Di depan kami sekarang ada kotak, tapi kami tidak tahu cara membukanya.
"Kotaknya banyak lubang, kita coba masukin sesuatu" ucap Sika.
Kami memasukan hampir semua benda yang muat, contohnya pisau, garpu, pensil, jari, sendok, selongsong peluru.
"Hmm... Katanya ini hadiah dungeon sekolah kan?" ucap Harto.
"Dungeon level 0" ucap Ira.
"Terserah aku lah"
Dia membuka tas nya dan mengambil sebuah pisau merah.
"Wah muat"
"Widih"
Kami memasukan pisau pisau itu ke lubang lubang di kotak itu dan akhirnya kotak itu pecah dan terlihat gulungan kertas.
"...."
Harto mengambil kertas itu dan membacanya.
"Tunggu besok ya..."
"Itu isinya?" Tanya Sika.
"Iya"
Dia lalu memasukkan kertas itu ke tas nya.
"Soal orc yang di bilang.." ucap ku
"Diam sebentar, ada suara yang mengarah ke sini" ucap Sika.
Kami semua diam, setelah agak lama terdengar suara langkah kaki berat.
Dan suara langkah kaki berat itu berhenti di depan rumah ku.
"jangan jangan orc penciumannya tajam?"
Kemudian pintu ku seperti di pukul pukul, kami langsung ke kamarku dan kabur lewat lubang di dinding.
Sebelum kabur aku mengambil pedang yang sembunyi di puing dinding.
"Dari mana kamu dapat pedang seperti itu?" Tanya Ira.
"Tadi malam"
Tak lama kemudian kami mendengar langkah kaki lagi, namun lebih cepat.
Rupanya orc itu berlari ke arah kami.
"Anjir!"
Kami berempat langsung tancap gas buat berlari.
Ira terlihat mengisi peluru ke senapannya lalu berlari mundur.
"Seseorang jadi sandaran punggungku"
"Ok"
Sika menempelkan punggungnya ke punggung Ira.
"Ok, sip"
Dia mengarahkan senapannya.
Ting*
Sebuah peluru meluncur, tapi peluru itu di hentikan oleh sebuah lapisan transparan.
"Wah.. lari!!!"
Tiba tiba kucing nya Sika melompat dari bahu nya dan ekornya menghilang menjadi 1.
Kemudian di atasnya terbentuk sebuah tombak dari cahaya yang berwarna kuning.
"Sihir?"
"Ooh!!!" Teriak Ira.
Ira langsung memasukan 1 peluru lagi.
Saat tombak itu meluncur ke arah orc itu, Ira juga menarik pelatuk nya.
Tombak cahaya itu berhasil mengenai bahu orc itu dan kemudian peluru Ira menembus kepala orc itu dan orc itu tumbang dan tidak bergerak lagi.
Orc itu menghilang dan menyisakan 4 buah gigi taring, aku mengambil gigi itu dan memasukkannya ke tasku.
Kami lanjut berjalan, tujuan kami?, Kerumahnya Sika.
"Hm? Kok ekornya jadi 2 lagi?" Tanya ku karena melihat ekor kucing itu.
"Mungkin karena cooldown nya sudah habis"
Karena suara berisik yang kami hasilkan akhirnya para zombie pun datang.
"Nih"
Harto melemparkan aku sebuah kayu.
"Wah"
"Ku tahu kamu tidak bisa pakai pedang itu"
"Wkwk"
Kami memukuli zombie zombie yang menghalangi jalan kami.
Tiba tiba Harto berteriak, lalu dia memukul ke belakang.
Terlihat ada sebuah pisau menancap di punggung nya.
"Ganti tujuan, kita ke apotek dulu"
Aku menggotong Harto.
"Sial!, Kenapa ada goblin di sini"
Akhirnya kami tiba di apotek, tapi di depan apotek itu ada monster kecil berwarna ungu, dengan 1 mata besar dan terbang, lalu ada dua tangan seperti pisau.
Dan Ira beraksi lagi, dia memasukkan peluru dan menembak monster itu.
Monster itu pecah.
"Berapa sisa peluru mu?" Tanya ku.
"Lumayan, ada 190 mungkin?"
Kami berjalan masuk ke apotek, apotek kecil yang kami kenal sekarang menjadi aneh.
Tidak ada obat obatan yang terpajang, dan adanya tangga kebawah.
