Akhir-akhir ini aku di sibukan dengan pekerjaan yang semakin menumpuk di kantor ku. Bahkan untuk sekedar menelpon atau berkirim pesan pun aku tidak ada waktu. Jam pulang kantor yang di tambah dengan lembur membuat ku capek saat setelah di rumah. Sudah hampir satu minggu Adam juga tidak menghubungi aku, dan sebaliknya aku pun tidak menghubungi dia. Hanya pesan WhatsApp nya saja beberapa kali di kirim untuk ku namun belum ku balas dan hanya ku baca saja. Aku harap dia tidak tersinggung dan mengerti dengan keadaan ku saat ini. Minggu besok aku berencana akan mengajak Adam untuk ketemu sekedar berbicara dan melepas kerinduan ku. Ku telephon nomor Adam, namun sudah beberapa kali ku coba hubungi dia tidak menjawab telephon ku. Sepertinya dia juga sedang ada kesibukan, lantas ku kirim pesan padanya dengan harapan dia membaca dan menyetujui ajakan ku.
To: Adam
Hai sayang, sudah seminggu ini kita sibuk dengan kerjaan masing-masing, rencananya aku besok mau ajak kamu jalan, ketemu di tempat biasa ya, i love u 😘
Ku hantar pesan ini dalam hati besar harapan ku dia segera membalasnya. Kulihat jam di ruang kerja ku sudah menunjukan pukul 22.30, dengan bergegas aku membereskan meja kerja ku dan meraih kunci kendaraan ku untuk segera pulang seraya mengistirahatkan tubuh di kasur cantik dalam kamar ku.
Sampai di rumah ku parkir kendaraan di garasi, kuraih tas kerja ku, terlintas di pikiran yang menghasut ku untuk melihat sejenak layar ponsel dan untuk memastikan kalau Adam membalas pesan ku. Ku ambil ponsel di saku tas kerja, dengan cepat ku ketuk layarnya untuk menyalakan lampu layar, dan benar saja ada 2 panggilan yang tidak ku jawab dan 1 pesan yang belum dibaca, dan kesemuanya itu dari Adam. Sambil berjalan masuk ke dalam rumah aku membuka kunci ponsel dan membaca pesan dari Adam.
From : Adam
Ok manja, jam 09.00 pagi besok aku jemput kamu di rumah ya.
Nah.. begitu lah panggilan sayang Adam kepada ku, dia memanggil dengan sebutan 'manja' ya.. memang sih aku kalau sudah sama Adam itu maunya manjaan terus. Tapi terkadang dia suka membatasi rasa manja ku, bahkan sekedar aku bersandar di bahunya saja, muncul lah kata-kata pamungkasnya, "Maria, jangan duduk seperti ini, nanti bisa timbul fitnah, dan ini satu jalan mendekati zinah" hafal sekali aku dengan apa yang dia orasikan.
Tapi bagi ku ini adalah salah satu cinta nya kepada ku, sebab dengan begini aku merasa nyaman dan aman. Adam memang paling mahir dalam menghargai wanita, karena dia pernah bilang pada ku kalau agamanya mengajarkan untuk menghargai dan melindung wanita, dan itulah yang di terapkannya.
Tidak sabar rasanya aku menanti esok hari untuk bertemu Adam. Rindu ini sudah begitu menggunung dan gunung ini sudah membatu, hanya dengan bertemu Adam lah aku bisa memecah rasa ini. Sambil duduk di kasur dengan handuk di tangan ku, ku balas pesan dari Adam.
To : Adam
Tq sayang, tidak sabar aku memecah rindu ini pada mu. Maaf tadi sedang berkendara jadi tidak bisa menjawab telephon mu. Aku baru pulang kerja, aku mandi dulu ya abis itu mau istirahat. See you tomorro i love u
Setelah ku hantar pesan itu aku langsung mandi dan tidak sabar ingin merebahkan di tubuh ini di kasur empuk itu. Kini saatnya aku bersiap untuk tidur, "Selamat malam sayang semoga tidur mu nyenyak malam ini, tuhan lindungi aku, dia, dan selamatkan kami atas nama mu amin" begitulah selalu do'a untuk mengantar tidur ku.
