Suasana Baru

"GYAAAHAAAAAA KON-NIIIIT!!!!" Teriak Harto.

"Jangan teriak terus anjim" teriak Ira.

"Kau juga teriakan pas awal pas awal"

"Cum sebentar doang, gak kek kamu"

Dung* gludung* gludung*

"Aaaaaaah tolong!!" Teriak Sika.

"Kenapa Sika!?" Teriak Rein

"Aku capek!!"

Dung* dung* dung* dung*

"Cih, kenapa aku ikutan takut" ucap Tira.

"Kenapa mereka meninggalkan kita!??" Teriak Frain.

Mereka sekarang di kejar kejar triceratops.

"Lihat ke sana, ada celah kecil, ayo masuk" teriak Sika.

Mereka semua berlari ke celah kecil itu lalu masuk.

Triceratops yang mengejar mereka langsung berhenti dan pergi.

"Haaaah... Lelahnya" ucap Sika.

"Setidaknya ini tidak seberbahaya monster di kota" ucap Ira sambil mengelap mukanya lalu dia memasukan tangannya ke kantong.

"Gawat" ucap Ira dengan mata terkejut.

"Hmm?"

"Air minum kita habis"

""Apa!???""

~~~~

"Kita berpisah disini dulu ya" ucap elf wanita.

"Kenapa?" Tanya Ira.

"Kami harus mengisi energi kami di hutan" ucap elf yang tidak kami kenal.

"Kami juga, kami mau ke hutan, siapa tahu ada hewan" ucap manusia kucing.

"Kami para demon ikut elf saja deh"

"Oh iya, kita berkumpul lagi di kota yang kalian bicarakan, mungkin sebentar atau lama, yang pasti kami akan ke sana, oh iya, Namek dan suaminya ikut kami karena mereka ada proyek dengan kami"

"Hmm... Baiklah"

Dan sekarang beginilah kondisinya.

"Zombie, goblin, orc, monster hitam no akhlak, sekarang dinosaurus, aarrgh coba dulu aku sering sering ke rumah hantu pas pasar malam" ucap Harto.

"Haah.. pikirkan cara kita dapatkan air" ucap Tira.

"Aku tahu kok" ucap Sika.

Dia menunjuk ke dalam gua.

"Aku mendengar suara air mengalir di dalam" ucap Sika.

"Yakin?, Jangan jangan slime lagi" ucap Harto.

"Slime!??, Aku takut" ucap Tira.

"Wah dia ternyata benaran takut slime" ucap Ira.

"Ui Frain, kok diam" ucap Rein.

"Kamu juga diam" ucap Frain.

""Oh! Kita penyimak profesional""

Tiba tiba Ira memukul kepalanya sendiri.

"Aduh!!, Begonya aku, kenapa aku tidak kepikiran!!!" teriak Ira.

"Ada apa?" Tanya Sika.

"Mengapa kita tidak ikut elf ke hutan aja!?? Mengapa malah langsung ke kota??" Ucap Ira sambil menggosok batu yang di pegangnya ke tanah.

Mereka langsung memukul dahi mereka juga.

"Anjim, kok aku gak kepikiran juga" ucap Harto.

Beberapa menit ngomel ke diri sendiri*

"Sudahlah, kita lanjutkan aja ke kota, toh kalau kita menyusul mereka kita tidak tahu mereka ke mana"

Mereka masuk ke dalam gua, setelah agak lama berjalan mereka melihat air terjun.

"Waaaaw"

Mereka mengambil botol mereka, si Frain mengambil dari tas yang di gendong nya.

Setelah mengisi puluhan botol mereka keluar dari celah.

"Ok Sika kemana kita akan pergi" ucap Tira.

"Bentar, aku mau merapal dulu, kalian jauh jauh dikit"

Sika menjadi seorang navigator, skill nya itu sebenarnya skill dari job hunter, bagaimana mereka bisa mengetahui job dengan skillnya?.

Sebenarnya sebelum rapat, elf pria itu mengajari mereka melihat status mereka.

"Ke sana" ucap Sika sambil menunjuk ke arah gua itu.

Mereka memutar gua itu, cukup lama karena gua itu super luas.

Setelah berada di bagian belakang gua itu mereka lanjut berjalan lurus.

"Lari!!!" Teriak Sika.

"Ok!!"

Mereka berlari, tiba tiba dari tanah tandus itu keluar benda seperti cacing.

