Badai itu itu masih terus mengguyur Earth Clan. Langit tak lelah menumpahkan airnya selama berhari-hari. Seakan ingin menenggelamkan The Earthens segera. Bahkan diluarsana hutan dan tanah The Earthens telah tenggelam oleh air. Rakyat Earth Clan hanya bisa menyaksikan tanah mereka perlahan tenggelam. Taka da lagi rumah-rumah atau bikit landau disana. Tak ada lagi gunung hijau atau sungai biru disana. Tidak ada lagi pepohonan tinggi atau padang rumput luas. Bahkan gurun Deze yang terkenal kering dan tandus pun telah sirna berganti menjadi rawa baru disana.
"Apakah kau sudah melaksanakan perintah Tuan Muda Withver?"
"Sudah, semua pesan telah dikirim, sekarang kita hanya perlu menunggu bantuan dari ibukota."
"Tidak tahu bagaimana keadaan mereka di istana saat ini."
Gumaman terus terdengar. Beberapa rakyat yang terluka juga masih merintih kesakitan. Namun yang lebih menyakitkan dari semua luka itu adalah kau menyadari kehancuran dihadapanmu namun tak bisa berbuat apa-apa.
Ditengah amukan badai yang enggan mereda, Aiden dan Caleb masih bertahan diistana Earth Clan. Caleb hampir kehabisan tenaganya lagi saat Aiden mengeluarkan kalung Blue Aquamarine.
Aiden melihat sekeliling mencari tempat tinggi yang bisa mereka gunakan untuk berlindung. Dan saat melihat atap istana utama yang masih berdiri, Aiden segera menarik Caleb yang hampir pingsan karena kelelahan. Sontak gerakan itu membuat kemampuan pengendalian Caleb terputus dan membuat air bah menerjang dengan kuat menciptakan gelombang tinggi yang hampir menenggelamkan mereka. Untungnya gerakan Aiden cukup cepat sehingga mereka bisa mencapai puncak atap istana tepat waktu.
Aiden melihat Caleb yang sangat lemah dengan wajah teramat pucat. Sekujur tubuh pemuda itu sangat dingin, bahkan bibirnya hampir memutih.
"Radang dingin ini bahkan hampir membuatmu membeku."
"Ini hanya efek ringan dari mantra Vatnsveggur."
Aiden mengeluarkan tanaman obat yang telah dia petik dari Vast Na Syel La dan meracik ramuan dengan cepat. Dia segera memberikannya pada Caleb sebelum pemuda itu benar-benar tak dapat diselamatkan lagi.
"Kenapa kau mengeluarkannya?" Tanya Caleb saat melihat salah satu tangan Aiden menggenggam Kalung Blue Aquamarine. Dia segera menatap Aiden curiga. "Kau tidak berencana memintaku menggunakannya bukan?"
Aiden menghindari tatapan mata Caleb enggan. Dia masih fokus membuat obat untuk Caleb. Namun gerakannya tersebut justru membuat Caleb yakin dengan tebakannya. Memang benarseorang pengendali air terlahir dengan batu yang akan menunjukkan kekuatan maksimalnya Caleb terlahir dengan Zamrud hijau sebagai penjaganya. Dimana tingkat tertinggi sebuah Zamrud hanyalah pengendali tingkat empat. Namun Caleb mampu melampaui batasan tersebut dan mencapai tingkat ke enam dengan kemampuannya. Taidak ada salahnya sedikit keras kepala dan mencoba serakah sekali waktu, bukan.
"Baiklah, jika itu rencanamu. Mari kita coba."
Aiden tidak menyangka kalimat itulah yang akan keluar dari mulut Caleb. Dia bahkan tanpa ragu berdiri dan mengambil kalung tersebut dari tangan Aiden. Sekelebat rasa bersalah dan keraguan segera melintas di pikiran Aiden melihat sahabatnya bertidak demikian.
"Hanya empat tingkat diatasku, paling-paling tubuhku akan musnah saat tak bisa menahannnya."
Aiden meremas bahu Caleb dan berkata, "Akan kupastikan kau baik-baik saja."
Aiden dan Caleb mengangguk dan bersiap menggunakan Blue Aquamarine saat sebuat teriakan membuat mereka berbalik.
"Aku akan membantu kalian."
"Nathaniel?" Nathaniel berjalan dengan langkah terseok-seok. Ada sebuah besi yang menusuk kaki kiri pemuda itu, namun dia tetap berjalan lurus kearah Aiden dan Caleb berada. "Tanah ini adalah rumahku, bahkan jika alam menghukum kami tak akan aku biarkan dia mengalahkan kami dengan mudah dan menenggelamkan The Earthens." Tegasnya.
Aiden dan Caleb tersenyum mendengarnya. Satu lagi cahaya semangat yang masih bersinar diujung keputusasaan.
