BAB 57: Perjanjian Pra Nikah

36 jam sebelum pernikahan kilat.

Bastian, Adelia, Jasmina, Rania dan seorang fotografer pilihan bu Sarah sedang menikmati makan siang di sebuah cafe bernuansa Prancis yang sangat indah. Tidak saja mewah, namun makanannya pun sangat enak. Rania sudah meminta ijin manajer restoran, bahwa Adelia dan Bastian akan menjalani beberapa pemotretan candid untuk kebutuhan prewedding. Sang manajer setuju. Apalagi dengan iming-iming foto mereka akan di upload ke media sosial milik Adelia, Bastian, dan milik bu Cecilia Adnan!

Ketika mereka selesai melalukan pemotretan tipis-tipis, tampak Rania dan Jasmina tengah sibuk mengerjakan sesuatu untuk keperluan pernikahan mereka. Jasmina sibuk berbicara dengan seseorang melalui HP miliknya, sedangkan Rania mengecek sesuatu di laptop kecil miliknya sambil mencocokkan dengan sekumpulan kertas yang sejak kemarin ia pegang, baca, coret "and repeat". Mereka lebih tepatnya membuka sebuah meja untuk bekerja di restoran itu. Untung saja keadaan sedang tidak ramai, karena mereka baru saja makan setelah pukul 2 siang.

Saat Adelia kembali dari kamar kecil, ia melihat Bastian sedang duduk termenung melihat ke luar jendela sendirian. Seberkas cahaya dari jendela menyinari wajah tampan milik calon suaminya itu. Ada rasa lega luar biasa, karena Bastianlah orangnya, bukan yang lain. Tapi ada hal-hal yang harus ia bahas secepatnya, sesuai saran Jasmina dan Rania.

"Bastian, bisa bicara sebentar gak?", tanya Adelia pelan. Cowok itu segera mengalihkan pandangannya dari jendela kearah Adelia yang masih berdiri. Ia mengangguk-angguk pelan. Ia kemudian mempersilahkan Adelia untuk duduk di seberangnya, kemudian melipat tangan di dadanya. Namun Adelia justru mengambil posisi duduk di samping Bastian, dan merapat cukup dekat dengan cowok itu. Bastian sedikit terkejut dibuatnya.

"Bastian, kita sebentar lagi akan menikah. Tapi sepertinya, kita masih perlu kebebasan dan kehidupan kita masing-masing dulu. Kamu setuju kan?", tanya Adelia. Bastian mengangguk-angguk pelan, tapi matanya mengkerut seakan ia belum paham sepenuhnya. Adelia mulai berbicara dengan lebih pelan.

"Jadi gini Tian, setelah kita balik ke Perth, kita tetap tinggal di flat yang berbeda, kita tetap kuliah seperti biasa, seakan-akan kita tidak mengalami perubahan status. Bahkan bila mungkin, kita sembunyikan kalau kita udah nikah. Ya kecuali ke beberapa temen dekat lah, kayak Lisa, Malik,... gimana?", tanya Adelia lagi. Bastian mulai paham, dan masih terus mengangguk-angguk kepalanya. Kali ini ia menggosok-gosok dagunya yang lancip sambil terus berfikir.

"Kita akan tetap seperti itu, sampai setidaknya kita wisuda, kita pulang, baru deh kita seperti pasangan suami istri yang mama papa kita pengen. Gimana? Cocok kan? Dengan begini, mereka tenang, kita juga senang.", kata Adelia sumringah karena melihat aura setuju dari Bastian. Tanpa mereka berdua sadari, percakapan intim mereka diabadikan oleh sang fotografer secara candid. Dari tampang Bastian yang bingung mengkerut-kerut, sampai Adelia yang tersenyum sumringah sambil menggoyang-goyangkan lengan Bastian.

