Butterfly ignores The Flower

Hah... Rasanya semalaman aku tak bisa tidur karena memikirkannya. Tapi, aku sudah di sini, berdiri di halaman tengah kampusku lagi.

Bukan bagaimana..

Tapi aku tidak bisa mengendalikan diriku saat aku berjumpa dengannya kemarin sore.

Setelah pulang ke kost dan makan bersama dengan Kak Rezky, aku mulai banyak melamun. Aku jadi tidak enak dengan kakak yang sungguh-sungguh menghiburku kemarin.

Aku tidak bisa menjelaskan perasaanku pada Kak Rezky. Aku tidak pula menceritakan tentang Yuwan padanya.

Meski kami tetanggan, tapi aku sangat tertutup perihal kehidupan asmaraku. Lagian itu kisah anak bau kencur. Kisah cinta monyet yang bukan sesuatu hal yang perlu aku umbar dengan orang lain meski itu dengan sahabat kecilku sendiri.

Tapi aku pernah menangis sesegukkan dan kak Rezky yang seharian menemaniku. Aku ingat, Kak Rezky mengataiku bodoh karena menangisi soal cinta yang pergi.

Huh, dia tidak pernah pacaran mana paham soal beginian. Tapi... aku merasa lebih baik saat aku menjadikannya sandaran.

Meski aku tak membahas Yuwan dengannya, tapi aku mengakui kalau aku memiliki kekasih dan pernah tersakiti karenanya.

Kak Rezky memang pendengar yang baik. Aku heran, orang sebaik dia kenapa tidak memiliki kekasih ya?

Dia terlalu sibuk berorganisasi, entah OSIS, pramuka, dan kini bahkan dia menjabat menjadi staff BEM kampus. Astaga. Dia hebat sekali mengatur waktunya. Sudah menjadi panitia acara ospek, tapi juga sekretaris di mapala kampus.

Beda sama aku, aku terlalu sibuk dengan duniaku sendiri. Aku bahkan tak pandai bergaul. Aku selalu kesulitan berbaur di kehidupan sosial. Pemuja kamar adalah duniaku akan selalu tersiksa di dunia luar.

Aku sebenarnya anak yang ceria, hanya saja aku kesulitan menunjukkannya pada dunia.

***

Oke, balik ke masalah utama. Hari ini adalah ospek hari kedua. Aku sudah ada di kampus tercintaku ini lagi.

Jika hari ini aku kebingungan bagaimana aku menyikapi soal Yuwan, maka aku hanya harus stay cool saja.

Masa bodoh soal mantan!

Masa bodoh soal cinta monyet!

Masa bodoh Yuwan yang berada di kampus yang sama!

Lagian... belum tentu kita sejurusan dan sekelas. Hahaha.. itu hanya di film, tidak ada kebetulan takdir yang seperti itu.

Rinci dan terstruktur. Tidak ada!

Dan yak..

Kepercayaan diriku yang sebesar gunung Slamet langsung runtuh. Aku bertemu lagi dengannya.

***

Kampus...

Ketika para mahasiswa baru di suruh berkumpul di lapangan, kelompokku dan kelompok milik Yuwan berjejeran. Kami bersebelahan banjar.

Kelompok dia dan kelompokku bertetanggaan!

Maunya apa coba, ya Tuhan?

Abaikan saja! Innerku selalu memberiku saran seperti ini. Aku akan mengabaikannya. Lagian udah lama juga, sadarlah aku ini hanyalah seorang mantan!

Mau tidak mau aku memang akan sering bertemu dengannya.

Perasaanku memang tak bisa diabaikan begitu saja, tapi aku bisa sejenak mengabaikannya. Aku hanya harus fokus pada hal yang lain saja. Acara ospeknya juga seru kok. Kami bernyanyi, menari, dan main game bersama. Fokus ospek saja, lupakan unek-unek tidak jelas ini!

***

Beberapa saat kemudian..

Wah, anak yang sangat mencolok kemarin semakin heboh saja hari ini. Maklum sih, sudah cantik, pintar bernyanyi juga. Siapa tadi namanya?

Allissya Swan.

Blasteran Jerman.

Cantik. Pintar. Kaya. Dan blasteran. Nikmat mana lagi yang kau dustakan?

Aku tak pernah melihat manusia sesempurna ini. Apa dia bidadari? Lihatlah mata semua orang di sini! Semua tertuju padanya. Apalagi senior Zack, si mesum yang terkenal ganjen itu. Dia terlihat semangat sekali.

Aku ingat, kemarin ketika aku harus mengumpulkan nama kelompok dan jargon kelompokku, dia menahanku cukup lama. Dia bahkan hampir mendapatkan nomorku. Untung saja kak Rezky datang menyela. Aku benar-benar takut padanya.

Terima kasik Kak, kau menyelematkanku!

