BAB 6: Kunjungan Ke Rumah Malik

Ternyata proses mencari kerja memakan waktu yang cukup lama. Mereka memutuskan untuk makan siang murah meriah dengan membeli kebab di salah satu kios di jejeran Northbridge itu. Baru kali ini Adelia memakan kebab yang ukurannya lebih besar dari kedua tangannya. Sangkin besarnya, ia harus membaginya menjadi 2 dan makan bareng Tum saja. Tam juga terlihat makan bareng Kylie, sementara para cowok plus Lisa sanggup menghabisnya kebab itu secara mandiri.

Mereka memutuskan untuk berpisah disitu dan berjanji akan bertemu kembali pada saat kelas mereka akan berlangsung. Malik, Adelia dan Lisa sepertinya belum mau berpisah. Masih banyak yang akan mereka bahas sepertinya. "Eh, mampir kerumah gue dulu yukkk", ajak Malik.

"Ogahhh, nanti yang ada kita diperkosaaaa", canda Adelia sambil meminta persetujuan Lisa. Gadis Medan itu pun mengangguk cepat. Kedua gadis itu kontan melipat tangan mereka di dada dan memonyongkan bibir mereka kompak.

"Enaaakk aja! Yang ada lo lo padeee yang napsu banget perkosa guwe nihhhh. Huuhhhh liat aja tadi diantara cowok-cowok tadi, guwe kan yang paling kereeenn", katanya sambil memainkan dagunya dengan jari jempol dan telunjuknya, seakan ada janggut yang bisa ia elus-elus disitu.

"Ciihhh yang ada cuma si Tom yang napsu ama looooo", jawab Adelia sambil mengajak Lisa untuk kabur menjauhi Malik. Dua gadis itu tertawa terbahak-bahak dan mencoba lari dari amukan Malik hahahahahaha

---

Akhirnya mereka turun dari bus bernomor 77, kedaerah yang bernama Victoria Park. Daerah ini sungguh ramai sepertinya. Deretan jalan lurus itu diisi oleh kawasan ritel, begitu juga dengan jejeran beberapa apartemen-apartemen dengan berbagai macam kalangan. Ada yang sewanya murah, ada juga yang cukup mahal. Beberapa restoran, cafe, galeri juga memenuhi daerah itu. Di lapisan kedua jalan besar itu, terdapat distrik perumahan yang kelihatannya sudah cukup lama berada disana. Mereka berjalan menuju sebuah area perumahan yang bentuknya besar-besar dan modelnya cukup kuno.

"Aku share house sama 6 orang di satu rumah gede gitu. Cowok semua, orang Indo semua. Ada yang seumur gue, ada yang lebih muda, ada yang uda merit tapi ga ikut keluarganya. Tapi orangnya asik semua kok", katanya. "Kalo lo lo padeee tinggal dimana?", tanya Malik.

"Aku sih di asrama mahasiswa, namanya Japan house, sebelahan aku sama si Adel, dia di George James House", jelas Lisa. Adelia mengangguk-angguk. Ia bisa membayangkan betapa serunya nanti, ia akan berjalan pergi dan pulang bersama Lisa. Apalagi ternyata cewek itu mengambil jurusan Strategic Marketing, yang gedungnya sama dengan Adelia. Sepertinya ia bisa menjadi teman karibnya untuk 2 tahun ke depan. Yeaay!!!

Malik mempersilahkan para gadis untuk masuk ke sebuah rumah yang ukurannya sedang dengan nuansa Victoria. Fisik depannya didominasi warna coklat muda, broken white dan ada hiasan kayu-kayu berwarna coklat tua. Banyak sekali tanaman-tanaman yang di tata begitu rapi dan apik, memenuhi halaman yang imut-imut itu, atau digantung di sepanjang teras depan yang ukurannya sangat mini. Ketika Malik membuka pintunya, suasana rumah kelihatan jauh lebih moderen, di dominasi oleh furniture dan cat berwarna putih.

Ternyata rumah itu mengusung open concept. Lantai dasar rumah itu terdiri dari 2 buah kamar ukuran kecil, 1 kamar mandi, dan ruang dapur yang luas, berdampingan dengan sebuah meja makan dengan 8 kursi, dan berdampingan juga dengan ruang tivi. Dua buah kulkas berwarna putih berdampingan dengan kompor 4 api yang juga berwarna putih. Untung saja sofa yang berada di runag tivi berwarna abu-abu. Tidak bisa dibayangkan betapa repotnya bila berwarna putih juga.

Adelia dan Lisa masih takjub dengan interior rumah itu. Malik menyajikan coca cola kalengan. "Gue belon ada makanan apa-apa yang bisa guwe suguhin ya. Belon belanja guwe. Dirumah ini kita baru kedatangan 3 tamu dari Pekanbaru. Baru dateng 2 hari. Semua bapak-bapak, uda merit, tapi keluarganya ga ikutan. Nah mereka tinggal di 3 kamar diatas. Satu kamar lagi dihuni sama anak yang punya rumah ini. Dia bapak kostnya dahhh hahaahhaha. Kalo guwe disitu tuh, nah ada 1 orang lagi di Justin, di situ", Malik menunjuk dua kamar yang letaknya di lantai dasar.

"Gue udah beberapa hari disini, tapi bingung euy mau masak apa. Apa cari istri aja dulu ya, biar ada yang urusin hahahahaha", candanya. Lisa kontan memukul kepalanya lagi dengan syal yang ia gulung-gulung. "Enak kali cakap kauuuu cakap cari istri buat urusin. Biar kau rasa dulu perjuangan perempuan itu, biar ga kerjanya masak dan jadi pembantu aja. Emansipasiiii emansipasiii", Lisa mulai sok sewot.

