OHM 11

Acara lamaran telah selesai, keluarga Demian juga sudah meninggalkan kediaman Ralisya.

Pernikahan akan diselenggarakan dua bulan di hitung dari hari lamara . Semua persiapan pernikahan tentu membutuhkan waktu.

***

Dania dan Randy sudah sampai di kediamannya. Mereka baru saja memasuki kediamannya. Terlihat Raydan menuruni anak tangga.

"Abang di sini?" ucap Dania.

"Hm ... Mommy sama Papa dari mana? Habis kondangan kah?" tanya Raydan.

"Mommy sama Papa baru selesai dari acara lamaran," ucap Dania.

"Lamaran siapa? Anak teman Mommy?" tanya Raydan.

"Lamaran Ralisya," ucap Dania santai dan mendekati Raydan.

Raydan terdiam mendengar mantan kekasihnya itu baru saja melangsungkan lamaran.

"Dua bulan lagi, Ralisya akan menikah dengan kekasihnya," ucap Dania tersenyum menepuk bahu Raydan.

Raydan lagi-lagi terdiam, dia melihat sang papa yang juga tengah melihatnya.

"Mommy ke kamar dulu. Mommy lelah sekali," ucap Dania.

"Ya, selamat berisitirahat, Moms," ucap Raydan.

Dania pergi ke kamarnya, sedangkan Raydan menghampiri sang papa yang tengah duduk di ruang keluarga.

"Ralisya dilamar kekasihnya yang Dokter itu, Pa?" tanya Raydan.

"Ya. Kemarin Mommy telepon Abang, tapi susah sekali dihubungi. Kita semua diundang ke acara lamaran Ralisya, sayangnya Abang tak dapat dihubungi, jadi tak dapat menyaksikan acara lamarannya," ucap Randy.

"Hm ..."

Raydan hanya diam, tatapannya mengarah pada televisi yang tengah menyala.

"Mantan saja sudah akan menikah, Abang kapan?" tanya Randy sambil terkekeh meledek Raydan.

Raydan tersenyum tipis. Selama dia menjalani hubungan dengan wanita, bukan tak pernah dia ditinggal menikah setelah berakhirnya hubungan. Ralisya bukan wanita satu-satunya mantan kekasih Raydan yang akan menikah, bahkan sebelumnya ada mantan kekasih Raydan di Australia yang juga sudah menikah dan memiliki anak.

"Santai saja, Pa. Aku masih menikmati masa lajangku," ucap Raydan.

"Jangan terlalu santai, bisa jadi Abang terlalu terlena dan terlalu sering mengulur waktu untuk menikah," ucap Randy mengingatkan.

Raydan hanya diam mendengar ucapan sang papa. Sang papa beranjak dari duduknya.

"Papa juga lelah, Papa akan ke kamar. Abang istirahat juga," ucap Randy.

Raydan mengangguk, dan Randy meninggalkan ruang keluarga.

Raydan membuka ponselnya, mencari tahu tentang Ralisya melalui media sosialnya.

Raydan melihat tak ada informasi terbaru yang Ralisya upload. Mungkin belum, biasanya wanita akan dengan cepat memposting kabar kebahagiaannya.

Raydan menscroll postingan Ralisya hingga berada di postingan terakhir. Postingan itu bertahu-tahun yang lalu Ralisya posting.

Ada postingan sepasang sayap yang satu sayapnya terlihat patah. Di mana di sana Ralisya menuliskan sebuah caption.

'Aku kesulitan terbang di udara setelah sayapku patah karena terbentur oleh kenyataan yang begitu menyakitkan, seolah meremukan tulang-tulang yang terangkai di sayap tersebut. Tapi bukan berarti, suatu saat aku takan bisa lagi terbang di udara. Aku yakin, akan selalu ada kesempatan kedua, di mana nantinya aku akan terbang lebih tinggi, meninggalkan segala luka yang ada di dasar sana. Akan ada sayap pengganti, yang melengkapi sayapku yang masih utuh.'

Raydan melihat tanggal di postingan tersebut, dia ingat betul tanggal itu adalah tanggal di mana Raydan kembali ke Jerman setelah menghadiri pernikahan Rayna beberapa tahun lalu. Entah mengapa Raydan merasa itu ditujukan padanya. Raydan merasa Ralisya menulis caption tersebut karena dirinya.

Raydan menghela napas panjang. Dia memejamkan matanya, kepalanya dibiarkan bersandar di sofa.

