Raydan tak kuasa menopang berat tubuh Clarie, dia membawa Clarie menuju meja makan dan mendudukan Clarie di sana.
Clarie seakan tak ingin melepaskan Raydan dari pelukannya. Rindu sekali rasanya pada kekasihnya itu. Sementara Raydan terus mengusap punggung Clarie. Dia terkekeh melihat tingkah Clarie.
Clarie memukul bahu Raydan, setelah itu beralih ke dada Raydan. Dia menatap Raydan dengan tajam, sementara Raydan masih terkekeh melihat kekasihnya itu yang masih saja cemberut.
Raydan mendekatkan wajahnya ke wajah Clarie, akan mendaratkan bibirnya di bibir Clarie, tetapi Clarie mengalihkan wajahnya ke arah lain sehingga bibir Raydan mendarat di pipi Clarie.
(Mereka berbicara dalam bahasa inggris)
"Kamu jahat! Kamu keterlaluan! Berani sekali mempermainkan aku!" kesal Clarie.
Raydan semakin terkekeh dibuatnya. Dia menahan wajah Clarie, memaksa Clarie menatapnya.
"I miss you," ucap Raydan tersenyum.
Clarie menggelengkan kepalanya.
"Kamu bohong!" kesal Clarie.
Raydan mengerutkan dahinya.
Kekasihnya itu benar-benar marah, padahal Raydan hanya ingin membuat kejutan untuk Clarie.
Pandangan Clarie melihat ke arah paper bag yang Raydan jatuhkan tadi, dia segera turun dari meja makan dan mengambil paper bag tersebut.
"Apa ini?" tanya Clarie.
"Itu untukmu. Aku membelinya untukmu, itu dibuat oleh tangan-tangan pengrajin Indonesia," ucap Raydan.
Mata Clarie berbinar, sudah lama sekali dia ingin pergi ke Indonesia, tapi entah keinginan itu akan terwujud kapan. Clarie kembali ke meja makan, dia membuka isi paper bag itu.
"Wah ... Cantik sekali," ucap Clarie tampak senang melihat aksesoris yang Raydan bawakan.
"Kamu suka?" tanya Raydan.
"Ya, sangat suka. Terimakasih, Babe," ucap Clarie dan memeluk Raydan.
"Jadi, kamu sudah tak marah lagi, kan?" tanya Raydan.
Clarie melepaskan pelukannya.
"Aku masih marah," ucap Clarie dan kembali memasang wajah cemberut.
Raydan mengusap wajahnya, dia tersenyum dan menarik Clarie ke pelukannya.
"Maaf, aku hanya ingin membuat kejutan untukmu. Sayangnya, ternyata kejutanku sia-sia," ucap Raydan.
Clarie melepaskan pelukannya dan menatap Raydan.
"Yang benar saja. Kamu berhasil membuatku terkejut. Aku pikir, kamu tak ingin menjawab teleponku, karena memiliki wanita lain di Indonesia. Aku pikir kamu melupakan aku," ucap Clarie sambil memasang wajah sedihnya.
Raydan tersenyum. Jauh sekali pikiran kekasihnya itu. Jika boleh jujur, belum ada wanita semenyenangkan Clarie, karena itu dia tak yakin akan bertemu orang seperti Clarie lagi. Belajar dari masa lalu, dia tak bisa menahan diri untuk menjaga hatinya ketika menjalani hubungan jarak jauh dengan Ralisya. Dan dengan Clarie, dia berusaha menahan segala macam godaan dari wanita di luar sana, sayang sekali hubungan keduanya sudah lama dan tak ingin berakhir begitu saja. Saat ini, perasaan Raydan pun tak berubah, dia masih mencintai Clarie, hanya saja rasa jenuh terkadang datang ketika dia sendiri, itulah beratnya menjalani hubungan jarak jauh.
"Apa kamu lelah?" tanya Clarie.
Raydan menggelengkan kepalanya.
"Ayok pergi keluar! Tunggu di sini, aku akan ganti baju sebentar," ucap Clarie dan berlari menuju kamarnya dengan membawa paper bag yang Raydan berikan. Sedangkan Raydan menunggu di ruang tamu.
Cukup lama Clarie berganti pakaian, hingga Raydan bingung apa saja yang Clarie lakukan di kamarnya. Dia bosan menunggu.
Raydan mencoba mencari tahu dengan pergi ke kamar Clarie. Dia melihat Clarie tengah memakai anting di depan cermin, rambut panjang Clarie tergerai indah, bahu putih nan mulus Clarie terpampang indah. Sangat seksi memakai mini dress hitam yang menampilkan lekukan tubuhnya.
Raydan mendekati Clarie dan memeluk Clarie dari belakang. Dia menghirup aroma tengkuk Clarie saat menyingkirkan rambut panjang Clarie yang menutupi tengkuknya. Clarie terkekeh dan berbalik, dia menggelengkan kepalanya.
"Kita akan pergi," ucap Clarie.
Raydan menahan tubuh Clarie, menatap wajah cantik Clarie.
"Aku merindukanmu, Babe," ucap Raydan dan mendaratkan bibirnya di bibir Clarie.
Raydan begitu menikmati bibir Clarie yang sudah satu tahun ini tak dia nikmati. Selama menjalani hubungan jarak jauh, Raydan tak pernah lagi merasakan bibir Clarie. Kegiatan itu begitu dalam, keduanya begitu saling menikmati.
