Keluar

"tuh mereka dua yang ngungtit kita dari kemaren" ucap Sika ke arah kedua elf itu.

"Positif thinking aja, mungkin mereka mengawasi kita dan takut kalau kita kenapa kenapa" ucap Ira.

"Terserah kalian mau ngomongin apa, tapi tolong ikut kami" ucap elf pria.

"Tunggu, aku menanyakan sesuatu" ucap Frain.

""Hmm?""

Dia terdiam sebentar lalu dia menghela nafas.

"Kalian berasal dari mana?, Luar kota? Atau dari dunia lain?"

"Kami? Ntah, kami tiba tiba muncul di sebuah hutan, tapi karena merasakan aura demon di kota hancur ini jadi kami datang ke sini" ucap elf wanita.

"Kami terbangun di hutan juga, karena tidak ada makanan kami masuk ke kota ini" ucap manusia kucing, parasnya seperti wanita tapi suara pria.

"Masuk? Bukannya ada jurang?"

"Kami elf bisa memakai sihir, dan manusia kucing ini bisa loncat sangat jauh"

Mereka akhirnya berjalan ke sebuah gedung.

Di dalam gedung itu ada beberapa elf dan beberapa manusia hewan, lalu ada demon juga.

"Wow" ucap Ira.

"Eh itu kan" ucap Harto ke arah wanita berkacamata yang duduk di meja sambil mengotak ngatik sesuatu, rambutnya berwarna kuning.

""Namek????"" Teriak para remaja itu.

Perempuan itu melihat ke arah mereka.

"Oh rupanya masih ada manusia yang selamat di kota ini"

Lalu dari sebuah pintu keluar laki laki berambut agak panjang berwarna coklat.

"Tadi ku dengar ada yang teriak nama mu" ucap laki laki itu.

"Oh itu anak anak sekolahan" ucap Namek.

"Kalau ada apa apa panggil aku ya, sayang"

"Baik suamiku"

""Heeeh!!!""

Ira, Sika dan Tira berlari ke Namek.

"Sebenarnya umur anda berapa?" Tanya Ira.

"Kok kelihatan masih 19 tahun??" Tanya Sika.

"Apa rahasia nya???" Tanya Tira.

"Ohohoho, ini efek karena terlalu lama di dalam rumah, hebat kan"

""Ah.....""

"Mereka pasti nyesal telah bertanya" ucap Harto.

"Mungkin"

"Soal umur, saya umurnya 34 tahun"

""Heeeh....""

"Oh iya, nanti malam kalian datang ke sini, kalian harus ikut dalam rapat"

Mereka ber 6 kemudian pergi berburu orc dan goblin, dan malamnya.

Di sebuah ruangan yang cukup besar, ada 8 elf, 8 manusia hewan dan 5 demon dan 8 manusia.

"Malam ini akan menjadi malam yang lebih berbahaya dari semalam" ucap demon penjual makanan.

"Lalu?"

"Kita semua tidak akan bisa disini selama seminggu, bahkan anak elder dragon pun kabur dari kota ini, lvl kota ini meningkat 80% per malam" ucap demon penjual baju.

"Kami tahu" ucap elf pria yang nongol tadi pagi.

"Pemuda pemudi kita kan belum tahu"

Kemudian ruangan itu sunyi.

"Kamu manusia hewan bisa kabur dengan mudah, elf juga, tapi kalian para demon dan juga manusia mustahil melompati jurang selebar 400 meter itu" ucap manusia hewan bertelinga kelinci.

"Jadi intinya, kita harus bisa mengalahkan kadal di jalan utama?" Tanya Ira.

"Iya, sekarang kota ini lvl 79, jika naik 80% lagi maka akan menjadi lvl 140 an dan mustahil kita bisa berburu dengan normal di siang hari karena monster yang muncul saat malam akan mulai berkeliaran jika sudah lvl di atas 120" ucap Namek.

