BAB 58: Pagi Pertama Bersamamu

Matahari telah terbit dengan malu-malu pagi ini. Sepertinya langit masih mendung, membuat siapa saja masih bergelut dengan selimutnya. Sebuah Senin pagi di pusat kota Jakarta, pasti akan membuat siapa saja merasa pusing. Sepagi ini saja, lalu lalang kemacetan kota sudah mengular. Dengan udara selembab dan sendingin ini, siapa yang ingin berpacu di jalanan menuju tempat mereka mencari nafkah?

Tidak terkecuali Adelia. Baru akhirnya berhasil membuka mata lelahnya setelah tidur sepanjang 8 jam. Seluruh badannya remuk redam akibat 3 hari di porsir untuk menyiapkan pernikahan kilatnya. Mulutnya kering, kepalanya berat dan pingganggnya lelah. Hanya kakinya yang sudah tidak sepegal tadi malam. Apa karena di pihat oleh...Adelia langsung panik dan membalikkan tubuhnya.

Disitulah dia, sang pengantin pria. Bastian tidur dengan lelap menghadap Adelia. Bedcover tergulung-gulung dan menjadi guling bagi kakinya yang sangat langsing dan panjang. Bulu mata cowok itu lentik dan lebat, sesuai dengan alis yang tebal berwarna hitam. Hidungnya yang langsing, bibir yang tipis dan rahang yang kokoh, membuatnya begitu menawan di terpa cahaya yang masih mendung. Rambutnya berantakan di bantal, baju kaos putih tipis yang dikenakannya menyingkapkan sedikit kulit perutnya. Perut yang rata dan sepertinya keras penuh dengan otot.

Adelia kontan menggetok kepalanya dengan tangannya. Ia mencoba mengenyahkan segala pikiran aneh-aneh ketika melihat suaminya. Ya, ini suaminya loh. Orang yang sah berada di tempat tidurnya ini. TEMPAT TIDUR! Adelia baru menyadari, ia sekarang sedang berbaring di tempat tidur bersama Bastian. Tidur berdamping-dampingan. Ia lupa tadi malam membahas harusnya mereka secara bergantian tidur di sofa mewah honeymoon suite yang panjangnya 190cm itu. Cukup kok untuk seorang Bastian!

Adelia ingin bergerak kabur dari kasur itu tapi tanpa sepengetahuan Bastian. Akan sangat canggung bukan bila cowok itu bangun dan mendapati mereka begini? Jangan-jangan nanti Adelia bisa di terkam! Hiiiiiii! Tapi, tunggu sebentar deh, sepertinya asyik juga memandangi makhluk ini. Selama ini Bastian selalu menjadi setengah ilusi bagi Adelia. Seseorang yang tidak perlu di gapai sekarang, sehingga Adelia belum pernah benar-benar mengenal dan menyelam lebih dalam kepada cowok ini. Kata orang, tak kenal maka tak sayang. Jadi wajar donk kalo sekarang belum ada benih-benih cinta?

"Mau sampe kapan kamu mandangi aku kayak gitu? Baru tau kalo aku cakep?", kata Bastian masih dalam posisi tidur, masih dengan mata terpejam! Adelia langsung sigap mengambil bantalnya dan membenamkannya di wajah Bastian.

"Ge-er kamuuuu! Aku cuma lagi ngumpulin nyawa tauuuuuu!", kata Adelia dan kemudian langsung menuju kamar mandi. Tidak berapa lama, suara pancuran terdengar yang menandakan Adelia sedang mandi. Adelia sambil memperhatikan seluruh permukaan kulitnya. "Hemmm syukurlah Bastian tadi malam gak ada iseng-iseng sama aku",batinnya. Ketika Adelia tersadar, ternyata ia lupa belum mengambil baju yang akan ia kenakan. Cepa-cepat ia kenakan jubah mandi yang tergantung di balik pintu.

