mereka menghentikan langkahnya di depan sebuah gubuk tua yang keliatannya sudah hampir roboh jika tertiup oleh angin.
"teman-teman ini rumahku, aku tinggal di sini berdua hanya dengan ayah ku" Rangga menunjuk ke arah gubuk tua itu
"ayah ku ada di dalam, sebaiknya kalian masuk saja dan katakan kalo kalian ini adalah temanku" Rangga memalingkan wajahnya dari gubuk itu, dia nampak sedih mengingat ayahnya yang kini sudah tua renta dan sakit-sakitan tapi kini hanya tinggal sendirian di dalam gubuk itu. kemudian, Ahmad dan Valir masuk ke dalam gubuk itu. tapi karna Valir adalah malaikat tentu dia tidak bisa di lihat oleh semua orang.
"permisi... apa ada orang di dalam sini?" kata Ahmad
uhuk uhuk terdengar suara batuk-batuk dari dalam gubuk itu. mereka yang mendengar suara itu merasa khawatir sesuatu terjadi kepada ayah Rangga.
"Ahmad tolong ayahku, cepatlah masuk" pinta Rangga karna Rangga merasa khawatir. Ahmad yang tanpa basa basi pun segera masuk dan mengecek kondisi ayah Rangga yang kini sedang sakit. Ayah Rangga terkejut ketika melihat Ahmad masuk, ayah Rangga mengira kalo itu adalah anaknya namun harapan itu sirna setelah melihat kenyataan yang datang sebenarnya bukan anaknya itu. melainkan orang lain yang tidak dia kenal sebelumnya.
"kamu siapa? mau apa kamu ke sini?" tanya Ayah Rangga
"uummmhh permisi pak, maaf kalo saya sudah mengagetkan bapak" kata Ahmad sambil berjalan menuju arah ayah Rangga yang sedang duduk di atas kasur yang hanya di letakan di atas lantai begitu saja, tanpa menggunakan keranjang.
"perkenalkan pak, nama saya Ahmad temannya Rangga" kata Ahmad memperkenalkan diri
"oh nak Ahmad, saya ayahnya Rangga. nama saya Karto" kata pak Karto
Rangga yang melihat ayahnya kini semakin lemah keadannya, Rangga merasa kasihan dan Rangga semakin sedih karna dia meninggalkan ayahnya yang kini sebatang kara.
"kalo nak Ahmad datang ke sini untuk mencari Rangga, saya minta maaf karna Rangga sedang tidak ada di rumah. sudah beberapa hari ini dia belum pulang. entah di mana dia sekarang?? uhuk uhuk saya merasa khawatir jika sesuatu terjadi kepada anak semata wayang saya mas"
"apa bapak tinggal sendirian di sini?" tanya Ahmad
"tidak, saya tinggal berdua dengan anak saya Rangga"
"umh maaf pak istri bapak kemana?" tanya Ahmad lagi penasaran
"istriku sudah lama meninggal, saat Rangga berusia 15 tahun"
"kalo boleh tau... kenapa istri bapak meninggal?" tanya Ahmad
"dia terkena sakit tumor otak"
"apa? jadi ibu selama ini sakit?" kata Rangga yang tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengarkan.
"kamu kenapa terlihat kaget seperti itu?" tanya Valir
"Rangga, kamu kenapa?" kata Ahmad berbisik?
"aku selama ini tidak tau kalo ibu ku sakit keras" jawab Rangga
"nak, kamu sedang bicara dengan siapa?" tanya pak Karto
"ah tidak pak, tidak bicara dengan siapa-siapa" kata Ahmad sembari menggaruk kepalanya
"bagaimana kamu tidak tau kalo ibumu itu sakit keras?" kata Valir
"selama ini ibuku nampak sehat tapi memang terkadang ibu mengeluhkan sakit kepala kepada ku. tapi ibu selalu bilang kalo dia tidak apa-apa... begitu juga dengan ayah yang selalu menutupi hal ini dari aku" kata Rangga sedih menahan air matanya
"jadi bapak tidak menceritakan hal ini kepada Rangga? tentang penyakit yang ibunya derita?"
"dari mana kamu tau nak, kalo bapak tidak memberitahu Rangga soal ibunya yang sakit keras?"
"itu hanya tebakanku saja pak" kata Ahmad berbohong
"pak, saya minta maaf kedatangan saya kesini untuk memberitahu suatu hal kepada bapak"
"apa itu nak?"
"beritahu saja Mad agar aku bisa tenang di sana" kata Rangga memohong
"tapi bagaimana aku memberitahunya?" kata Ahmad berbisik
"nak, apa yang ingin kamu sampaikan kepada bapak?" kata pak Karto
"pak, saya minta maaf. sebenarnya Rangga sudah tidak ada tapi..."
"apa maksud kamu nak?" kata pak Karto memotong pembicaraan Ahmad
"tenang pak, biarkan saya menyampaikan ini terlebih dulu"
"cepatlah nak, di mana Rangga anak ku?"