Bayangan wajah Ralisya, bayangan tubuhnya ketika memakai mini dress yang melekat di tubuhnya ketika di Klub saat acara reunian tiba-tiba saja terlintas dipikirannya. Raydan bergegas membuka matanya.

'Oh, shit. Kenapa dia ada dipikiranku?' gumam Raydan.

Raydan tak memungkiri, Ralisya memang cantik sejak awal, karena itu dia tertarik pada Ralisya. Raydan tak munafik. Dia menyukai wanita cantik. Dia akan melihat wanita secara fisik lebih dulu. Jika menarik di matanya, dia akan mencoba mendekati dan mengenal wanita itu. Raydan menyukai Ralisya di pandangan pertama ketika di hari pertama dia pindah ke Sekolahnya yang baru. Dia memang menyukai wanita yang berwajah Asia. Itu karena sudah terlalu sering dirinya melihat wanita-wanita bule ketika di Australia dulu. Menurut Raydan, cantiknya wanita Asia tak membosankan, ada sesuatu yang membuat wanita-wanita Asia begitu menarik di mata Raydan. Namun, Raydan sendiri sulit menjelaskannya.

Ketika itu, Raydan pun tak mudah mendekati Ralisya dan itu membuat Raydan semakin penasaran. Hingga kepergiannya ke Jerman, dan dia bertegur sapa kembali dengan Ralisya. Sejak saat itulah dia mencoba mendekati Ralisya kembali. Tak disangka, Ralisya merespon setiap pesannya, bahkan mereka kerap kali bicara melalui videocall. Percakapan yang intens dengan saling melihat wajah satu sama lain melalui videocall membuat Raydan mengungkapkan perasaannya. Dia tak pernah berbohong ketika mengatakan menyukai Ralisya sejak pertama kali mereka bertemu, sayangnya Ralisya terlalu dingin padanya hingga dia sempat menyerah. Dia mengatakan semua itu memang dengan jujur.

Raydan kembali menghela napas, dia mengusap wajahnya.

'Ada apa denganku? Rasanya, aku tak pernah segelisah ini ketika mendengar mantan akan menikah,' gumam Raydan.

Raydan sendiri tak mengerti. Menurutnya, perasaannya sudah hilang terhadap Ralisya bahkan sejak hubungan keduanya berakhir. Namun, ketika dia bertemu kembali dengan Ralisya di acara reuni waktu itu, sejak saat itulah bayangan Ralisya kembali hadir di pikirannya.

Raydan melihat sekali lagi ponselnya, dia mengerutkan dahinya saat mendapatkan notifikasi akun Ralisya baru saja memposting cerita di instastory-nya.

Raydan langsung melihat story Ralisya.

Deg!

Jantung Raydan berdegup kencang melihat foto dua tangan berbeda yang lagi-lagi tanpa memperlihatkan wajahnya. Di kedua jari tangan itu terlihat cincin di jari manis yang tampak ramping yang Raydan tahu itu jari Ralisya, dan di tangan satunya lagi juga terdapat cincin yang Raydan yakini dari ukuran tangannya, bahwa tangan itu adalah tangan seorang pria. Tertulis sebuah cuitan di sana.

'Thanks, God. One step to marriage.'

'Jadi, mereka benar-benar akan menikah?' batin Raydan semakin merasa gelisah.

'Oh, shit. Dia hanya masa lalu, terserah dia akan menikah atau tidak!' kesal Raydan.

Raydan meremas ponselnya cukup kuat. Dia menggeram dan pergi ke lantai atas menuju kamarnya. Entah mengapa dia kesal sendiri melihat postingan Ralisya.

***

Raydan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia menatap langit-langit kamarnya. Ingatannya kembali mengingat pengkhianatan Clarie. Dia mempertahankan wanita yang akhirnya mengecewakannya, rasa cinta di hatinya seketika hilang, seolah tak ada tempat untuk cinta Clarie lagi di hatinya. Raydan merasa kecewa dikhianati, tetapi perlahan rasa bencinya menghilang. Seketika bayangan Ralisya kembali hadir di pikirannya. Raydan beranjak ketika teringat sesuatu tentang Ralisya. Dia menuju lemari pakaiannya dan mengambil sebuah amplop putih. Amplop itu berisikan pesan terakhir dari Ralisya ketika dia akan kembali ke Jerman beberapa tahun lalu.