Malam itu hujan masih mengguyur Laterit. Dengan suara guntur yang masih menggelegar puluhan penjaga terlihat berpatroli mengelilingi istana Earth Clan. Dengan pakaian dan senjata lengkap para prajurit itu tengah bersiaga untuk bencana yang mereka takutkan. Karena malam ini adalah malam ketujuh badai melanda Earth Clan. Seluruh penduduk Earth Clan saat ini tengah berkumpul diaula istana timur, sedangkan para tetua Clan dan Ketua Earth Clan sedang berjaga di halaman utama.
"Yang Mulia, jika kita tidak segera meminta bantuan pengendali air kita tidak akan bisa menahan bencana ini lebih lama."
Tuan Faulhnn masih berusaha membujuk Ketua Hanz untuk meminta bantuan pada Water Clan.
"Semua pengendali yang kita miliki telah bekerja selama berhari-hati untuk mempertahankan tanggul, jika kita tidak segera mengatasi masalah air ini hanya butuh benerapa jam untuk menenggelamkan Laterit menjadi sebuah danau baru di daratan Midas."
Kali ini Tuan Faulhnn berbicara dengan sedikit sarkas hingga Ketua Hanz mendengus mendengarnya. Namun pria itu masih diam enggan bertindak atau sekedar berbicara. Dia masih tetap berdiri diatas balkon menara utama dan melihat air bah yang perlahan memenuhi Laterit.
Sebenarnya semua orang di Earth Ckan menyadari bahwa bencana seperti ini tak akan mampu mereka hadapi sendiri. Tanah bisa digerakkan dan dipindah namun saat bersinggungan dengan air ia akan tetap terkikis dan perlahan menghilang. Sejak beberapa tahun lalu, hubungan Earth Clan dan Water Clan tidak pernah baik. Tak ada yang tahu apa penyebabnya tapi hal ini membuat dia klan yang saling berdekatan ini tak pernah berinteraksi sama sekali.
Dalam gelapnya penerangan malam itu, Aiden dan Caleb berjalan mengendap-endap di lorong istana. Dengan jubah hitam yang menyamarkan tubuh mereka keduanya bergegas pergi ke ruang pribadi Ketua Hanz untuk mengambil Batu Golden Topaz. Mereka melihat beberapa oenjaga tengah berlalu lalang disepanjang lorong dan membuat mereka benerapa kali harus menyembunyikan diri.
"Panggil beberapa pengendali lagi dan arahkan ke bagian timur kota. Tambahkan empat orang pengendali untuk membantu rakyat di gerbang selatan. Cepat.. cepat.."
Aiden mengangkat tangannya untuk menghentikan gerakan Caleb.
"Bencana ini sudah sangat parah, tapi mereka masih enggan meminta bantuan Water Clan." bisik Caleb.
"Dengan tingginya ego kedua Ketua Clan, takutnya tenggelamnya Laterit masih belum cukup untuk membuat mereka berdamai."
Aiden dan Caleb hanya menggeleng pelan. Keduanya kembali mengendap-endap.
ZLAAARR...
Sebuah petir menyambar menara utama istana Earth Clan hingga bangunan tersebut hancur seketika. Teriakan segera terdengar di istana tersebut diikuti suara berdebum keras saat bangunan tersebut runtuh. Tak berselang lama guncangan lain mulai terasa di tanah itu, guncangan hebat yang cukup keras hingga membuat beberapa pilar istana mulai roboh.
Aiden menatap halaman utama istana yang telah dipenuhi dengan rakyat yang mulai ketakutan. Kekacauan jelas terlihat disana. Rakyat mulai berlarian meninggalkan bangunan untuk menyelamatkan diri.
Petir kembali menyambar dan kali ini menyambar gerbang selatan dan membuat gerbang tersebut hancur. Seketika air bah menghemoas masuk layaknya sebuah bendungan yang telah hancur. Menyapu bersih semua hal yang ada didepannya, tak terkexuali kara oenjaga dan rakyat yang ada disana.
Caleb menggeleng pelam dan segera melompat dari tempatnya. Dia mengeluarkan kalung zamrud miliknya dan segera membendung air bah tersebut. Dengan gerakan tangan yang ringan dia mengarahkan air itu ke arah lain untuk memberikan waktu bagi rakyat untul menyingkir. Namun air itu lebih kuat darinya, terlebih lagi material yang dibawa oleh air bah tersebut membuat Caleb harua berusaha keras mengendalikannya.
"Aiden, keluarkan semua orang dari istana." Teriak Caleb.
Aiden menghela nafas tapi segera mengarahkan rakyat Earth Clan meninggalkan istana dan pergi ke bukit terdekat.
"Bagaimana denganmu?"
"Aku akan menahan banjir ini, pergi dan selamatkan mereka terlebih dahulu."