"... Masuk?" Tanya Sika
"Kurasa jangan, sepertinya tempat yang memiliki barang barang berharga akan menjadi dungeon" ucap Ira
"Tapi nanti Harto gimana?, Kita tidak bisa asal mencabut pisau nya" ucap Sika.
Kami terdiam sebentar.
"Kalau begitu ke rumahku dulu, disana aku ada kotak p3k" ucap Ira.
Rumah Ira agak jauh dari sekolah, tapi dekat apotek ini.
Kami berjalan ke rumah Ira, benaran dekat di belakang apotek, hanya aja harus melewati 3 rumah.
Ira membuka pintunya lalu kami masuk, dan hebat rumahnya ada PS2, PS3, PS4, VR, pc pasar malam dan tumpukan kaset.
"GILAAA!!!!" teriak Harto dan tiba tiba dia merengek kesakitan.
"Kena kao"
Dia masuk ke kamar nya lalu mengeluarkan kotak P3K yang gede dan tab sultan.
"Gila mypad 11!!" Teriak Sika.
Dia menaruh tab nya ke meja lalu membuka kotak P3K.
"Hmm.."
Ada sebuah mesin kecil, seperti alat bantu bernafas? Mungkin.
Dia menyuruh Harto menghirup itu dan kemudian Harto malah tertidur.
"Ok kita bisa cabut pisau nya" ucap Ira.
"Barusan kamu membius dia?" Tanya Sika.
"Iya"
Ira menarik pisau di punggung Harto dan darah langsung menyembur.
Aku reflek menekan punggung Harto.
"Sip"
Dia kemudian memakai sarung tangan jarum medis.
"Woi woi, kamu tahu hal kek gini dari mana?"
"Kamu pikir aku mau jahit??"
Dia melihat ke tangan nya lalu dia bingung sendiri kemudian dia mengeluarkan penjepit, kapas dan alkohol.
Dia menuangkan alkohol itu ke kapas lalu dengan penjepit dia mengambil kapas itu dan membersihkan luka tusukan itu.
"Jangan kamu lepasin tekanan nya ya, ntar ini orang bisa koma"
"Iya iya aku tahu"
Setelah membersihkan lukanya dia kemudian memakai kacamatanya dan mengeluarkan jarum medis.
Dia kemudian menjahit luka tusukan itu dan beneran rapi.
Dia kemudian menyimpan jarum medis itu ke kantong plastik.
Dia mengeluarkan alat seperti staples tapi dia menyimpan alat itu lagi.
"2 jam lagi nanti dia bangun, suruh dia jangan banyak gerak"
Dia melepas sarung tangannya lalu membuang sarung tangannya ke tong sampah, sedangkan alat alat tadi dia bawa pergi.
Aku kemudian melepaskan tanganku dari punggung nya.
"Dia menjahit luka nya Harto, tapi dia tidak melepas baju nya terlebih dahulu"
"Tapi hasilnya bagus kok, mungkin dia belajar dari ini"
Dia menunjukkan kaset VR yang bergambar proses operasi.
"Hoooh..."
Aku melihat ke lemari nya, banyak buku kedokteran.
"Jadi cita citanya jadi dokter" ucap ku.
"Kalau kamu mau jadi apa?" Tanya Sika.
"Aku maunya jadi novelis"
"Kamu memang cocok sih, cerita buatan mu juga bagus"
"Hah!? Kamu baca buku yang di kamarku!??"
"Tiap aku datang ke rumahmu malahan, kukira kamu sengaja taruh di sana untuk aku baca"
"Aduh..., Ok ok kalau kamu mau jadi apa?"
"Aku?, Hmm.. apa ya?.. kalau bisa aku mau jadi.. ah aku malu untuk menyebutkannya"
"Jangan dipaksakan"
"Ok"
Tak lama kemudian Ira keluar membawa 3 VR.
"Kurasa kita harus latihan bertempur, tapi tunggu Harto bangun dulu"
"Emang kita nanti main apa?" Tanya Sika.
"Ini"
Dia menunjukkan eroge.
"Anjim, Ira!!"
"Hm?"
"Ira mesum!!" ucap Sika dengan muka merah.
Dia melihat ke kaset yang dia kasih lihat.
"Lah kok ini sih???"
Dia masuk lagi dan mengeluarkan kaset bertema perang medieval.
"Simulasi perang paling terkenal, rome war" ucap Ira
""..….""
------------