"Hemm boleh juga ide kamu. Aku setuju. Jadi kita rahasiakan dari semua orang, dan seakan-akan kita belum menikah. Good. Aku juga ogah di repotin ama istri di umur sekian. Jadi aku gak ada kewajiban menafkahi kamu, ngurusin kamu, jagain kamu, anter-anter kamu kesana kemari kan? Aku masih pengen bebas", kata Bastian. Adelia justru tidak tersinggung mendengarnya. Bagus malah, mereka sudah satu frekuensi.

"Yes, dan aku juga gak harus masakin kamu, nyuciin baju kamu, beresin kamar kamu, pokoknya semua kita beresin masing-masing, seakan-akan kita memang mahasiswa yang mandiri. Setuju kan?", tanya Adelia lagi. Bastian mengangguk-angguk setuju. Walaupun ia sebenarnya keberatan dengan masakan itu. Boleh juga bila makan pagi siang dan malamnya ada yang siapin juga. Tapi ya sudahlah. Bastian memberikan jempolnya kepada Adelia tanda setuju.

"Oh iya, dan Bastian, ada satu lagi.", kata Adelia ragu-ragu. Bastian memasang tampang serius mendengarkan.

"Besok kan hari pernikahan kita, berarti malamnya adalah malam pernikahan kita. Aku minta maaf, tapi sepertinya tidak akan ada malam pernikahan untuk kita", kata Adelia dengan suara nyaris berbisik. Bastian sampai harus mendekatkan telinganya ke bibir gadis itu.

"Apa maksudnya? Tentu saja ada! Kan besok kita menikah, malamnya ya memang malam pernikahan kita. Karena sudah malam.", jawab Bastian seakan tidak paham maksud Adelia. Gadis itu celingak-celinguk ke kiri dan kanan dengan frustasi. Bastian menjawabnya terlalu kencang, ia kuatir ada yang mendengarkan.

"Bukan gitu Tian, maksudnya adalah, besok malam, aku belum bisa menjadi istri yang utuh untuk kamu...", kata Adelia lagi. Hal itu membuat Bastian melotot ke arah Adelia. Ia melirik Adelia dari atas kebawah, dari bawah ke atas dengan cepat.

"Maksud kamu apa? Besok kamu akan jadi istriku, dan aku liat toh kamu masih utuh. Tentu saja besok malam kamu akan menjadi istriku yang seutuhnya", jawab Bastian lagi pura-pura bodoh. Adelia tampak semakin gemas. Ia mulai mencubiti lengan tegap Bastian.

"Tiannnn...Tiaaaannn.... bukan begituuuu. Maksudnya adalaaahh, besok malam, kita tidak akan mengalami yang namanya malam pertama. Kamu, tidak boleh melakukan apa-apa kepadaku. Kamu paham kan?", tanya Adelia. Bastian langsung memandang Adelia lemas.

"Maksudnya, no s*x?", tanya Bastian dengan suara yang agak kencang dan tampang sedikit kesal. Kontan Adelia melonjak dan menutup mulut Bastian dengan kedua tangan kecilnya.

"Tian... Tian... ngomongnya pelan-pelan aja donk, malu kalo kedengaran orang", kata Adelia sambil melonjak-lonjak di kursinya dan tetap menutup mulut cowok itu. Ketika ia yakin Bastian tidak akan mengatakan hal lain lagi, ia melepaskan diri dari mulut cowok itu.

"Kenapa? Padahal satu-satunya hal yang gak aku sesali dari pernikahan kilat ini adalah...aku bisa make love sama istrikuu...", kata Bastian dengan senyum ternakal yang pernah dilihat Adelia. Kontan gadis itu kembali menutup mulut Bastian!

"Tiaaannn.... ih kamu nyebeliiinnnnn. Pliss Tian, hormati keinginanku. Plisss....", pinta Adelia. Bastian terdiam sambil menatap mata gadis itu. Mereka saling bertatapan selama beberapa puluh detik. Akhirnya Bastian mengangguk pelan.

