4. Bercerita

Helena : "T..terima kasih"

Kevin : "Maaf Hel, aku... Tidak bermaksud menggendongmu tadi, aku.. aku hanya panik dan tidak ingin membiarkanmu kehujanan"

Helena : "Iya, tidak papa, aku mengerti"

Kevin : "Oh ya... sekarang, paviliunnya sudah di renovasi, jadi terlihat sedikit indah"

Helena : "Sedikit indah? Berarti masih jelek hahaha"

Kevin : "Hahaha iya, tapi... Ini bagus kok"

Helena : "Seandainya aku bisa melihat apa yang kamu katakan:)"

Kevin : "Ssstt, sudah... Jangan sedih, mulai sekarang aku janji, aku akan menjadi matamu, oke?"

Helena : "Apaan sih, kamu bisa aja"

Kevin : "Sungguh, aku tidak bercanda"

Helena : "Iya baiklah, terserah kamu"

Kevin : "Mau berteman denganku?"

Helena : "Apa?"

Kevin : "Mulai sekarang, kita sudah berteman kan?"

Helena : "Tidak semudah itu berteman dengan orang sepertiku"

Kevin : "Kenapa kamu selalu bicara seperti itu? Kamu hebat Hel, kamu bisa bertahan dengan keadaan kamu sekarang. Orang diluar sana, masih banyak yang mengeluh meskipun hidup mereka bisa dikatakan hampir sempurna. Tapi kamu, kamu tetap berbahagia dan tetap menerima takdir yang Tuhan berikan, aku benar benar terinspirasi setelah melihatmu"

Helena : "Jangan memuji terlalu berlebihan, aku tidak sekuat itu"

Kevin : "Di lain waktu, jika kamu mau... Kamu boleh cerita apapun padaku, aku janji akan selalu menjadi pendengar yang baik"

Helena : "Oh ya? Aku tidak percaya"

Kevin : "Tidak percaya ya sudah, aku akan membuktikannya"

Helena : "Ya sudah buktikan"

Kevin : "Aku akan membuktikannya jika kamu bercerita padaku"

Helena : "Hmm, apa yang harus aku ceritakan?"

Kevin : "Sesuatu, yang ada di hati kamu. Sesuatu, yang ingin hati kamu ceritakan padaku"

Helena : "Baiklah, kamu ingin aku menceritakan apa?"

Kevin : "Kenapa bertanya padaku? Kamu sendiri ingin menceritakan apa padaku? Ayolah... Bercerita apa saja"

Helena : "Vin, dulu... Aku sudah membayangkan indahnya jika setelah aku dewasa. Aku sudah memikirkan banyak rencana, aku sudah memikirkan bagaimana masa depanku. Dulu, hidupku sangatlah sempurna. Keluarga yang lengkap, dan materi yang tidak pernah kurang. Tapi, aku tidak pernah membayangkan sekalipun... Jika aku akan mengalami kecelakaan dan buta:)"

Kevin : "(meneteskan air mata) Lalu, bagaimana selanjutnya?"

Helena : "Dulu aku benar benar tidak bisa menerima kenyataan ini, tapi... Keluarga ku terus menyemangatiku, mereka support aku supaya aku bisa menghadapi keadaanku. Terutama kakakku, Kak Henna".

Kevin : "Ternyata kamu punya kakak ya"

Helena : "(Mengangguk) Dialah yang selalu ada untukku setelah aku buta. Ayah dan Ibu jarang ada di rumah, karena mereka sibuk dengan bisnis mereka, makanya.. yang selalu ada untukku hanyalah kakakku. Selama dua tahun aku beradaptasi dengan keadaanku, aku belajar mengenali arah tanpa penglihatanku, aku belajar hidup hanya dengan mendengar dan mencium baunya, aku juga belajar... Untuk tidak selalu bergantung kepada orang lain karena keadaanku. And finally, aku berhasil! Dan itu semua karena kakakku, aku bangkit kembali dari keterpurukanku selama beberapa tahun"

Kevin : "Kamu benar benar hebat Hel, aku sangat bangga mendengarnya. Kakakmu juga pasti sangat bangga melihatmu terus maju. Tapi, ada satu hal yang harus kamu ingat"

Helena : "Apa?"

Kevin : "Hikmah di balik semuanya. Suatu saat nanti, kamu akan menemukan hikmah itu, kenapa Tuhan memberikan kamu hidup seperti ini, kamu akan menemukan jawabannya di masa depan nanti:)"

Helena : "Ya, kamu benar" ujarnya sambil tersenyum dan meneteskan air mata

Kevin : "Jangan menangis" ujarnya sambil menghapus air mata Helena

Helena : "Ternyata benar, kamu sudah membuktikan jika kamu pendengar yang sangat baik" ucapnya sambil tersenyum lagi

Kevin : "Haha benar kan? Akan ku buktikan lagi yang lainya nanti"

Helena : "Membuktikan apa lagi? Sudah cukup wkwkwkk"

Begitulah, akhirnya Kevin dan Helena berteman dengan sangat baik. Mereka menjadi sering bertemu dan tertawa bahagia bersama.