Ia mencoba mengintip keluar. Ia tidak mau Bastian memergokinya seperti ini. Ini benar-benar tidak aman. Adelia melangkahkan kakinya ke luar kamar mandi, dan melihat tempat tidur sudah kosong. "Oh, syukurlah, mungkin cowok itu sekarang sedang sarapan di ruang tamu sambil nonton TV", gumam Adelia lega.

Ia berjinjin-jinjit berjalan ke arah kopernya, yang terletak disamping lemari. Ketika sampai di samping lemari, Adelia terperanjat luar biasa, hingga ia nyaris terlompat ke belakang.

"Kyaaa Bastian! Kamuuuu kamu ngapain sih!!!", tanya Adelia. Cowok itu hanya mengenakan celana panjang, tanpa atasan. Segala otot dada, trisep, bisep, roti sobek sampai tulang pinggul bisa terlihat dengan jelas. Dan aroma tubuh memabukkannya keluar menyapa hidung pagi Adelia. Sungguh memabukkan!

"Mau mandi, kenapa? Mau ikutan?", tanyanya santai, ia tengah memilih-milih baju yang akan di kenakannya setelah mandi.

"Ngapainnnn buka baju disini! Buka baju di kamar mandi!", teriak Adelia panik. Bastian memperhatian Adelia dari atas ke bawah, dan lebih spesifik ke lipatan-lipatan jubah mandi yang diikat sekenanya. Sepertinya akan gampang terbuka.

"Dari pada kamu, ke kamar mandi gak bawa baju ganti. Sengaja mau di terkam neng?", tanya Bastian usil. Adelia kontan mengambil salah satu gaun dari kopernya dan melibaskannya ke pinggul Bastian. Tentu saja itu tidak sakit. Cowok itu hanya terkekeh sambil berjalan santai ke kamar mandi. Jantung Adelia masih berdegup kencang. "Hadeh, satu malam lagi seperti ini, aku bisa gila!", gumamnya.

"Bastian, begitu sampai di Perth, langsung cari rumah untuk kalian tinggali berdua. Paham? Gak bagus kalo udah menikah tinggal pisah-pisah begitu", kata papa Abraham membuka omongan.

"Bener itu Tian, biar Adelia langsung bisa ngerasain loh, bagaimana mengurus suami dengan benar. Inget ya Del, mulai sekarang kamu udah harus belajar masak, belajar beberes, belajar ngurus suami", kata mama Cecilia.

Adelia dan Bastian saling berpandangan dengan lemas. Keluarga Abraham dan Keluarga Adnan sedang berkumpul di sebuah restoran Sunda langganan mereka. Restoran ini selalu mereka datangi dari waktu ke waktu bersama Adelia dan Bastian sejak mereka masih kecil-kecil!

"Pa, kayaknya tanggung banget deh. Kan kita berdua udah bayar asrama sampai akhir semester ini. Ujian akhir semester juga tinggal 2 bulan lagi kok. Tanggung banget. Bastian janji, nanti Bastian akan cari rumah yang dekat dengan kamus deh setelah kontrak kami berakhir", jawab Bastian.

"Mama, hari gini, bukan hanya istri yang ngurus suami, tapi suami juga harus bisa loh ngurus dirinya sendiri. Malah hari gini suami juga harus ngurusin istri. Emansipasi mamaaaa emansipasiiii", kata Adelia sambil melirik Bastian. Mama Wien langsung memberikan jempol ke arah Adelia.

"Benerrr Adel! Benerrr tante, ehhh maksudnya, mama setuju. Aku kok masih kagok ya manggil tante mama tante mama hihihi gak nyangka ya Cel, kita akhirnya besanan juga hihihi", kata mama Wien lagi yang diamini oleh mama Cecilia. Mereka terkekeh-kekeh. Adelia hanya bisa menggeleng-geleng kepala.

"Ya udah Bastian, kamu atur aja. Yang penting papa mau cepet dapet cucu. Paham?", perintah papa Adnan. Adelia tersedak mendengarnya.