"Baiklah, tidak akan ada malam pertama. Fine.", jawab Bastian tenang. Terlalu tenang, sampai Adelia curiga.

"Kamu serius gak apa-apa?", tanya Adelia. Gadis itu menatap iba ke arah cowok itu. Ia tidak menyangka Bastian ternyata pengertian juga.

"Ya gak apa-apa, kita bisa coba nanti di malam kedua, ketiga keempat dan seterusnya", kata Bastian santai, yang membuat Adelia melonjak-lonjak panik lagi.

"Huhuhu Tiannn, bukan begituuuu. Gak akan terjadi dalam waktu dekatttt", pinta Adelia lagi sambil mengatupkan kedua tangannya memohon kepada Bastian. Cowok itu menunjukkan wajah gusar.

"Jadi kapan?" tanyanya. Adelia berfikir keras.

"Nanti, ketika aku siap. Ketika saat itu tiba, aku yang akan datang sendiri ke kamu. Aku mohon pengertian kamu ya Tian. Aku janji...", kata Adelia lembut. Cowok itu mengangguk-angguk.

"Ok baiklah. Asal setelah kita nikah, aku boleh icip-icip dulu", katanya terkikik sambil menarik tangan Adelia hingga gadis itu jatuh ke pelukannya. Bastian seakan-akan ingin melakukan sesuatu yang mesum di cafe itu. Adelia kemudian memberontak kecil-kecilan dengan manja, mencoba melepaskan diri dari Bastian.

"Bastian stop stoppp lepasssiinnnn", kata Adelia yang terkungkung di pelukan Bastian. Cowok itu tidak perduli, ia terus saja tertawa terbahak-bahak sampai kepalanya terdongak ke belakang dan matanya sedikit terpejam. Ia geli dan gemas dengan tingkah malu-malu Adelia. Sang fotografer tentu saja langsung melompat dan mengabadikan momen mesra itu. Wajah Adelia yang semerah tomat di pelukan cowok itu, dan Bastian yang tertawa lepas benar-benar akan bagus untuk instagram mereka. Semua orang pasti iri melihatnya!

---------------

Pernikahan kilat nan megah akhirnya terjadi juga. Ruangan hotel bintang 5 tiba-tiba berubah menjadi sebuah pesta pernikahan dengan dekorasi yang indah. Para tamu yang diundang dadakan, muncul berkat persuasi dari tim yang solid. Setelah pukul 8 malam, ruangan itu sudah dipenuhi oleh para tamu yang terdiri dari klien perusahaan, saudara kedua belah pihak, teman karib, begitu juga dengan para karyawan perusahaan. Bastian dan Adelia tidak terlalu repot untuk mengundang teman-teman mereka. Terlalu lelah.

Yang membuat Bastian tertegun hari ini adalah ketika melihat Adelia dengan gaun pengantin untuk pertama kali. Ia tahu Adelia cantik, ia tahu gadis itu selalu modis dan menarik. Tapi melihatnya dengan gaun seindah ini, membuat ia terlihat anggun dan suci. Penampilannya sehari-hari yang seperti anak SMA, kali ini di sulap menjadi wanita dewasa yang bertubuh agak mungil. Dan Adelia cantikkkk sekali.

Adelia pun tidak menutupi rasa kagumnya terhadap sosok Bastian malam ini. Ia terlihat begitu tampan, gagah dan bertanggung jawab. Tidak sedikit tamu-tamu yang menyalami mereka, begitu kagum dengan Bastian. Ingin rasanya Adelia mencakar perempuan-perempuan itu dan mengatakan, "He is mine now". Hemm, kenapa tiba-tiba Adelia perduli?

"Kamu capek Del?, tanya Bastian tiba-tiba. Sudah 1,5 jam lamanya mereka berdiri dan menyalami para tamu. Bastian menyadari Adelia memakai sepatu dengan hak yang tinggi, seakan bisa mengimbangi badan Bastian.