Cuaca di luar pagi ini sangat bersahabat sekali tidak sabar aku menunggu Adam menjemput. Jarum kecil jam dinding rumah ku sudah hampir mengarah ke angka 09, kurasa sebentar lagi Adam tiba menjemputku, 'tett.. tett..' terdengar suara klakson mobil dari arah luar, dan bisa ku pastikan ini adalah Adam. Aku meraih tas kecil yang sudah ku persiapkan sedari tadi, dan bergegas menuju keluar rumah. Benar saja Adam sudah berdiri menanti ku di depan rumah, dia membukakan pintu mobilnya, dengan perlahan dia memacu kendaraannya menuju taman kota tempat kami biasa memadu kasih. Sepanjang perjalanan Adam terlihat senyum dengan begitu mengembang sekali.
"Ceria sekali hari ini, pasti ada yang istimewa" ungkapku menebak senyum di balik wajahnya.
"Senyum itu kan ibadah, tidak harus menunggu hal istimewa kan?" Paparnya.
Hem.. begitu lah Adam selalu dengan jawaban yang kadang terasa mengesalkan tapi itu juga yang membuat aku semakin sayang padanya.
Tidak membutuhkan waktu lama kami tiba di taman kota, dia meminta ku duduk di bawah pohon cemara di ujung lintasan lari, sembari dia pergi membeli cemilan dan minuman. Aku pun menuruti semua yang diarahkannya. Aku berjalan menuju tempat yang Adam maksud itu, sembari duduk menunggu dia dari membeli cemilan. Tidak lama waktu berselang, dari kejauhan terlihat sosok gagahnya Adam berjalan medekati tempat duduk ku. Namun tiba-tiba langkah itu berhenti tatkala seorang perempuan menggunakan pakaian muslimah berpapasan dengannya, dari kejauhan terlihat mereka berbicara dengan begitu akrab sekali. Seketika api cemburu dalam tubuhku menyala, meronta, bahkan membisikan agar aku mendekat kesana dan menghentikan pembicaraan mereka. Sesekali kutarik nafas ku untuk mengontrol emosi ini, aku tidak boleh terlalu terbawa suasana, kuatur ritme emosi ku dengan vitamin positif dari setiap bait pikiranku.
Tak lama wanita itu melanjutkan jalannya, dan Adam mendekat menghampiri aku.
"Maria manja, maaf ya kamu harus menunggu lama" jelasya merayu pada ku.
Tanpa basa-basi aku lansung pada pertanyaan prihal perempuan yang menghampiri Adam.
"Siapa yang barusan itu, gadis, janda, atau istri orang" tanya ku dengan ketus kepada Adam.
Dia cuma tersenyum dan berkata "Itu cuma teman". Semakin aku terbakar cemburu, tidak biasanya Adam berkata se simpel itu, jika tidak ada apa-apa antara dia dan wanita itu. Aku kenal sekali Adam, sudah hampir lima tahun aku berpacaran dengannya. Dan baru dengan wanita tadi dia hanya menjawab 'itu cuma teman' Tuhan.. kebohongan apa lagi yang Adam sembunyikan dari ku. Tidak cukup kah dengan sakit atas hubungan yang menggantung bak layangan ini, yang ku rasa dengan seenaknya dia tarik ulur diri ku.
"Adam, kenalkan aku padanya" pintaku dengan lembut kepada Adam.
"Tidak perlu Maria, dia cuma teman ku saja" tegas Adam kepada ku.
Semakin jelas, pasti ada rahasia besar yang Adam sembunyikan dari ku. Siapa perempuan jalang itu, apa spesial dia sampai-sampai membuat Adam bermain rahasia dengan ku. Aku harus cari tahu apa hubungan Adam dengannya, dan jika ku temukan mereka ada hubungan spesial tidak segan-segan aku akan buat perhitungan.