"80 bungkus bubur instan... Kita ada 5, satu orang biasa makan 2 bungkus, 8 kali makan" ucap Sika.
"Masalahnya dari mana kita dapat air panas nya" ucap Rein.
"Oh!!" Teriak Tira.
~~~
"Ayo masuk" ucap Tira.
Lalu kami masuk.
"Dapurnya tidak terlalu berantakan" ucap Sika.
Kami sekarang di rumah Tira.
"Dilihat dari seragammu, kamu dari smk sebelah?"
"Yup, aku jurusan teknik elektro"
Tiba tiba Ira mengeluarkan PSP nya.
"Kebetulan bangat ya, bisa perbaiki PSP ku kah?"
"Eem... Aku tidak ada alatnya"
"Oh ok"
Karena tadi pagi belum makan, jadi kami makan di rumah Tira.
"Sssst" bisik Sika.
Kami semua langsung diam.
"Tutup mangkok bubur kalian" ucap Sika.
Tira langsung mengambil bukunya dan memberikan kepada kami.
"Bukanya kalau zombie, atau goblin kita bisa bunuh?" Tanya Tira.
"Aku tidak tahu makhluk apa ini, tapi ini sepertinya berbahaya"
"Dari mana kamu tahu?"
"Ntah, tapi kemarin telingaku jadi bisa mendengar sesuatu yang jauh"
Tiba tiba badan Sika gemetar.
"Lari!!!" Teriak nya
Kami langsung mengambil kantong kami dan berlari keluar.
"Ada apa Sika?, Tidak ada ap-"
Ira berhenti menanyai Sika karena matanya melihat sesuatu yang berada di luar expetasi nya.
Monster berwarna hitam berbentuk seperti ular, tapi tidak panjang dan rahang nya selebar 2 buah mobil.
"....."
Dan di atasnya ada seperti sosok manusia tapi tidak berwajah, dan badannya menempel dengan badan monster itu.
"Lari anjim!!" Teriak Sika yang sudah jauh.
Kami langsung sadar dan berlari secepat kami bisa.
"Buset, kenapa monster seperti itu ada di sini???" teriak Harto
"Masalah, kota ini level berapa!??" Ucap Ira.
Dia mengambil senapan nya dan berlari mundur, Sika langsung menjadi tumpuan punggungnya.
Senapannya kemudian mengeluarkan cahaya merah.
"Tembuslah perisai lawan ku dan hancurkan mereka, lightning beam!!"
Lalu dia menarik pelatuk nya, tertembak sebuah peluru biru yang terlihat berlistrik listrik dan meluncur ke arah monster itu.
Peluru nya mengenai monster itu dan tiba tiba cahaya biru muncul dan sebuah letusan terjadi.
Kami semua berhenti.
"Berhasilkah?" Tanya Sika.
"Ntah, yang pasti aku kecapekan"
"Debunya menutupi monsternya" ucap Tira.
Tiba tiba dua buah cakar besar muncul dari asap, Rein dan Harto mengeluarkan senjata mereka dan menangkis cakar itu.
Tira mengeluarkan tongkatnya dan menusuk ke depan.
Dan tepat sekali sebuah kepala panjang meluncur ke arah tongkatnya dan akhirnya tertancap di tongkatnya.
Kepulan debu itu hilang dan terlihat monster itu sekarang berkaki dengan 4 lengan, dan mulut monster itu terbelah 4.
""!!!!!""
Sika langsung mengeluarkan panahnya lalu dia menarik tali panah itu.
Badannya kemudian bercahaya.
Dia kemudian menutup matanya dan sebuah anak panah mulai muncul di panahnya.
"Impact arrow!"
Dia melepaskan tarikan tali panahnya dan panah itu menancap di badan monster itu lalu meledak.
Monster itu terbelah menjadi dua karena ledakan panah itu berbentuk bilah.
Monster itu kembali utuh lagi.
"!!!"
Ira dan Sika mundur lalu kami menahan serangan lengan dan cakarnya.
"Aaaaargh gila" teriak Harto.
Rein menendang lengan itu dan menebas lengan itu, sedangkan Harto membuat gadanya meledak.
