. Itu yang tadinya akan ku lakukan...tapi presentasi..aku kehilangan harapan ku. Aku lupa bahwa dari awal aku memang tidak punya apapun. Apa yang ku harapkan...apa yang harus ku lakukan?"ia menatap Jaemin dengan putus asa

"Bukan begitu..."Jaemin membuka mulutnya yang terkunci itu.lalu menarik Lily dalam pelukannya "Maafkan aku. Aku terlalu malu untuk melihat wajah mu atau menatap matamu. Lupakan semua yang ku katakan tadi,aku hanya terlalu mengkhawatirkan mu hingga mengatakan hal bodoh"ia melingkarkan tangannya dipinggang Lily dan yang satunya menepuk-nepuk pelan punggung Lily "Pasti berat sendirian selama ini. Tapi,Lily. Kau boleh mengekspresikan yang kau rasakan. Semua orang punya tujuan,tapi jangan lupa bahwa tahapan itu yang memberikan mu pelajaran. Jadi lakukan saja perlahan,ya?"hangatnya membelai rambut Lily,ia menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Jaemin

"Dan juga Lily,jangan lupa cuci rambut mu"tambahnya membuat Lily tertawa

"Aku tidak akan mencucinya. Rasakan itu"sambung Lily menggoyang-goyangkaan kepalanya

"Hei,hentikan. Baunya seperti kaus kaki busuk,aku serius"katanya dengan menjepit hidung lalu mengeluarkan suara yang lucu

Jaemin mengajarkan Lily untuk lebih santai dalam berbicara dan bertindak. Begitu pula Lily yang mengajarkan cara kerja yang lebih efisisen padanya. Hubungan mereka erat dan dekat dengan satu ruang yang mereka sisakan,untuk masa depan. Karena itu keduanya saling mengerti dan memahami tanpa menanyakan status hubungan mereka. Setahun kemudian keduanya sama-sama dikirim ke negara berbeda untuk membangun cabang disana. Mereka jarang berkirim pesan,lebih bekerja keras tetapi tidak melupakan ruang itu. Justru untuk menyatukannyalah dua orang insan itu saling percaya satu sama lain dan terus bekerja

Hingga 2 tahun kemudian keduanya menikah,lalu memiliki dua orang anak,perempuan dan laki-laki. Mereka hidup bahagia sebagai keluarga denga semua yang telah mereka kumpulkan,uang,pengalaman dan kasih sayang.

~~~~~~~~~~~~

Aku tidak ingin mencintai dan tak berharap dicintai

Aku hanya ingin pegangan ku cepat meregang,kayuhan ku cepat berlabuh,tabuhan ku bergenderang hingga keangan. Agar impian ku sadar dan lekas berlanjut menyeberang.