"Beres papa! Papa mau berapa? Dua, tiga, lima?", tanya Bastian sambil mengacungkan jempolnya. Adelia kontan memukul pundak Bastian dengan menu makanan.

"Kamu apa-apaan sihhhh, jangan mancing-mancing Tian, kuliahku masih 3 semester lagi inihhh", bisik Adelia ke Bastian. Cowok itu pura-pura tidak mendengar dan tetap dengan senyum cengirannya.

"Kamu atur aja, yang penting aku mau dia sepintar Bastian...", kata mama Cecilia..

"Dan secantik Adelia...", kata Mama Wien.

"Jadi maksud mama aku jelek?", tanya Bastian,

"Jadi maksud mama aku tuh ga pinter?", tanya Adelia hampir serempak dengan Bastian. Keempat orangtua itu terkikik.

"Jadi tadi malam sukses donk?", tanya papa Abraham lagi. Adelia dan Bastian berpandangan tak mengerti.

"Acaranya? Lancar kok om. Jasmina sama Rania bilang syukurnya gak ada kendala yang aneh-aneh tadi malam kok.", kata Adelia. Keempat orang tua itu masih terus saling berpandangan dan tersenyum-senyum.

"Bukan ituuuu. Itu loh, acara terkam-terkaman tadi malam...", kata mama Cecilia sambil mengedipkan matanya. Adelia yang paham, langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Ketika ia akan berkata sesuatu...

"Iya papa Adelia tadi malam kecapean banget, untung Bastian tetap maksa (mijatnya)", kata Bastian lempeng. Ia sama sekali tidak mengira maksud orangtuanya tentang malam pertama. Mama Cecilia dan mama Wien langsung menutup mulut mereka dengan takjub. Gila juga nih Bastian pake acara maksa.

"Adelia sih sempet gak mau, padahal kan udahannya enak ya (setelah dipijat). Sampe berantem kita tarik-tarikan (minyak pijat).", kata Bastian sambil memberikan tatapan sinis kepada Adelia. Adelia terus saja menggeleng-geleng ke arah Bastian, dan ia mengibaskan tangannya ke arah keempat orang tua yang menatapnya dengan takjub.

"Bukaaannn bukaaann mama papa. Gak ada kejadian (malam pertama) apa-apa, Adelia suerrrr", kata Adelia sambil memberikan 2 jarinya. Ia kebingungan memberi kode kepada Bastian untuk tutup mulut.

"Enak aja gak ada kejadian apa-apa. Ni lengan-lengan aku ampe pegel begini, kamu aja keenakan ampe ketiduran. ngorok lagi", kata Bastian sewot. Mama papa mereka mulai tertawa terpingkal-pingkal, apalagi mereka sudah melihat raut muka Adelia yang merah dan malu.

"Tiaannn bukaann, bukan ituuuu. Gak ada mama papa, ini cuma salah pahammm", kata Adelia. Tapi mama papa mereka terus saja tertawa.

"Vazzztian, Kammmu diem azaaa duluuu, mereka pikirr, kita tadi malam em ellllll", kata Adelia setengah berbisik sambil merapatkan bibirnya. Bastian tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

"Apa???", tanyanya sambil memicingkan matanya dan mendekatkan telinganya ke bibir mungil Adelia.

"Mereka kira kita tadi malam terkam-terkaman malam pengantin. Make love you knowwww", kata Adelia sambil berbisik di telinga Bastian. Kontan cowok itu seperti tersengat aliran listrik. Pertama karena mendengar kata make love, yang membuat pikirannya jauh melayang kemana-mana. Dan kedua karena ternyata percakapan yang di tanggapinya tadi toh tentang ranjang. Betapa bodohnya dia ikut terpancing. Padahal memang tidak ada apa-apa.

"Jadi Bastian, itu tadi tarik-tarikannya di mana?", tanya papa Abraham.

"Di lemari pa", kata Bastian jujur dan lugu.