Aiden menarik sebuah seruling kecil dari jubahnya. Seruling giok hijau dengan sebuat sapphire hijau kecil di ujungnya. Aiden memejamkan matanya dan mulai meniup seruling tersebut. Alunan merdu dan menenangkan segera terdengar ditanah The Earthens. Alunan yang mampu membius siapapun yang mendengarnya. Ditengah kerasnya gelegar petir yang enggan mengalah alunan tersebut menyusup perlahan memenuhi daratan The Earthens. Bahkan rakyat yang melihat merkea di kejauhan dapat mendengar suara itu.
"Kenapa ada suara seruling? Siapa yang memainkannya?"
"Apa yang sedang terjadi?"
Berbagai gumanan dan pertanyaan segera terlintas dibenak setiap orang yang mendengar alunan music tersebut. Namun sayangnya beberapa orang justru kebingunan karena tak mendnegar apapun.
"Tidak ada suara seruling."
"Aku tidak mendengar apapun."
Aiden masih memejamkan matanya dan meneiup serulingnya. Perlahan cahaya kuning kehijauan melingkupinya. Disertai butir butir debu halus berwarna hijau yang mulai terbang memenuhi The Earthens. Debu-debu halus tersebut juga terbang kearah Caleb dan Nathaniel dan segera menyembuhkan luka keduanya.
"Dia sedang melantunkan lagu Upprisa, setara dengan sebuat mantra penyembuh tingkat ketujuh. Debu kehijauan itu disebut Usk, dia akan terbang dan menyebar untuk menyembuhkan luka siapapun yang ada disekitarnya." Terang Caleb.
Alunan musik Aiden perlahan berhenti di ikuti gema suara angin yang membumbung ditelinga mereka. Awan hitam kembali berkumpul seakan maju menantang mereka bertiga. Hujan deras dan petir mulai mereda digantikan dengan gerimis kecil yang mengguyur turun.
"Sudah waktunya." Ungkap Caleb. Dia menunjuk sebuah gelombang besar yang perlahan mendekati Laterit. Tampaknya sebuah ngarai telah runtuh dan menciptakan gelombang untuk mereka.
"Nathaniel, dinding batu!" Seru Aiden.
Nathaniel menghentakkan kainya dan seketika dinding batu sepanjang dua puluh meter teciptak didepan mereka. Nathaniel menghentak beberapa kali lagi dan menciptakan beberapa lapis dinding batu lagi di sekitar mereka. Aiden menatap Caleb yang telah bersiap menggunakan Aquamarine.
"Aku akan baik-baik saja." Ucap Caleb tanpa suara.
***
Sebuah surat rahasia dikirim ke ibukota Midas dengan sihir Magis Earth Clan. Surat itu segera diberikan pada Raja Aldrich. Dahinya berkerut dalam saat membaca isi surat tersebut. Ratu Veronica yang berada didekatnya kala itu seakan merasakan sebuah aura dingin disekitar Raja Aldrich. Tanpa mengatakan apapun pria itu bergegas meninggalkan ruangan.
Ratu Veronica meraih lembaran surat tersebut dan membacanya. Pupil wanita itu membesar mengetahui isinya.
"Panggil ketua Healer Clan dan Water Clan!"
Ditempat lain, tepatnya di istana Healer Clan, Ketua Mathius tengah membaca surat yang sama dengan surat yang ada ditangan Ratu Veronica. Tidak ada tatapan terkejut atau panik diwajahnya. Justru sebuah perasaan lega ditambah helaan nafas pelan.
"Akhirnya dia mengirim kabar."
Mathius memijit kepalanya pelan. Akhirnya dia mendapat kabar tentang putranya, namun sayangnya kabar tersebut juga ditemani sebuah berita buruk. Sangat buruk. Karena bagi seorang Aiden dia tidak akan meminta bantuan jika dia tidak benar-benar terdesak dan tidak bisa mengatasi masalah tersebut sendiri. Dan apapun itu yang kini dihadapi oleh putranya, dia sedang berada dalam bahaya.
"Mathius .. Keluar Kau!!"
Suara gaduh di luar membuat Mathius tersentak. Dia berjalan kearah jendela ruangannya dan melihat Adriel Winston berjalan dengan langkah besar memasuki istananya. Pria itu memicingkan matanya melihat Mathius dengan hidung yang kembang kempis menahan amarah. Mathius memerintahkan pengawal yang menahannya untuk mundur.
Satu lagi hal buruk adalah bahwa Aiden berteman dengan putra pemimpin Water Clan yang sangat keras kepala.
"Kirim pesan pada Florian, katakan padanya untuk segera kembali."
"Tapi Nona berada di Anima Clan dan sulit untuk mengirim utusan kesana."
Mathius menatap langit Crishgen. Serabut putih lembut menghias disana. Dengan matahari yang bersinar sangat terang. Hari yang sangat hangat, namun terasa dingin bagi seorang ayah yang menerima kabar buruk dari putranya.
"Gunakan Mantra Vindur dan pastikan dia tiba di Earth Clan sebelum matahari terbenam. Atau dia tidak akan memiliki kesempatan melihat Adiknya."
"Baik."