Hari inipun aku akan berusaha menghindari kontak berdua dengannya. Iya! Dia memang tidak berbisa tapi dia menyebalkan dan membuat risih. Padahal belum kenal dekat, tapi instingku ingin aku menjauh darinya.

Apaan coba kemarin dia berusaha menyentuh kepalaku katanya ada sesuatu di sana. Padahal saat aku menghindarinya dan mencoba mengibasnya, tidak ada sesuatu apapun di sana.

Hampir saja aku terkena jebakan batman! 😑

Sebagai mahasiswi baru aku harus hati-hati dalam bertindak. Aku adalah orang baru dalam kampus ini yang tidak tahu bagaimana kehidupan anak-anak sini. Aku memang terlalu ofensif, tapi mau bagaimana pagi. Ini adalah bentuk penyelamatan diri ala diriku.

Aku hanya ingin kehidupan kampusku berjalan normal. Meski ada mantan kekasihku sekalipun.

Rie fighting!!!! 💪💪

***

Aku menatap Allissya Swan yang sedang bernyanyi. Ah dia duet dengan Yuwan. Aku tahu pasti Yuwan itu memang pandai bernyanyi, dulu waktu SMP dia adalah vokalis band sekolah. Mereka benar-benar terlihat kompak. Suara mereka bisa bergema begitu indahnya. Seperti memiliki kemistri dalam melodi. Orang pemilik suara fals seperti diriku mana mungkin bisa membuat orang lain bertepuk ramai setelah nada terakhir selesai.

Aku ikut bertepuk tangan.

Mereka berdua terlihat sangat akrab meski belum lama bertemu. Aah... apaan sih, wajar saja karena mereka satu kelompok. Mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama.

Aku memegangi dadaku.. sesak.. aahh..

Aku mengambil sesuatu dalam tasku. Itu adalah obat asmaku. Aku segera menggunakannya.

Aku mencoba bernafas perlahan... memegangi dadaku yang perlahan mulai bernafas dengan baik.

Beruntung suasana sangat ramai, tak ada yang terlalu memperhatikanku. Syukurlah... aku tidak ingin orang tahu jika aku menderita asma yang lumayan parah.

Sepertinya hari ini aku sudah mencapai batasku.

"Rie.. kau baik-baik saja? Wajahmu pucat sekali..." Tanya Metta. Metta Aveline, teman baruku.

Oke. Aku menyerah. Aku memang sudah tak sanggup lagi mengikuti kegiatan ospek ini. Aku mendengar Metta meminta izin pada ketua ospek agar aku bisa istirahat dan tentu saja ketua ospek mengizinkannya.

Dan kini akupun berakhir di UKS.

Menyedihkan.. padahal dulu aku ini smasher tim volley sekolah, tapi sekarang hanyalah sosok lemah yang mudah sekali sakit.

Aku memang harus menjaga tubuhku dengan baik. Jika aku sehat, aku bisa melakukan banyak hal.

***

Kak Rezky membawa banyak makanan dan minuman. Dia terlihat sangat khawatir. Ayahku memang menitipkanku padanya. Dia juga tahu jika kondisiku memburuk. Jika sudah seperti ini, dia berubah menjadi sangat cerewet melebihi ibuku.

"Obatmu?" Tanyanya.

"Aku sudah meminumannya."

"Di kost masih ada, kan? Haruskah kita ke rumah sakit?"

Aku memegangi tangannya. "Aku baik-baik saja. Tidak perlu juga meminta izin untuk tidak mengikuti ospek terakhir esok hari."

"Tapi Rie..."

"Percayalah!"

"Jika merasa tidak kuat, cepat-cepatlah ke UKS. Jika aku tak ada di sisihmu, mintalah bantuan pada temanmu seperti tadi. Oke?"

"Hm. Aku mengerti."

"Aku akan memesan taxi, tunggulah sebentar!"

"Iya.."

Dia tidak berubah. Selalu saja menjadi orang yang sangat baik. Kau bisa menghawatirkan setiap waktu, cobalah untuk menghawatirkan dirimu sendiri. Dasar manusia berhati malaikat!

Setelah kakak pergi, aku mencoba bangun dan menata tasku. Memasukkan kembali obat-obatku. Badanku lemas sekali. Aku ingin segera tidur di ranjangku.

BTW apa tadi aku membuat kehebohan? Tidak, kan? Maksudku aku tiba-tiba pamit ke UKS saat rame-ramenya acara.😑 Apa yang mereka pikirkan tentangku ya? Bukankah aku tak ingin jika aku yang begitu lemah ini ketahuan orang lain. Haah..

Ini menyebalkan.. tapi karena aku di UKS jadi aku bisa menghindarinya.

Hari ini banyak hal yang tak sesuai harapan. Tuhan, ini rencana-Mu ya?