"Assalammualaikum", tiba-tiba ketiga teman serumah Malik dari Pekanbaru memasuki rumah. Mereka seperti baru saja berbelanja heboh. Setidaknya masing-masing mereka membawa 5 sampai 6 kresek berisi entah apa. Malik mulai memperkenalkan Adelia dan Lisa kepada para ayah-ayah itu. Mereka ternyata sangat sopan dan ramah sekali. Umur mereka sekitar awal atau pertengahan 30an.Ternyata mereka adalah para dosen-dosen yang dikirim dari berbagai universitas di daerah Sumatera Selatan.

"Dek Lisa dan dek Adel sudah makan?", tanya salah satu si ayah. Adelia dan Lisa mengangguk dengan hormat dan menjawab pelan "Sudah om", katanya.

"Ehhhh jangan panggil om donk. Saya kan belum tuaaaa", katanya sambil tersenyum malu-malu. Lisa dan Adelia saling berpandangan menahan tawa. Mereka mengangguk.

"Tapi makan malam disini yaaa. Nanti saya masakin andalan saya. Ennnaaak banget. Ya kan bang?", sang ayah yang lain meminta persetujuan teman-temannya. Kedua temannya itu langsung memberikan jempol dengan mantap.

"Widihhh enakkk enakkk. Nasi goreng burung bacun buatan Bang Budi Weeeenaakk banget. Kalian haaaaarus coba!", promosi sang ayah satu lagi.

Malik, Adelia dan Lisa saling berpandangan... Burung bacun? Jenis daging apa itu? Kok kayaknya baru denger.

"Bang, kalo anaa bole tau, daging apa yang fulan maksudkan itu?", tanya Malik dengan penuh kekuatiran. Insting orang Arabnya keluar. Bang Budi langsung mengeluarkan sebongkah daging berwarna pink muda yang di dikemas memakai styrofoam dibagian bawah, dan dilapisi clingwrap diseluruh sisinya. Ia meletakkannya di meja makan. "Lah iniiiiii. Iniii dia! Weeenaakk! Bisa di goreng, bisa di tumis, di panggang, pake kecap dikit aja wenaaakkk!", katanya berpromosi sambil memberikan jempolnya.

Malik, Adelia dan Lisa kompak memandang produk daging itu, dan membaca tulisannya. "BACON". Malik lantas menepok jidatnya sekeras-kerasnya memandang teman-teman muslimnya itu. Burung dari mana? Ini mah jelas-jelas daging BABI! Ketiga ayah itu tersenyum sambil memberikan jempolnya... "Gimana adik-adik, mau coba tidak?

Malik berdiri dan matanya melotot, ia panik dan terkejut namun tak bisa berkata-kata lagi. Sementara Adelia dan Lisa tidak bisa menahan tawa, sampai mereka merosot dari kursinya dan memukul-mukul lantai. Daaeebbaakkk.

---

Setelah sibuk membuang aneka olahan burung bacun ke tong sampah, ketiga ayah itu asik berkumur-kumur dengan segala cairan permbersih dan disinfektan yang bisa mereka temukan di rumah Malik. Ternyata selama beberapa hari mereka di Perth, sudah tidak terhitung mereka memakan itu. Baik di restoran, beli sandwich di pinggir jalan, dan tentu saja, nasi goreng buatan bang Budi yang sering sekali mereka konsumsi.

Malik melanjutkan home tour itu dengan mengajak para gadis memasuki kamarnya. Ia membiarkan pintu terbuka agar tidak ada fitnah di antara mereka hehehehe. Kamar Malik tidak lebih luas dari kamar Adelia, namun nuansa cowok kentara sekali. Sebuah laptop keluaran terbaru, dengan sound system yang mumpuni. Aneka action figures berjejer di meja belajarnya. Meja belajarnya begitu sempit setelah diisi oleh begitu banyak "mainan", bagaimana dia bisa belajar ya?

Mereka akhirnya memutuskan untuk memesan pizza untuk makan malam. Kebetulan sekali gerai Pizza domino deket banget letaknya dari rumah Malik.Ketika akhirnya mereka sedang menikmati makanan mereka, tiba-tiba sang penghuni di seberang kamar Malik keluar.

"Oi Justin! Kenalin nih! Temen gue. Adelia dari Jakarta, Lisa Blackpink dari korea eeehh salah. Maksudnya Lisa dari Medan hehehehe", kata Malik sambil bercanda.

Hati Adelia sempat melompat. Cowok cakep itu mengenakan kaos berwarna putih tipis, sebuah jeans hitam ngepas, dengan rambut hitam yang poninya menutupi dahi dan…matanya…

Matanya tajam, bibirnya tipis, wajahnya tirus dan putih. Bastian! Eh bukan… ternyata bukan. Tapi banget!

Ia tersenyum manis kearah mereka bertiga. "Halo aku Justin", katanya. Oh Tuhan! Bahkan suaranya saja mirip! Adelia lantas menjabat tangan cowok itu dan kemudian menunduk dan menatap pizza-pizza itu. Tidak seperti kemaren-kemaren ketika ia bertemu dengan cowok baru, ia akan bersemangat dan flirt tipis-tipis. Kali ini ia merasa agak tertekan, malu, atau takut, pokoknya semua emosi negatif yang tidak bisa ia jelaskan… Kenapa?