Aiden akhirnya meninggalkan Caleb dan mengawal rakyat bersama penjaga istana Earth Clan. Mereka meninggalkan istana melalui gerbang barat yang masih cukup aman. Kebanyakan rakyat Earth Clan saat ini adalah wanita dan anak-anak. Meski mereka memiliki kemampuan namun masij belum cukup untuk memgendalikan elemen dengan stabil. Menilai dari situasi saat ini, menyelamatkam rakyat adalah prioritas mereka.
"Dimana ketua Hanz?" Tanya Aiden pada salah satu penjaga. Penjaga itu tak menjawab tapi memandang puing menara utama yang hampir tenggelam oleh air bah.
"Nathaniel, dimana anak itu?"
"Tuan Muda tadinya membantu di gerbang selatan."
Aiden mengusap wajahnya kasar. Situasi genting dan mereka tak ditemukan.
"Dengar, kita tidak memiliki banyak waktu, sekarang bawa semua rakyat ke tempat yang lebih tinggi, jika perlu tinggalkan dulu tanah The Earthens. Kirim pesan pada Healer Clan, minta mereka mengirim bantuan untuk merawat korban, dan kabari Crishgen tentang situasi The Earthens."
"Dengan nama siapa saya harus menulis surat ini."
"Aiden Withver, putra ketua Healer Clan."
Setelah mengatur petugas, Aiden bergegas kembali ke tempat Caleb. Entah bagaimana keadaan pemuda itu sekarang. Menahan air bah sebanyak ini sendirian.
***
Caleb masih berdiri di halaman istana utama sambil menahan air bah dengan kemampuannya. Cahaya biri kehijauan telah melingkupinya secara penuh. Bahkan mata hijaunya telah berganti biru pertanda dia menggunakan seluruh kemampuannya.
"Yang harus aku lakukan sekarang hanya menahan air ini dan memberi wakti sebanyak mungkin untuk mereka." Gumam Caleb dengan sedikit terengah-engah.
Tubuhnya mulai melemah karena dia telah banyak menggunakan tenaga dalam. Dia baru saja menggunakan mantra Vatnsveggur yang harusnya belum boleh dia gunakan sehingga menggunakan banyak tenaga dalam dan kini dia harus kembalo mengeluarkan mantra tersebut untuk menahan banjir ini.
Ketika Caleb berada diambang batasnya sebuah tepukan pelan terasa dibahunya diikuti aliran hanya tenaga dalam yang mengalir ketubuhnya. Dengan wajah yang mulai pucat Caleb melirik kebelakang dan melihat Aiden berdiri di belakangnya dan menyalurkan tenaga dalam untuk memulihkan energinya.
"Aku tidak bisa mengendalikan air, tapi aku bisa memastikan bahwa tenagamu tidak akan habis secepat itu."
Setelah menyelesaikan ucapannya, Aiden menambahkan campuran obat dalam aliran tenaga yang disalurkan lada Caleb dan memulihkan tenaga pemuda itu secara perlahan.
"Aku tahu kau tidak akan meninggalkan sahabatmu sendiri."
"Kau menggunakan mantra terlarang untuk menyelamatkan mereka. Sudahkah kau berpikir bagaimana cara menyelamtkan nyawamu?"
"Huh.. Tergantung kau melaporkannya pada ayahku atau tidak."
Aiden tahu mantra yang digunakan oleh Caleb saat ini termasuk dalam 7 mantra terlarang Water Clan yang sulit dan tidak boleh dipelajari. Apalagi dia masih di tingkat 6 dan belum memiliki dasar yang cukup untuk menerima efek samping dari mantra tersebut pada tenaga dalamnya.
Aiden tiba tiba teringat pesan Flè Paradi.
Ambillah tanaman obat disana. Sebaiknya obat untuk luka dalam.
Mungkinkah gadis itu sudah tahu tentang bencana ini. Dia tahu bahwa Aiden akan membutuhkan obat pemulih tenaga dalam jadi dia meminta Aiden memetik obat. Lalu bagaimana dengan kedua batu itu.
"Kau tahu, disaat seperti ini aku selalu teringat dengan pesan kakek buyutku. Ketua Water Clan yang pertama."
"Apa?"
"Cahaya itu akan bersinar, selama kau mengijinkannya."
Mata hijau Aiden menatap Caleb dengan seksama. Pemuda yang biasanya sangat sulit diatur dan nakal sepertinya tapi memiliki keteguhan hati yang bisa membuat Aiden merasa kagum.
Tapi Aiden merasa seperti tidak asing dengan kalimat yang di ucapkan oleh Caleb.
"Benar. Cahaya itu akan bersinar, selama kita mengizinkannya." Ucap Aiden seketika.
Caleb menarik salah satu alisnya heran.
"Aku tahu cara menyelamatkan The Earthens dan kau."
Aiden mengambil kanrung kecil milkinya dan mengekuarkan sebuah benda didalamnya. Benda yang beberapa saat lalu dilupakan olehnya. Ya, kalung Blue Aquamarine milik ketua Water Clan.