WebNovelKEI15.79%

DIA

Saat bell selesai istirahat berbunyi, guru piket datang ke kelas untuk memberitahu bahwa guru olahraga tidak akan masuk kelas, kami hanya diminta untuk membuat rangkuman BAB 1, karena itu para wanita langsung berkumpul untuk mengobrol dan yang pria pada main video game.

"Diss, perpus aja yuk." ajak ku pada Disa, "Mau lanjutin baca ini gue." ku tunjukan novel berjudul 'Single Girl To-do List.'

"Bentar gue ambil laptop dulu."

Sembari menunggu Disa aku mengisi daya pada ponsel ku, lalu meletakannya di kantong kecil pada boneka di koala ku.

Aku dan Disa memiliki spot favorit di perpustakaan, tempat itu terletak di pojok paling belakang. Tempatnya agak sedikit seram karena tidak mendapat banyak sinar lampu, tertutup beberapa rak buku.

Aku larut dalam bacaan ku, walaupun sesekali aku sempatkan melirik layar laptop Disa, dia sedang mendownload film.

"Kei, balik yuk. Bentar lagi bell pulang." kata Disa sambil merapihkan laptopnya. Aku hanya memberi anggukan pelan tanda setuju lalu mengekorinya keluar perpustakaan.

Benar saja, saat sampai kelas anak-anak yang lain sudah bersiap-siap dengan tas mereka.

"Kei, hape bunyi noh dari tadi. Abang lo." ujar Dimas, tempat duduknya tepat di belakang ku. Aku sebenarnya tidak terlalu memperhatikan ucapan Dimas karena terlalu fokus pada sosok manusia yang duduk di kursi depan ku.

Seorang pria berambut hitam pekat, dengan mata berhiaskan kacamata bergagang besi tipis. "Guys!" ucap ku sedikit berteriak, yang lain menghentikan kegiatannya sejenak untuk ku.

Aku bertanya pada mereka dengan sedikit berbisik, "Siapa?" Fix. Banget. Aku. Penasaran.

"Tanya aja sendiri, Thalia Cassandra." Diyon menjawabnya dengan suara lantang dan penekanan yang hakiki pada nama ku. Aku melempar tatapan membunuh sebagai balasan.

Bodo lah, nekat aja!

Aku mengetuk bahunya dengan jari telunjuk ku. Butuh beberapa detik untuknya menoleh kearah ku, langsung saja ku pasang senyum ala iklan pasta gigi.

"Kei," ucap ku segirang mungkin sambil mengulurkan tangan ku. Aku menangkap tatapan dingin dari matanya saat menatap ku dan uluran tangan ini bergantian.

"Tyo," jawabnya singkat lalu membalikan wajahnya, mengacuhkan tangan ku. Sialnya bell sekolah berbunyi dan dia segera keluar kelas, meninggalkan aku dan tangan ku yang masih terulur.

"Ya Tuhan, kasian amat tangan cakep begini di anggurin." Siska berujar lalu menepukkan tangannya di tangan ku. Dia duduk di kursi si balok es.

"Stefano Prasetyo, Solo, 14 Februari, Single." Linka memberikan informasi, dia pasti sudah menanyakan itu waktu tadi si balok es memperkenalkan diri. Linka duduk di kursinya Jenny, di samping ku.

"Eh Kei, dia punya gue, asal lo tau!" ucap seseorang sinis, Shela, punya gelar queen. Btw, itu gelar dia sendiri yang buat.

"Blah, blah, blah." Disa menimpali dengan sinis juga.

Kami semua hanya bisa tertawa, dari dulu Disa dan Shela memang suka begitu. Bukannya kita-kita ga berani gituin Shela, tapi ogah aja. Kalo Disa malah doyan, katanya kaya punya peliharaan. Astaga.