Makhluk Intelektual

"hmm..."

Yang di depan kami sekarang sebuah batu raksasa.

"Ini sekolahkan?" Tanya Harto.

"Iya, aku biasa lewat sini buat ke sekolah" ucap Ira.

Ira mencoba menembaki batu itu, peluru nya menembus batu itu dan terdengar suara squish*.

""Hah!?""

"Ui ui, jangan bilang itu"

Tiba tiba batu itu retak dan keluar naga berwarna hijau dan masih sedikit berlendir.

"Cepat bunuh anak naganya sebelum jadi gede!!" Teriak Ira.

Tiba tiba hempasan angin yang kuat datang, dan kami tertutupi bayangan.

Kami melihat ke belakang ada naga hitam yang super super besar.

""Oh... Halo pak naga"" ucap kami semua kecuali Tira.

"Bapak kan seharusnya ibu" ucap Tira.

""Halo bu naga""

Kami semua langsung berlari secepat yang kami bisa.

"Kalian kira kalian bakal ku lepas setelah menyakiti anakku!!!"

"Ampuun!!!!"

"Ira ini semua salah mu!!!" Teriak Harto.

"Hah!? Ini kan bukan masalah yang besar"

"DIKEJAR NAGA KAU BILANG BUKAN MASALAH BESAR!!!!?"

"Naganya bisa ngomong" ucap Sika.

"Ku kira itu suara karena aku ketakutan njir" ucap Harto.

Kami semua berhenti dan naga itu juga berhenti mengejar kami.

Sika dan Harto memegang kepala Ira lalu menundukkan nya ke bawah, kami juga menundukkan badan kami.

""Maafkan kami""

"Baiklah, kalian ku maafkan"

"Tuh kan bukan masalah besar"

"Gua tumbuk juga muka lu"

Tira langsung berjalan ke kaki naga itu lalu mengetuk ngetuk cakarnya.

"Hebat!!, Apakah ini lebih keras dari besi???"

"??"

Dia mengayunkan batang besi ke cakar naga itu dan tang*, dia terpelanting ke belakang karena hukum ke 3 newton.

"Aw..."

"Puas?"

"Iya"

Tiba tiba ada suara tepuk tangan.

"Hebat hebat, kalian cepat akur juga ya"

Wanita berambut putih itu muncul lagi.

Wanita berambut putih itu melihat ke arah naga itu.

"Jadi gimana?"

"Mustahil, dunia ini terlalu kecil"

"Hmm benar juga"

Wanita berambut putih itu berjalan ke Tira dan memegang wajahnya.

"Hooh... rupanya bisa ketakutan juga"

"...."

"Kamu suka menyiksa ya?"

"Tidak, aku hanya sering emosi sesaat dan menjadi gila"

"Oh... Kalau begitu selamat tidur"