Tira memutar tongkatnya dan sebuah duri hitam tertembak dari putaran tombak nya.
Duri itu menusuk rahang monster itu.
Monster itu kemudian tumbang dan diam.
"Berhasilkan?"
Tiba tiba sebuah bola raksasa muncul di mulutnya dan meluncur ke arah kami.
Aku menarik Ira pergi dan Harto menarik Sika pergi, sedangkan Tira berlari ke arahku.
Bola itu meledak saat mengenai salah satu gedung.
Kami yang terkena hempasan ledakannya terlontar dan menabrak dinding.
Monster itu kemudian berjalan ke arah Harto dan Sika.
Mereka berusaha bangun tapi badan mereka kesakitan, begitu juga Rein, Tira dan Ira.
"Kita hanya bisa bertahan hidup 3 hari huh??"
4 tombak cahaya menusuk badan monster itu, lalu sebuah pisau jatuh ke punggung monster itu lalu monster itu pecah menjadi cahaya menyisakan gigi yang banyak.
"Kalian baik baik saja?"
Kami melihat 2 orang dengan telinga runcing melompat dari atas ke arah kami.
"Kami tidak baik baik saja, tapi kami selamat" ucap Harto yang berdiri tapi masih bersandar ke dinding.
Rein juga berdiri meskipun masih menahan tubuhnya dengan pedangnya.
"Kalian salah melawannya, seharusnya kalian bikin stun lalu tusuk punggungnya" ucap yang pria.
"Mana kami tahu, baru pertama kali kami melawan yang seperti itu" ucap Ira.
"Benar juga ya"
Mereka lalu mengeluarkan sihir ke kami, lalu badan kami kembali segar.
Tiba tiba Tira memeluk salah satu dari mereka yang wanita.
"Terimakasih kakak demon"
""Huh????"" Ucap semua yang disana.
"Ano dek, kami ini elf, bukan demon" ucap yang cewe.
"Oh iya, kukira itu tanduk"
"Sekarang demon sedang tidak bisa membantu kalian, soalnya mereka aja masih kabur di kejar goblin" ucap yang cowo
"Tunggu, jadi demon itu sekarang selemah apa?"
"Lebih lemah dari zombie, jadi mereka untuk sekarang kami lindungi, tapi anehnya mereka punya banyak sekali stok makanan" ucap yang cowo.
Kami kemudian membersihkan baju kami dari debu.
"Kalau begitu kamu lanjut mencari goblin dulu ya, trimakasih telah menyelamatkan kami"
Kami kemudian pergi.
Elf(cewe) PoV*
"Ayo pergi" ucap Roflent.
"Tunggu" ucap ku.
"Ada apa?"
"Mereka meninggalkan giginya"
"Hmm... Ambil aja"
"Ok"
Aku kemudian memungut giginya lalu aku melihat sesuatu.
"Ada apa?"
"Ini"
Aku memperlihatkan gigi yang terbelah dua.
"Hm??"
"Kurasa mereka berhasil membelah dua Fraidrusk nya"
"Kalau begitu kita lihat apa yang mereka lakukan"
Kami meloncat ke atap gedung dan diam diam mengikuti mereka.
Tiba tiba mereka berhenti dan si rambut ungu melihat ke arah kami, kami dengan cepat bersembunyi.
"Apa apaan itu"
"Sepertinya kita harus lebih jauh lagi" ucap ku.
Kami mengikuti mereka, terkadang mereka menyerang zombie yang di depan mereka, terkadang mereka menghindari zombie,
"Mengapa mereka tidak menyerang zombie tadi?" Tanyaku.
"Gak tahu"
Setelah agak mereka berjalan, si rambut hijau mengarahkan senapannya ke arah sebuah gedung seperti gudang.
Lalu yang pria berjalan pelan pelan ke
Pintu.
Telihat sebuah cahaya putih lurus dari senapan si rambut ijo, lalu dari gedung itu keluar goblin dan orc, kedua pria itu langsung memukul monster yang baru keluar, lalu si rambut ungu dan pink masuk.
Tak lama kemudian mereka keluar membawa kantong kain.
"Ajari mereka sihir yuk" ucap Roflent.
"eeh???"
-----------