"Err… I'm fine. Gak apa-apa kok. Gak bisa duduk juga. Abis ini kayaknya kita harus foto-foto dengan tamu, saudara dan panitia. Gak apa-apa", kata Adelia lemah. Pastilah gadis itu sudah lelah.

"Sabar ya, dikit lagi. Nanti kita panggil aja fasilitas SPA ke kamar biar kamu bisa dipijat. Ok?", kata Bastian. Adelia mengangguk. Mendengar kata kamar, ia kembali gemetar. Semoga saja Bastian benar-benar menepati janjinya. Ia menyesal tidak menyegel perjanjian itu hitam di atas putih seperti saran Rania dan Jasmina.

------------------

Ketika akhirnya acara berakhir, Jasmina dan Rania membantu membuka seluruh gaun, hiasan rambut dan apapun yang melekat di tubuh gadis itu dikamar pengantin mereka. Kamar yang sengaja di book untuk 2 malam itu sangat luas dan mewah, tapi juga romantis. Sekarang Adelia masih memakai jubah dari bahan handuk, tubuhnya terasa segar setelah mandi. Rania dan Jasmina bersiap-siap untuk pamit, apalagi melihat Bastian memasuki honeymoon suite itu.

"Kita balik dulu ya Del, kalo perlu apa-apa, telfon kita ya.", pamit Jasmina. Adelia mengangguk-angguk dan mengantarkan kedua gadis itu ke pintu keluar.

"Oh iya, lupa, ini, untuk kamu", kata Rania sambil menyodorkan sebuah paperbag.

"Apa ini Jas?", tanya Adelia. Saat ini mereka bertiga sedang berdiri di luar kamar Adelia. Jasmina sengaja menggiring Adelia agak di luar kamar, agar Bastian tidak mendengar pembicaraan mereka bertiga.

"Kado dari kami", kata Rania sambil tersenyum jahil.

Adelia merogoh paperbag itu dan mengangkat isinya. Sebuah lingerie berwarna hitam yang super sexy, sebuah minyak pijat aroma lavender dan beberapa lilin aromaterapi yang juga beraroma lavender. Konon, wewangian itu sejenis pembangkit gairah atau afrodisiak.

"Ya ampuuunn kan aku udah bilang tidak boleh terjadi apa-apa malam ini gaess, aku udah bikin perjanjian dengan Bastian, jadi ini maksudnya apa gaessssss", kata Adelia gemetaran. Rania dan Jasmina saling memandang, dan kemudian tertawa ngikik sambil menatap Adelia.

"Hihihi buat jaga-jaga aja, siapa tau butuh. Minimal tuh lilin aromaterapi di pake. Lumayan untuk menenangkan jiwa dan raga setelah berdiri semalaman", kata Jasmina sambil tersenyum nakal.

"Dan minyak pijit agar kalian berdua bisa rileks setelah lelah seharian kan? Saling pijat-pijat, begitu…", kata Rania sambil tersenyum lebih nakal lagi.

"Nah ini buat apa??? Buat apa gaessss???", tanya Adelia retorik sambil berbisik. Tangannya menggenggam Lingeri hitam itu ke arah wajah Jasmina dan Rania. Tepat pada saat itu…

"Del, mama kamu telfon tuh, dia nanya kamu…", tiba-tiba Bastian keluar dari honeymoon suite itu, dan kata-katanya tercekat ketika ia melihat apa yang sedang di genggam oleh Adelia. Renda tipis dan sexy itu berkibar-kibar di tangan Adelia.

Gadis itu kaget bukan main, dan tanpa sadar lingerie itu malah merosot dari tangannya dan mendarat di lantai! Semua mata malah hanya menatap barang yang jatuh itu, tapi tidak ada yang berani atau berinisiatif mengambilnya! Adelia mencoba menatap benda itu, seakan ia memiliki tenaga telekinesis untuk membuat benda itu hilang! PUUFFF, tapi tentu saja itu tidak mungkin. Akhirnya dengan muka semerah tomat, ia berjongkok dan memasukkan lingeri itu ke dalam paperbag kembali.