"Gyaahaaaaaaa cacing!!!" Teriak Harto.

"Lu pengecut aman njir" ucap Ira.

"Cacing kah?, Oh iya" ucap Tira.

Dia berhenti lalu menarik tongkat nya dari kantong di pinggang nya.

"Reptil crusher!!!"

"Hah!??" Teriak Rein.

Dia mengayunkan tongkatnya dan muncul gelombang merah ke arah depan. Gelombang itu menghantam cacing itu tapi tidak terluka.

"Loh kok?"

"Lari anying, cacing itu bukan reptil" teriak Sika

"Eh iya kah?"

"Cepat lari anying!!!"

Tira yang baru mau berlari di lindas cacing itu.

""TIRA!!!!""

Frain langsung berlari ke cacing itu dan menembakkan winchester nya ke arah cacing itu.

Cacing itu langsung melambat.

"Rasakan neraka mu!!!"

Dia membuat senjatanya menjadi mana lalu membuat serbuk serbuk putih.

"Wah...." Ucap Harto.

Bubuk itu di jatuhkan ke cacing itu, dan seketika cacing itu meliuk meliuk.

Terlihat badan Tira yang terkelungkup di tanah setelah cacing itu meliuk menjauh.

"Tira!!"

Frain berlari ke arah Tira, tiba tiba Tira bangun.

"Ohh, trima kasih Frain, telat sedikit saja mungkin aku mati kehabisan nafas"

"Eh.. iya.. tidak masalah..."

Frain langsung mundur perlahan lahan.

Mereka lanjut berjalan lagi, setelah agak lama, tiba tiba Ira berhenti.

"Yuk ke cacing itu, lihat drop apa yang di dapat"

Mereka kembali lagi dan melihat tumpukan untaian benda putih.

"Lari, itu cacing pipih!!!"

Mereka langsung menjauh sejauh mungkin, tak lama kemudian lahan tandus itu mulai agak hijau.

"Woaah padang rumput" ucap Tira.

Mereka semua mengambil HP mereka dan foto.

"Yuk foto bersama" ajak Sika.

Selesai foto foto mereka lanjut berjalan, mereka terkadang melihat kelinci, burung, dan rubah.

"Disini Lebih damai" ucap Harto.

Karena lelah berlarian mereka memutuskan untuk istirahat.

"Ok makanan datang"

Sika mengeluarkan bubur instan.

Lalu dia memasukannya lagi.

"..."

Mereka terdiam sebentar.

"Gak ada yang lain?"

"Tunggu ya"

Dia memasukan tangan nya lagi.

"Ayolah, ah!!"

Dia menarik sesuatu lagi, sepaket coklat batangan.

"Kalau mau makanan berat, sepertinya aku ada" ucap Frain.

"Beneran??" Tanya Sika

Dia membuka tasnya dan mengeluarkan sekaleng kornet.

"Astaga...." Ucap Harto.

"Mampos kita" ucap Ira.

"Kurasa aku ada sesuatu" ucap Rein.

Dia mengeluarkan sekaleng kental manis.

"Hmm....." Gumam Sika.

Tiba tiba Tira berteriak.

"AAAH!!"

"Ada apa?" Tanya Rein.

"Ini"

Dia mengambil sebungkus roti tawar dari tas nya.

"Isi nya ada 12, 1 orang 2"

Dia membuka roti tawar itu dan memberikan 2 helai pada yang lain.

Mereka kemudian memakan coklat batangan dam roti tawar itu.

"Ayo segera ke kota sebelah, atau ngak kita bakal kehabisan makanan duluan" ucap Ira.

"Kota nya masih jauh lagi" ucap Sika.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka.

Setelah agak lama berjalan mereka mulai melihat pepohonan.

"Ada apel!!" Teriak Tira.

"Wah benaran"

Mereka langsung berlari ke pohon apel itu dan mulai memetik apel sebanyak yang ada di pohon.

Dan setiap kali bertemu pohon berbuah mereka langsung memetiknya, kecuali buah yang belom pernah mereka lihat.

"Ooh lihat, itu ujung hutan nya"

Mereka berlari dan membayangkan sebuah kota yang hijau dan ternyata.

"Apa apaan ini?"

Di depan mereka ada lubang besar dengan tangga menurun ke bawah yang menempel di dinding.

------------