BAB 7: Hai, Aku Justin

Justin dan Malik memutuskan untuk mengantar Adelia dan Lisa pulang ke asrama mereka. Sepanjang perjalanan, Malik, Justin dan Lisa sibuk bertukar cerita yang seru-seru dan lucu. Adelia hanya sedikit tertawa dan menimpali ini itu. Dia masih agak shock. Sang Justin kembaran Bastian ini, walaupun tampang dan gerakannya plek ketiplek sama cecunguk itu, tapi ternyata dia sangat ramah dan lembut bila berbicara. Beda banget sama Bastian.

"Bang, kau jurusan apa bang?", tanya Lisa kepada Justin.

"Jurusan tanah abanggg!", jawab Malik sambil tertawa ngakak diikuti oleh Adelia. Lisa jadi ngambil dan mencubit perut Malik. "OOuucc sadis kali cewek batak ini lohhh", katanya becanda lagi. "Udah di Ausie gini, nanyanya yang intelek donk Lis, abaaaang, majornya apaa? Gitchuuu", jawab Malik melambai-lambai.

Justin tersenyum ngikik sambil menutup mulutnya dengan punggung tangannya. "Biotech", jawabnya singkat.

Lisa dan Adelia tercengang. Wow. "Berarti bang, yang bikin-bikin racun gitu ya bang?", tanya Lisa sok tau. Ia semakin mendekatkan wajahnya ke cowok itu.

"Kok racun ya Lis, lo ada-ada aja dehhh. Cakupannya luas loh ya, ada iopharmaceuticals, transgenics, genomics, proteomics and monoclonal antibody technology, DNA and protein analysis as diagnostic tools, and rational drug design", jelas Malik fasih sambil mengibaskan rambut ikan panjang setelinganya itu. Justin tertawa. Cepet juga Malik menghafalnya. Baru tadi malam ia mencoba menjelaskan kepada Malik bidang jurusan yang Justin ambil di Curtin.

"Bang, jadi nanti kau kerja apa di Indonesia?", tanya Lisa lagi.

"Kok di Indo ya Lis, ngapain? Disini aja banyak duitnya nanti", kata Malik. Ia seakan menjadi juru bicara bang Justin. Ia melotot tajam ke arah Lisa, seakan-akan dia saja yang pintar.

"Ih seeebok kali kau. Kau aja pun dari tadi yang jawab. Bang Justin, jangan mau kerja sama pihak asing bang. Kalo uda pintar, abang balek aja ke Indo bang. Cari cewek disana, trus bangun negara kita bangggg", ajak Lisa. Yang ada juga Lisa yang semangat mau jadi istri si abang Justin hehehehe.

"Ih tuh lah kauuu sok tau kau Pohan. Bang Justin ini aja pun lahir di Ausie tau. Orangtuanya disini. Cuma karena pura-pura kere ajanya dia kost ama kite-kiteee. Ye kan bang?", tanya Malik sambil mendelik-delik ke arah Justin. Cowok cakep itu hanya tertawa.

"Hehehe iya, tadinya aku sama orangtua dan adek-adekku memang tinggal di Perth. Dari aku lahir malah. Tapi pas aku lagi S1, papa tiba-tiba dapat tawaran lebih bagus untuk jadi dosen Biotech di Melbourne. Ya udah mereka semua pindah. Aku akhirnya mutusin untuk tinggal sendirian di Perth. Nantinya sih gak tau mau ikut pindah kesana setelah lulus, atau mau stay disini, atau yaaaa ikut Lisa ke Indonesia", katanya sambil sekilas melirik Lisa dari spion.

"Awwww si abaaaaang", Lisa tidak mampu menyembunyikan malu-malu kucingnya. Ia melompat-lompatkan pinggulnya di kursi mobil Justin.

"Adelia ini orangnya pendiem ya?", tanya Justin menyelidik sambil meliriknya melalui spion. Malik kontan menoleh ke belakang, mencari Adelia.