"sebenarnya Rangga sudah tidak ada pak... dia mengalami kecelakaan tapi roh Rangga ada di sini"
"apa?!!! nggk, Rangga baik-baik saja. kemarin dia berpamitan untuk bekerja tapi memang sekarang Rangga tidak ada di sini tapi bukan berarti Rangga sudah meninggal!!! Rangga bisa saja sedang bekerja tapi di tempat jauh. sehingga Rangga tidak bisa pulang ke sini"
"pak, saya minta maaf tapi memang itulah kenyataannya tapi pak Rangga sekarang ada di sini bersama bersama kita"
"di mana anak ku? dimana?!!! uhuk uhuk" kata pak Karto berteriak
"Rangga, kemari lah" kemudian Rangga mendekati Ahmad dan masuk kedalam tubuhnya
"pak, ini aku pak Rangga anakmu" Rangga menangis meyakinkan ayahnya kalo itu adalah dirinya
"kamu bukan Rangga, kamh temannya Rangga!!" pak Karto mulai merasa marah dan tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Rangga
"pak, apa bapak masih ingat saat dulu aku masih kecil... bapak selalu menggendong ku di punggung bapak dan bapak selalu mengajakku berkeliling dengan sepada bapak ke sungai yang ada di pinggir jalan raya itu... apa bapak ingat?? bapak juga bilang kalo aku ini anak laki-laki dan aku harus kuat tidak boleh cengeng saat ada masalah. pak, ini Rangga anak mu pak. ini Rangga" Rangga menangis tak kuasa menahan air matanya
"Rangga" pak Karto mulai mempercayainya kalo itu adalah Rangga anaknya karna semua yang di ucapkan oleh Rangga adalah kenangannya bersa Rangga saat Rangga masih kecil, pak Karto dan Rangga saling memeluk satu sama lain.
"iya pak, ini Rangga anakmu" kata Rangga sambil terisak menangis di pelukan ayahnya
"apa yang terjadi kepadamu nak?"
"pak, kemarin malam saat Rangga pulang kerja.. Rangga di hadang oleh segerombolan preman dan Rangga tidak tau mereka siapa. mereka merampok uang yang Rangga bawa untuk bapak.. untuk biaya pengobatan bapak. Rangga berusaha melawan mereka dan berteriak minta tolong tapi naas Rangga di tusuk oleh salah satu dari mereka dan uang Rangga yang harusnya untuk bapak. sudah mereka ambil. pak Rangga minta maaf karna Rangga tidak bisa memberikan uang itu untuk bapak berobat" kata Rangga sambil menangis
"jadi benar kamu sudah meninggal?" tanya pak Karto
"iya pak" jawab Rangga
tangisan pak Karto semakin menjadi karna mengetahui anak semata wayangnya kini sudah tiada. suasana haru dan penuh dengan duka mendalam kini menyelimuti keduanya. ayah dan anak itu saling berpelukan untuk terakhir kalinya dan mengucapkan kata perpisahan.
"pak, Rangga baru tau kalo ibu ternyata sakit keras. kenapa bapak tidak pernah cerita ini ke Rangga pak?"
"saat itu kamu masih terlalu kecil nak. jadi kamu tidak perlu tau soal hal itu" kata ayah Rangga dengan menundukkan kepala
"sekarang kamu bisa pergi dengan tenang nak, karna bapak sudah tau kebenarannya kalo kamu sudah tidak ada" kata pak Karto
"tapi, bapak di sini sendirian, siapa yang akan mengurus bapak kalo bukan Rangga? hiks hiks"
"tenanglah nak, bapak bisa menjaga diri bapak"
"Rangga, aku dan Ahmad akan berusaha menjaga dan merawat ayah kamu" kata Valir
"benarkah?" kata Rangga
"kenapa nak?" tanya pak Karto
"pak, temenku ini namanya Ahmad dan dia ingin menjaga dan merawat bapak" kata Rangga
"tidak nak, bapak bisa mengurus diri sendiri. bapak tidak mau membebani orang lain. bahkan kamu"
"pak, tidak. bapak bukan beban untuk kita" kata Rangga
"baiklah nak, bapak terima"
"terimakasih pak, sekarang Rangga bisa pergi dengan tenang dan Rangga bisa bertemu dengan ibu. pak, Rangga minta maaf kalo selama ini Rangga selalu menyusahkan bapak dan selama ini Rangga belum bisa membahagiakan bapak" kata Rangga kemudian mereka berpelukan untuk terakhir kalinya.
"sslamat jalan nak" kata pak Karto berbisik mengikhlaskan Rangga pergi. kemudian Rangga keluar dari tubuh Ahmad dengan tenang.
"pak, saya akan berusaha merawat bapak. smaa seperti Rangga yang selalu merawat bapak penuh dengan cinta"
"terimakasih nak Ahmad"
"sama-sama pak, tapi sekarang saya pamit pulang dulu ya pak."
"baiklah nak, hati-hati"
lalu Ahmad dan Valir pulang kembali menuju rumah sakit untuk mengembalikan tubuh yang telah Ahmad pinjam
******