"Ada beberapa pilihan, membuat sihir teleportasi, tapi itu hanya demon yang bisa lakukan dan sekarang mereka super lemah, lalu kami para elf dan beastkin membawa kalian 1 per 1 tapi masalahnya jurangnya terlalu luas" ucap elf pria yang kami baru lihat kali ini.

"Jangan di sebutin dong kalau gak bisa di lakukan" ucap manusia kucing tadi pagi"

"Besok adalah hari terakhir kita, kita harus bisa membunuh kadal itu malam ini" ucap Namek.

"Tapi malam hari kan berbahaya" ucap Ira.

"Memang berbahaya, kita tidak boleh mengeluarkan bau menyengat, kita tidak boleh melihat sembarangan, kita tidak boleh membuat suara yang keras, tapi bagaimana jika kita membuat kadal itu melakukan itu semua?" Ucap Namek.

Ruangan itu menjadi sunyi lagi.

"Dengan kemampuan manusia berambut ungu kita bisa tahu letak monster misteri berbahaya" ucap elf wanita.

"Se-sebenarnya ada satu di depan gedung kita"

""!?""

Suaminya Namek langsung mengeluarkan cermin dan melihat lihat.

"Gawat, ada monster baru, SIAGA!!!!"

Tiba tiba ada sesuatu terbang ke jendela lantai kami dan menembakkan cahaya merah, wujud makhluknya tidak terlihat jelas.

Suaminya Namek menggunakan cermin untuk menahan cahaya merah itu.

"Aw panas"

"Dari pintu!!" Teriak Sika.

Dan benar saja, ada rahang yang besar memakan pintu itu.

"Langsung ke jalan utama"

Para beastkin menggendong manusia dan berlari ke jalan utama, sedangkan elf dan demon menggunakan sihir.

"Apa apaan itu!?" Teriak Harto.

Terlihat sebuah makhluk hitam seperti manusia, tapi sangat tinggi dan sekujur badannya ada mulut.

"Mengapa aku tidak menyadari monster sebesar itu!??" Ucap Sika.

"Kamu menyadarinya, hanya saja makhluk itu muncul benar benar dekat dengan kita"

Tiba tiba ada cahaya merah melewati mereka.

"Buset, lalat itu masih mengejar" ucap salah satu elf yang terlihat berlari di udara, dibelakang elf itu ada demon yang ikutan berlari.

Mereka kemudian turun ke jalan dan berlari di tanah.

"Mana ku habis"

"Tidak apa apa"

Tak lama kemudian para manusia hewan berhenti dan menurunkan manusia yang di gendong nya.

"Sial, kami capek"

"Trima kasih telah membawa kami dengan aman dari lantai 9" ucap Ira.

Mereka berlari ke jalan utama.

"Kadalnya sudah di depan"

Terlihat 8 buah mata merah bercahaya cahaya yang berputar memutari sesuatu.

Dari tiap dua mata itu muncul 2 bola merah.

Tiba tiba kadal itu berhenti berputar dan mengarahkan bola api itu ke atas.

Yap menyerang monster humanoid besar itu,

Mereka semua langsung mengambil kesempatan untuk berlari melewati jalan utama, jalan utama itu seperti jembatan di tengah jurang.

Kadal itu sadar kalau mereka berhasil kabur, lalu menembakkan satu bola bola merah ke arah mereka.

Ira langsung mengeluarkan senapannya dan menembakkan laser putih dan sebuah ledakan besar terjadi dan menghempas kami semua ke daratan yang di ujung jurang.

"Haaah haaah"

Mereka terkena luka lecet karena bergesekan dengan tanah.

"Jembatannya rusak" ucap Sika.

"Itu lebih baik karena monster monster itu akan tersegel di sana, tapi tidak tahu sampai kapan" ucap Namek.

Semua terdiam melihat ledakan ledakan di kota itu.

"Ayo kita ke kota sebelah" ucap Harto.

"Kota?" Tanya Tira.

Mereka melihat ke belakang, terlihat bukit bukit tandus dimana mana.

"..."

---------------