"Pendiem? Yang bener aja bang! Gak lah, paling berisik malah hahahahah", jawab Malik seakan menjadi juru bicara Adelia.

"Cuma ngantuk aja kok, hari ini dari pagi uda direcokin ama orang Betawi dan orang Medan nih", kata Adelia lemah.

"Oiya Justin. Besok lo ada kerjaan gak? Kesian ni cewek-cewek, ternyata banyak yang belon dibeli. Temenin kita ke Ikea ya, kesian mereka gotong-gotong selimut naek bus, Tin", pinta Malik. Justin mengangguk-angguk. "Siap neng", katanya sambil menatap kedua cewek di kursi belakang dari spionnya.

Hati Adelia tiba-tiba terusik. Besok mau ketemu bang Justin lagi. Entah kenapa hatinya kacau. Apakah ini cinta pada pandangan pertama. Sudah beberapa kali ia merasakan feeling seperti ini, dan selalu berakhir dengan cinta bertepuk sebelah tangan. Dari sekian cowok cakep yang ia temui di tanah ini, kenapa hanya cowok ini yang membuatnya "bergetar", tapi justru ia tidak berani menatap wajahnya, alih-alih menggodanya seperti Hisyam kemaren?

Fakta bahwa ia seperti kloningan Bastian, membuat Adelia semakin penasaran. Fakta lain bahwa cowok ini super sopan dan super ramah, membuatnya terperosok pada jurang cinta yang lebih dalam. Ya...cinta pada pandangan pertama...

---

Pagi ini seperti janji, ia dan Lisa akan dijemput di tempat yang sama ketika Malik dan Justin menurunkannya tadi malam: Di depan kantor administasi KV. Adelia berusaha tampil sedatar mungkin hari ini. Sweater hoodie pink yang tebal, jeans biru, sepatu ugg booth yang baru dibelinya kemaren, dan sling bag berwarna putih. Ia mengikat satu rambutnya dengan simpel dan memakai make-up super tipis. Karena perawakannya yang tidak terlalu tinggi, ia sekilas seperti anak SMP.

Sebaliknya, Lisa muncul dengan gayanya yang super glamour. Dengan badannya yang bak model, ia memakai kemeja putih, celana jeans super ketat berwarna hitam bladus, dan sebuah coat bertopi tebal dari bahan rajutan berwarna merah menyala. Ia memakai sepatu booth kulit hampir setinggi lututnya, sehingga celana jeansnya masuk kedalam booth kulit itu. Cantik sekali. Sepertinya ia ada maksud tersembunyi hari ini.

Sebuah mobil sedan Forn muncul di KV dan berhenti tepat di depan Adelia dan Lisa. Malik yang selalu bersemangat keluar dan berdiri merentangkan kedua tangannya ke arah angkasa "Gooooooddd morning ladies! Siap berkeliling kota Perth bersama abang Malik daaaannn abang Justin??", tanyanya sambil menunjuk Juston dengan kedua jari telunjuknya. Sang abang hanya menggeleng-geleng sambil tertawa melihat kelakukan Malik. Cowok Betawi-Arab itu mengenakan jaket putih parasut, yang mempertegas kuliah putihnya, serta rambut, alis dan jambangnya yang sangat hitam. Ia mempersilahkan Adelia dan Lisa masuk ke dalam mobil yang bukan miliknya itu.

Waktu masih menunjukkan pukul 10 pagi, dan jalanan kota Perth di waktu weekdays seperti ini tidak terlalu ramai. Adelia sibuk memandang segala hal yang bisa ia saksikan melalui jendela mobil itu. Ia takjub, namun lebih tepatnya menyembunyikan gejolak hatinya. Sebaliknya dengan Lisa yang sama sekali tidak tertarik dengan pemandangan. Ia bertengger di bagian tengah mobil dengan merentangkan lengannya di kursi depan dan mulai mengobrol akrab dengan kedua cowok itu. Adelia selalu begini, setiap ia menyukai seseorang, ia justru menjadi super pemalu dan menghindari cowok itu. Aneh kan? Seperti anak SD saja.