Jasmina dan Rania yang merasa suasananya sudah begitu canggung, langsung mengambil aba-aba untuk segera kabur dari tempat itu.

"Ok ya Del, pesanan kamu untuk malam ini udah semua kan? Kami cabut dulu yaaaa, byeeee", kata Jasmina sambil menunjuk paperbag itu dan menahan tawanya. Mereka mengangguk cepat ke arah Bastian dan secepatnya lari menuju lift meninggalkan Adelia yang bengong dan (mungkin) marah.

Adelia ingin sekali melemparkan paperbag itu kearah dua gadis nakal yang membuatnya di situasi yang sangat canggung. Siapa yang mesan ini semua? Bagaimana caranya menjelaskan kepada Bastian? Sekarang Bastian pasti mengira ia gadis mesum!

Sebaliknya, Bastian kehilangan kata-katanya. Ia bahkan kesulitan untuk menelan ludah yang berkumpul di tenggorokannya. Cepat-cepat ia kembali ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sedangkan Adelia cepat-cepat mengenakan piyama tergombrong yang ia bawa dari rumahnya, dan berusaha untuk mengubur "pesanan" yang diberikan Jasmina dan Rania ke koper yang terdalam.

Ketika Bastian selesai mandi, ia keluar hanya menggunakan jubah mandi, dan menatap Adelia yang tengah bermain dengan HP Miliknya.

"Yang di paperbag itu tadi apa? Pesanan kamu?", tanya Bastian.

"Bukaaannn… huhuhu itu Jasmina ama Rania iseng ngerjain akuuu", kata Adelia mencoba menjelaskan.

"Dicobain donk, aku mau liat", kata Bastian sambil memberikan senyum jahilnya. Kontan Adelia mengambil bantal terdekat dan melemparkannya ke cowok itu. Bastian kontan tertawa terbahak-bahak. Akibat lemparan itu, jubah mandi Bastian sedikit tersingkap, sehingga dada bidangnya menyembul. Hati Adelia sedikit berdesir…

"Kamu pegel gak?", tanya Bastian.

"Iya sedikit", kata Adelia santai tanpa mengalihkan pandangannya dari HP miliknya.

"Gak panggil jasa pijat ke kamar?", tanya Bastian sambil berjalan ke arah koper untuk mengambil piyama yang ia bawa dari rumah.

"Ah gak usah deh. Tadi Jasmina ama Rania ngasi aku minyak pij….", Adelia tak berani meneruskan kata-kataya. Ia kuatir Bastian…

Tapi tentu saja Bastian mendengarnya dan bisa menyimpulkan apa yang seharusnya Adelia katakan.

"Apa? Kamu di kasih minyak pijat? Untuk apa? Supaya kita bisa saling… memijat?", tanya Bastian dengan senyum nakal. Salah satu alisnya bahkan naik dan mengkerut, menambah aura kegenitan wajahnya.

"Enggakkk enggakk bukan, forget what I said", kata Adelia panik. Kali ini ia membuang Hp miliknya ke sofa. Ia tengah bersiap untuk menjelaskan kepada Bastian, atau lebih tepatnya menegaskan perjanjian mereka.

"Aku gak keberatan sama sekali mijatin kamu Del…", kata Bastian sambil membuka jubah mandinya dan menjatuhkannya begitu saja ke lantai. Adelia membeku di posisi terakhirnya: duduk bersila, dengan tangan mencengkeram bantal sofa dengan mata terbelalak dan mulut menganga.

Selain sebuah boxer pendek, tidak ada yang melekat di tubuh atletis cowok itu. Kulitnya yang putih, dan ada sedikit belang di bagian tubuh yang terkena matahari, benar-benar tercetak sempurna. Tidak heran, ia seorang mantan atlit voli. Rambutnya yang masih basah dan terjatuh acak di dahinya, membuat kesan sexy membakar gelora Adelia.

