"Dasar tua bangka ngga tau diuntung!!!" umpat Ilham yang kesal kepada Ayahnya sendiri.
"Omo omo... kaham sejak kapan bicaranya jadi kasar kek gini" ucap Rana dengan wajah yang dibuat-buat selebay mungkin
"Sejak kamu diusir dari rumah kita!!!" jawab Ilham dengan nada bicara yang masih kesal
"ha ha ha ha" Rana malah tertawa ketika melihat Ilham sedang marah seperti itu
Ilham merasa heran saat melihat Rana malah tertawa dihadapannya, padahal situasi dia saat ini sedang menyedihkan.
"Kenapa kamu ketawa?" tanya Ilham
"Lucu kaham!"
"Apanya yang lucu?" Ilham semakin tidak mengerti
"Muka kaham lucu kalo lagi kesel. ha ha ha ha" Rana kembali tertawa lagi
"Eh situasi kamu itu saat ini lagi menyedihkan, kok malah sempat-sempatnya ketawa ketiwi?"
Rana langsung terdiam setelah mendengar perkataannya Ilham.
"Hufft..." Rana menghembuskan nafas dengan ekspresi sedihnya
"Situasiku saat ini memang menyedihkan, Kaham. Tapi percuma aja kalo aku terus sedih seperti ini, nasib hidupku ngga bakalan berubah" jelas Rana dengan kepala yang menunduk
Ilham jadi merasa bersalah karna telah merusak mood-nya Rana yang tadi sempat membaik.
Rana mulai menegakkan wajahnya kembali, lalu menatap lekat wajah Ilham dengan kedua matanya.
"Kaham!" panggil Rana
"Iya!"
"Makasih ya udah bersedia jadi kakakku selama ini!" ucap Rana
Ilham hanya mengangguk dengan canggung, pasalnya dia bingung harus berbuat apa pada situasi sekarang ini.
***
Kini Rana dan Ilham sedang duduk di sebuah bangku halte, mereka sedang menunggu sebuah bus yang akan mengantarkan mereka ke rumah temannya Ilham yang dimana profesi kedua orang tua temannya Ilham adalah pemilik dari sebuah yayasan yang menyalurkan tenaga kerja perempuan untuk bekerja menjadi seorang asisten rumah tangga atau menjadi seorang babby sitter bagi orang-orang yang sedang membutuhkan tenaga kerja.
"Kak, kira-kira aku diterima ngga ya di yayasannya Ka Idhar?" tanya Rana dengan sorot mata yang penuh ke khawatiran
"Mudah-mudahan di terima" jawab Ilhan sambil tersenyum dan mulai meraih salah satu tangan Rana dan menggenggamnya untuk menenangkannya
"Tapi aku masih di bawah umur, kak!"
"Banyak-banyak berdo'a aja supaya kamu di terima!"
Rana mengangguk mengiyakan saran dari Ilham
"Maafin kakak ya!"
"Maaf untuk apa?"
"Maaf karena kakak ngga bisa bantuin kamu! Seandainya kakak udah kerja mungkin kamu ngga bakalan kebingungan cari tempat tinggal dan pekerjaan seperti ini untuk menyambung hidup!"
"Kaham... saat ini kakak juga udah bantuin aku! seandainya aku ngga punya kaham di sisiku... mungkin saat ini aku masih kebingungan aku mau kemana!"
Ilham memandang wajahnya Rana yang tersenyum kecil ke arahnya dengan tatapan yang teduh.
"Asal Kaham ada selalu buat aku... aku udah bahagia!"
Ilham hanya bisa tersenyum mendengar perkataannya Rana.
"Eh bus nya udah datang tuh, Kak!" ucap Rana yang melihat bus mulai datang mendekati halte bus yang sedang di diaminya.
Rana dan Ilham mulai beranjak dari duduknya tanpa melepaskan tautan jari mereka yang telah tergenggam erat. Tangan kanan Ilham yang masih bebas mulai mengambil tas pakaiannya Rana yang sudah dia ambil alih sejak tadi.
Kini mereka berdua mulai masuk ke dalam bus yang akan mengantarkan mereka ke rumahnya Idhar.
"Duduk di sini aja, Ra!" Ilham memilih tempat duduk yang lumayan dekat dengan pintu keluar bus ini.
***