Sementara, Ketika mobil itu beranjak pergi, tampak sepasang mata yang sejak tadi memperhatian Adelia menatap nanar. Ia memegang sebuah gelas yang berisi kopi paginya, berdiri di pintu balkon flat yang berada di lantai 1. "Mau kemana gadis itu sama orang-orang asing itu? Apa gak takut di culik?", tanyanya dalam hati.

---

Gedung IKEA yang terletak di daerah Stirling Boulevard Innaloo itu sangat luas, seperti halnya IKEA yang terletak di BSD Tangerang Selatan. Lisa bercerita ini kali pertamanya mengunjungi salah satu gerai IKEA, karena di Medan belum ada. Lisa dan Malik seperti anak SD yang kesurupan berkeliling-keliling "ruang contoh" dan mencoba-coba furnitur. Adelia dan Justin tersenyum geli.

Adelia sudah memegang list belanjaannya hari ini: Quilt putih, peralatan untuk membersihkan flat, piring, gelas, sendok, peralatan masak tipis-tipis, dan juga aksesoris dan peralatan untuk mendukung proses belajarnya. Butuh sentuhan girly-girly agar ruang belajarnya yang serba putih itu lebih memotivasinya.

"Yang itu teralu tipis, kalo winter sedang di puncak, dingin banget", bisik Justin ketika melihat Adelia memencet-mencet salah satu quilt yang termurah disitu. "Kalau yang ini terbuat dari bulu angsa yang tebal, hangat sih, tapi berat. Tidur kayak lagi di timpa beras hehehe", candanya. Adelia kontan menahan tawa, dan mereka mengikik berdua.

"Aku sih pake yang ini, tapi aku sarungin lagi dengan quilt cover. Kalo beli seprei disini, sudah termasuk quilt cover, jadi kita ga perlu laundry bedcover, cukup sarungnya selimut ini, beserta seprei dan sarung bantal guling aja yang dicuci", jelasnya. Adelia manggut-manggut. Selama ini dia gak pernah ngurusin ginian. Semua udah beres sama Mbak Sri, sang asisten rumah tangga yang sudah bekerja belasan tahun dirumah. Beliau mah udah canggih. Akhirnya Adelia memilih quilt yang disarankan Justin.

Bukan hanya itu, Justin juga memberi saran banyak hal tentang apa yang harus dibeli dan dihindari oleh Adelia. Sepertinya, ia memiliki pengalaman yang banyak karena sudah lebih dari 5 tahun tinggal berjauhan dari keluarganya. Di umurnya yang ke-24 ini, ia kelihatan jauh lebih matang, dan lebih tampan, ehmmm...

Tanpa Adelia sadari, Justin terus-menerus menempel dengannya. Jalannya pelan dan tenang, tidak seperti Malik dan Lisa yang sedari tadi melompat-lompat heboh tidak keruan. Namun Justin tidak juga pendiam, ia secara aktif memancing obrolan dengan Adelia, sehingga gadis itu tidak terlalu canggung di sampingnya.

"Kalo Adel makanan kesukaannya apa? Suka masak gak?" tanyanya lembut sambil tersenyum. Sejenak Adelia menatap wajah tampan itu. Gileee, mirip banget muka ama gayanya kayak cecunguk, tapi ini versi ramah and lembut banget. Dikit-dikit senyum. Dikit-dikit ketawa kecil. Dikit-dikit ngajak Adelia ngobrol dengan ramahnya. Suaranya berat tapi ia pelankan, seakan-akan ia tahu bila ia bersarkan, suaranya bisa membuat hati setiap gadis berdebar-debar.