"enngg engg gak usah Tian, aku gak begitu capek kok. Beneran aku fine-fine…" Adelia mencoba menolak usul cowok itu, sedangkan Bastian mulai memakai piyamanya satu persatu.

"Del, aku gak bakal macem-macem kok. Aku kan udah janji, gak bakal macem-macemin kamu, sampe kamu bener-bener siap. Mana tadi minya pijat pesanan kamu?", tanya Bastian celingak-celinguk mencari paperbag tadi. Adelia panik.

"Itu bukaaaaan pesanan aku Tian huhuhu, itu kado dari Jasmina dan Rania", kata Adelia lagi sambil beranjak menjauh ke arah Bastian. Tapi matanya sekilas melirik kopernya. Bastian memperhatikannya. Sedetik kemudian mereka saling memandang, dan seperti tahu akan pikiran masing-masing, mereka berlari menuju koper Adelia!

"Kyaaaa jangaaannnn!", teriak Adelia sambil berusaha mengamankan barang terlarang itu.

"Sini, cepetan kasih ke aku! Aku janji akan pelan-pelan Del", kata Bastian keras sambil menahan tawa.

"Kyaaa jangaannn lepasin tangan kamu sekaranggg!", kata Adelia sambil berusaha menyingkirkan tangan Bastian dari koper Adelia.

"Adel, udah kamu tenang aja. Serahin aja ini sama aku, aku bisa kok", kata Bastian.

"Enggak enggak enggak mauuuu. Bastian aku udah gak tahan lagi nih", kata Adelia yang sudah tidak kuat tarik menarik koper dengan Bastian. Cowok itu tertawa ngakak tapi masih juga menahan koper Adelia.

"Cepetan kasih ke aku, aku kok nahan malam ini", maksud Bastian, ia bisa menahan birahinya agar tidak menerkam Adelia malam ini. "Tapi aku yang mungkin tidak bisa menahannya, Bastian", gumam Adelia.

Selama mereka sedang bertekak seperti itu, sebenarnya keempat orangtua mereka sedang berdiri di depan pintu. Mereka Cuma ingin mampir sebentar untuk mengucapkan selamat istirahat dan memberi beberapa wejangan. Tapi setelah mendengar begitu panasnya kegiatan di kamar itu samar-samar, fikiran mereka pun menjadi negatif.

"Tuh kan, kemaren aja nolak-nolak disuruh nikah cepet. Ternyata baru juga semalam, langsung main terkam-terkaman. Kalo gitu baguslah, biar cepet dapet cucu kita", kata papa Abraham yang memang paling frontal beropini. Mama Cecilia dan mama Wien tidak bisa berhenti tertawa geli. Akhirnya mereka berempat kabur ke kamar masing-masing.

Adelia akhirnya menyerah dan memberikan minyak pijat itu kepada Bastian. Begitu tangan Bastian mulai memijat telapak kaki gadis itu dengan lembut, tidak sampai 5 menit, Adelia sudah tertidur dengan lelapnya. Ia belajar 1 hal tentang Adelia hari ini. Ia akan cepat tertidur bila telapak kakinya di pijat.

Bastian memandang wajah wanita yang sekarang sudah resmi menjadi istrinya itu. Tanpa Make-up, rambut masih lembab, dengan piyama kebesaran. Dia mungkin bukan wanita terindah dan terbaik di mata banyak orang. Tapi mulai hari ini, hanya Adelia yang bisa ada di fikiran dan hati Bastian.

"Mungkin cinta belum tumbuh diantara kita Del, tapi aku janji, aku akan jaga dan sayangin kamu", bisik Bastian di telinga Adelia. Ia kemudian mengecup dahi Adelia dan merebahkan dirinya di sampingnya.