Tiba tiba kami semua tumbang dan kesadaran kami hilang.

~~~~~

""Hah!?""

Kami semua terbangun bersamaan, kami semua masih tetap terakhir kali kami berdiri.

Rambut kami benar benar berubah warna sekarang.

"Sudah sadar?"

Kami melihat ke belakang, gadis berambut putih itu duduk di puing puing bangunan.

"Apa sebenarnya kamu lakukan?" Ucap ku.

"Tidak terlalu penting"

"Mengapa kamu selalu mendatangi kami?, Apa kamu juga mendatangi orang lain?"

"Pertanyaan bagus, aku hanya utusan dan masih banyak yang lain seperti aku, tapi tidak mirip secara fisik atau sifat ya, omong omong rambut berwarna putih mu itu cocok dan mirip dengan punya ku"

Dia melempari satu kantong itu ke Tira.

"Hanya kalian yang dapat kantong itu, jadi jangan sampai diambil orang atau hilang"

Dia lalu berdiri.

"Mungkin ini pertemuan terakhir kita, selamat tinggal"

Dia lalu memudar dan hilang.

Karena langit agak sore kami memutuskan untuk ke rumah Ira lagi karena rumahnya kami anggap sebagai tempat teraman.

"Semalam kalian tidur di loteng sempit ini?"

""Bacot""

Kami kemudian memakan apapun yang Sika keluarkan dari kantong nya.

Lalu dia berhenti mengeluarkan barang lagi.

"Habis..."

""Huuh....""

Kali ini malamnya lebih sepi, kadang terdengar suara teriakan zombie saja.

"Bagaimana cara kalian tidur di kondisi seperti ini?? Tidak takut di ala apain?"

"Mau tahu?" Tanya Ira.

"Hooh"

Ira mengambil sebuah tisu dan meneteskan sesuatu lalu melemparnya ke muka Tira, lalu Tira tertidur.

"Ok, sepertinya kita harus mencari bahan makanan, atau makanan instan di mall maupun toko terbengkalai" ucap Harto.

"Tapi apakah tempat seperti mall itu tetap mall atau jadi dungeon lagi seperti yang di apotek??" Ucap ku.

"Omong omong soal apotek, kenapa kita tidak coba masuk?" Ucap Sika.

"Bahan makanan lebih penting, kita cari makanan dan air terlebih dahulu dan baru kita coba masuk dungeon di apotek" ucap Ira.

Lalu kami semua terdiam.

"Tapi terasa seperti mimpi aja" ucap Sika.

Kami semua kemudian berpisah dan tidur.

Kami berhasil bertahan hidup selama 2 hari.

Paginya kami mencuci muka, lalu diam sebentar agar lebih fokus.

"Bangsat kenapa kamu bius aku!??"

"Lah kamu kan pengen tahu, ya aku kasih tahu"

"....."

"Ke rumah ku dulu yuk, emang kalian mau jalan kaki terus" ucap Harto

"Benar juga tuh" ucap Ira.

Kami memutuskan ke rumah Harto, dan saat tiba di rumahnya ternyata kendaraan nya sudah hancur di injak injak monster.

"..."

Rumahnya cukup besar.

"Hei Harto, rumah segede ini pasti ada makanan kan?" Ucap Ira.

"Sayangnya tidak, aku sudah memakan habis sebelum ke sekolah kemaren"

Tiba tiba kami mendengar langkah kaki di belakang kami, kami langsung mengeluarkan senjata kami, Tira mengeluarkan tongkat merah.

"Tenang tenang, kita bukan musuhan"

Kami melihat makhluk seperti manusia tapi dengan tanduk di kepalanya.

"Demon?" Tanya Sika

"Yap, aku ingin berbisnis dengan kalian"

Tira lalu maju.

"Baiklah, bisnis macam apa yang kau tawarkan?"

"Mudah saja, aku akan memberikan kalian makanan dan kalian tinggal memberikan gigi orc, maupun hasil drop lain, semakin berharga barang drop yang kalian kasih, semakin bergizi makanan yang aku kasih"

"Baiklah, tapi untuk apa kamu memerlukan barang drop?"

"Kalau begitu jawab pertanyaan ku dulu, untuk apa kalian memerlukan makanan"

Harto langsung mengeluarkan gigi orc dan menggigitnya.

"Aw, Keras anjim"

"Kami bukan memakan fisik nya, kami mengkonsumsi mana didalam nya"

"Kami??" Tanya Tira.

Lalu Rein maju.

"Bisa ceritakan lebih rinci?"

"Baiklah, mungkin kalian belum bertemu yang lain, kami 4 ras muncul di dunia ini, kami hanya disuruh tinggal di dunia ini, dan dunia ini sangat tipis mananya dan kami demon hidup dengan mengkonsumsi mana jadi kami sangat lemah jika mana kami sangat sedikit"

"4 ras?"

"Demon, elf, dwarf, beastkin, aku merasa iri pada dwarf yang sudah kuat sejak lahir"

"Baiklah, kita coba dulu, aku memberikan 2 pisau goblin dan kami akan melihat apa yang kau kasih"

Tira meminta 2 pisau dari Harto.

"Baiklah, kurasa aku akan memberikan ini"

Dia mengambil sesuatu yang panjang dari kantong baju nya.

"Hah 4 bungkus bubur instan??"

Tira kemudian melihat ke arah kami.

"Terima saja, toh goblin bertebaran dimana mana" ucap Harto.

"Benar kata Harto, lagian kasihan mereka gak bisa makan" ucap Sika.

"Kami bisa memakan makanan ini, tapi masalahnya kami bakal sangat lemah" ucap demon itu.

"Bagaimana kalau kalian sudah kuat dan bisa berburu sendiri?" Tanya Tira.

'ini anak hebat juga tawar menawar nya' pikir Ira.

'buset ini anak modal nekat atau apa?' pikir Harto.

'seandainya aku seberani dia...' pikir Sika.

'auh ah, terserah dia' pikir Rein.

"Kami akan membantu kalian jika kalian terjebak kesulitan"

"Apa ada bukti atau sesuatu yang membuktikan hal itu?"

"Harga diri kami sebagai demon ini sangat tinggi, kami tidak akan pernah mengingkari janji kami"

"Baiklah, mulai hari ini kita partner bertahan hidup"

'setidaknya dia iblis, bukan setan' pikir Tira.

------------