Rambut-rambut halus yang menutupi dahi dan matanya, sekilas bergoyang ketika ia menggerakkan wajahnya atau tertiup angin. Ternyata matanya berwarna sedikit kecoklatan. Besar dan Indah dengan deretan bulu mata panjang berwarna kecoklatan. OOoo jadi ini yang selama ini ia sembunyikan? Mencoba untuk tidak mencolok kah?

"Hemmm sebenarnya aku ga terlalu suka makanan western atau aneh-aneh bang, aku sukanya makanan rumah aja. Makanya dari kemaren stress. Untuk masak nasi aja harus pake rice cooker! Kayaknya impossible banget ya kalo mau bikin soto, rawon, sop buntut, rendang, huaaaaa...", Adelia mulai meringis frustasi sambil menutup matanya dengan kedua tangannya.

Justin langsung tergelak dan secara refleks menekan-nekan ubun-ubun gadis itu. Adelia kaget, jantungnya seakan melompat. "What was that?", batinnya. Ia menurunkan tangannya dan menatap ke atas, ke arah wajah Justin. Dengan perbedaan tinggi 20cm tersebut, mereka kelihatan seperti kakak adik.

"Kamu lucu banget sihhh", katanya sambil menatap Adelia dan tergelak kecil. Adelia tersenyum sambil menelan ludahnya cepat-cepat. Gawat ini.

Lisa yang sedari tadi menyadari bahwa ia kehilangan momen bersama Justin, mulai merebutnya dari Adelia. Ia dengan agresifnya menarik-narik tangan sang cowok dan meminta pendapat ini itu. Ada rasa cemburu di hati Adelia. Begitupun ia tidak serta merta menunjukkannya. Alih-alih, ia semakin sibuk menjelajahi barang-barang di toko itu dan bercanda dengan Malik.

---

Jalan-jalan dan makan seharian mereka di tutup dengan mengunjungi King's Park. Mobil Justin menanjak ke atas menuju lokasi itu. Taman yang terletak di dalam kota Perth itu merupakan taman terbesar di dunia. Ketika siang hari, banyak spot-spot menarik yang dapat dinikmati, seperti ribuan botani yang disusun sangat menarik, treewalk,sampai tur jalan kaki gratis. Bila malam hari, tempat ini dipakai para pengunjung untuk menikmati pemandangan kota Perth pada malam hari dari atas.

Justin memarkir mobilnya, dan mereka semua turun. Suasana sangat sepi karena memang mala mini dingin sekali. Hidung Adelia yang putih mulai kelihatan merah. Bila mereka berdiri seperti itu lagi dalam 10 sampai 15 menit, ia akan masuk angin dan bersin-bersin. Tidak halnya dengan Malik dan Lisa. Mereka sangat girang dan mulai berteriak-teriak. "Hellooo Perthhhhhh", kata mereka bersahut-sahutan. Justin hanya tertawa kecil melihat tingkah 2 makhluk itu.

"Aku suka kesini, bawa gitar trus nyanyi-nyanyi sendiri kalo lagi ga ada kerjaan", cerita Justin kepada Adelia. Gadis itu menatap wajah tampannya.

"Kok ga sama pacar bang?", tanya Adelia. Justin tersenyum sambil menatap sepatunya.

"Lagi nyari…", katanya santai, kemudian mengibaskan poni di dahinya, sehingga matanya terlihat sekilas. Adelia melirik Justin dengan penuh tanya. Apakah ia sedang menggodanya? Adelia tersenyum manis.

"Bang Justin, sini bang", Lisa menarik cowok itu dan mendudukkannya mengarahkannya ke sebuah kursi panjang yang mengdap ke city view. Mereka mulai bercengkrama hangat.

Malik mendekati Adelia. "Guwe lagi jodohin si Lisa blackpink sama Justin. Menurut lo gimana? Cocok gak Del?", tanyanya. Adelia tersenyum mengangguk.