Raydan mengangkat kaki kiri Clarie, hingga mini dress yang Clarie kenakan ikut terangkat dan Raydan semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Clarie. Clarie dapat merasakan milik Raydan menegang dibalik celana jeansnya. Dia melingkarkan tangannya di tengkuk Raydan, mengusap rambut Raydan dengan lembut. Sentuhan Clarie membuat Raydan semakin hilang akal, dia mengangkat tubuh Clarie dan menghempaskannya ke atas tempat tidur.
Clarie tersenyum nakal menatap Raydan, Raydan membalasnya dengan senyuman yang tak kalah nakalnya. Dia membuka gesper di celananya, melonggarkan gesper itu. Sesak sekali miliknya di dalam celana jeans yang dipakainya. Hanya saja dia tak sampai membuka kancing dan resleting celana jeansnya.
Raydan naik ke atas tempat tidur, memopisisikan dirinya di atas tubuh Clarie. Diturunkannya tali bahu dari dress Clarie, dan terlihatlah kedua bulatan milik Clarie. Raydan mengerutkan dahinya. Kekasihnya itu benar-benar nakal dan sengaja memancingnya karena tak memakai kain penopang.
"Kamu seksi, Babe," ucap Raydan lirih.
Clarie menarik kepala Raydan dan bibir keduanya saling mendarat sempurna. Kali ini tak lama, Raydan beralih menjelajahi leher Clarie dan terus turun hingga sampai di kedua milik Clarie. Raydan mengendus bagian bawah milik Clarie, dia terdiam saat melihat sesuatu.
'Apa itu?' batin Raydan ketika melihat ada tanda merah di kulit bagian bawah bulatan milik Clarie.
Raydan masih menatap tanda merah di bagian bawah bulatan milik Clarie, dia mencoba melihat lebih tajam, dan membulatkan matanya. Dia ingat betul, tubuh Clarie tak memiliki tanda seperti itu. Bahkan Clarie sama sekali tak memiliki luka cacat di tubuhnya. Raydan tau karena pernah melihat tubuh polos Clarie. Dan merasa yakin tak pernah melewatkan satu inci pun tubuh Clarie.
Raydan penasaran dengan tanda itu, dia mengigit bulatan milik Clare dan membekaslah sebuah tanda merah. Raydan mencoba menyamakan dengan tanda merah yang dia lihat tadi.
"Astaga!" Raydan terperanjat saat menyadari bahwa itu adalah tanda gigitan. Bahkan warnanya sama seperti yang baru saja dia buat. Itu artinya, tanda itu belum lama ada di sana. Bahkan bisa jadi belum sampai seharian.
Raydan terus menatap Clarie yang menatapnya bingung.
"Kenapa?" tanya Clarie.
"Tidak. Aku lupa, kita akan pergi kan. Jadi ayok, kita pergi sekarang!" ucap Raydan dan keluar dari kamar Clarie sambil memakai gespernya kembali.
Clarie merasa bingung dengan sikap Raydan yang tiba-tiba saja berubah, terlihat ekspresi wajah Raydan pun berubah. Dia tak mengerti tetapi tak ingin ambil pusing, dia ingin pergi dengan Raydan keluar.
Clarie membenarkan riasan dan pakaiannya. Setelah itu, dia keluar dari kamar.
"Ayok!" ajak Clarie.
Raydan mengangguk dan keluar lebih dulu.
Sambil berjalan menuju mobil Clarie, Raydan tak hentinya memikirkan tanda merah di bulatan milik Clarie tadi. Dia tak ingin berprasangka buruk pada kekasihnya itu, tetapi dia juga tak menampik rasa curiga hadir begitu saja setelah melihat tanda tersebut.
Raydan menggelengkan kepalanya.
'Aku mungkin terlalu berlebihan. Sudahlah,' batin Raydan.
Mereka sampai di mobil, Clarie melemparkan kunci mobil pada Raydan dan Raydan menangkapnya. Raydan mengemudikan mobil itu.
"Kita akan ke mana?" tanya Raydan.
"Ke tempat kita biasa senang-senang, bagaimana?" ucap Clarie.
"Oke."
Raydan melajukan mobil menuju sebuah klub malam yang biasa dia dan Clarie datangi.
***
Sesampainya di Klub, Raydan bertemu dengan teman kuliahnya di Jerman. Mereka berbincang, sementara Clarie pamit menuju toilet.
Beberapa menit berlalu.
"Ke mana Clarie? Lama sekali dia tak kembali," ucap teman Raydan.
Raydan jadi tersadar bahwa Clarie memang belum juga kembali, sudah cukup lama juga.
"Tunggu di sini, aku akan mencarinya. Aku takut terjadi sesuatu dengannya," ucap Raydan dan bergegas mencari Clarie menuju toilet wanita.
Raydan memberanikan diri masuk ke toilet wanita karena saat itu sedang sepi. Namun, Raydan tak menemukan siapapun. Tak ada Clarie juga di sana.
'Di mana dia?' batin Raydan.
'Emmhhh ....'
Raydan mengerutkan dahinya saat mendengar suara seorang wanita. Suara yang terdengar seksi layaknya tengah melakukan suatu kegiatan panas. Tentu dia tahu suara seperti itu, dia pria yang sudah dewasa.
Suara itu semakin jelas terdengar, bahkan semakin kencang. Raydan semakin menyadari bahwa itu suara Clarie. Dia bergegas masuk ke toilet pria, dan terperangah melihat apa yang tengah Clarie lakukan.
"CLARIE!" teriak Raydan.
Clarie terkejut melihat kedatangan Raydan. Sementara Raydan bergegas mendekati Clarie.
BUGH!