"Hahahahhahahaha astagaaaa baru juga malam pertama udah berani main di luar ranjang ahhahahah emang anak jaman sekarang kreatifffff", kata papa Adnan. Sontak Bastian dan Adelia malu bukan kepalang, ini cuma salah paham. Tapi tentu saja mereka tidak memiliki kesempatan untuk memperbaikinya. Orangtua mereka ternyata terlalu bersemangat berbesan.

------------------------------

Adelia memandang 1 koper besar yang harus ia bawa ke Perth atas suruhan mamanya. Mamanya Cuma berpesan agar langsung membukanya di asrama saja. Apakah mama lupa kalau koper ini toh akan di bongkar di bea cukai juga? Bagaimana kalau isinya adalah barang-barang yang harus di laporkan seperti makannan, obat-obatan, yang mengandung kayu, atau produk susu?

"Koper ini juga titipan mama kamu nih", kata Bastian sambil menunjuk sebuah koper ukuran sedang. Ia kira itu tadi dari mama Wien.

"Kata mama kamu ini isinya peralatan dapur, seprei, atau apalah apalah gitu untuk rumah.",kata Bastian. Adelia hanya menggeleng-geleng. Pernikahan mereka yang terkesan dadakan, masih menyisakan jetlag di kepala keduanya. Harus secepat ini mereka menyesuaikan kehidupan baru mereka? Mereka bahkan melewati fase perkenalan dan pacaran.

"Tian, apa kita harus tinggal bareng setelah semester ini berakhir?", tanya Adelia. Bastian yang sekarang sedang selonjoran di sofa kamar hotel mereka, mengangkat pundak seakan acuh tak acuh.

"Aku suka flat 27 Tian, aku ngerasa, aku bisa belajar lebih nyaman disana. Bukannya tujuan kita kesana untuk kuliah dan mendapatkan nilai dan pengalaman yang bagus? Ya kaan.. ya kaann…", pinta Adelia yang saat ini berjalan mendekati Tian. Ia duduk di sebuah sofa di sebelah Bastian. Cowok itu terdiam sebentar…

"Kamu sanggup masih satu flat dengan Maretha?", tanya Bastian. Adelia terperanjat! Ia benar-benar lupa dengan gadis beringas yang satu itu.

"Kamu udah ngomong sama Maretha sejak kita kesini?", tanya Adelia. Bastian menggeleng.

"Apa jangan-jangan dia udah liat postingan kamu di Instagram ya? Gile itu Bu Sarah ciamik dan niat benerrr ya ngisi IG kita pake foto-foto yang aku bahkan gak tauuuu kapan di jepretnya", kata Adelia dengan perasaan berkecamuk. Antara kuatir, bersalah, kesal. Siapa yang tidak kesal bila IG pribadi kita di acak-acak.

Bastian hanya bisa mengangkat-angkat lagi pundaknya. Sesungguhnya ia masih belum memikirkan bagaimana caranyamenghadapi Maretha. Bagaimanapun, ketika mereka meninggalkan Perth, Maretha masih pacarnya secara sah. Ya walaupun siapa yang bisa mengukur sah atau tidaknya hubungan pacaran? Kan tidak ada legalitas disitu.

"Nantilah kita pikirkan itu. Sekarang mending istirahat. Pesawat kita besok pagi-pagi banget. Kalo kita beruntung, kita masih bisa ngejar kuliah sore", kata Bastian lagi. Walaupun mereka berdua pasti sudah mabuk karena perjalanan 5 jam di tambah dengan perbedaan waktu 1 jam dari Jakarta. Dengan seluruh imigrasi, bea cukai dan ini itu, siapa yang punya selera untuk kuliah sore?

"Ya gak bisa gitu Tian, nanti begitu aku sampe flat, pasti uda langsung di sambut ama Maretha. Aku gak mau loh tiba-tiba di tampol dan rambutku di jambak-jambak", kata Adelia sewot sambil membelai-belai rambut lembutnya.

"Lah jadi kamu mau nya gimana? Kamu ada rencana apa? Makanya aku ngajakin kamu tinggal di luar kampus setelah semester ini berakhir, kamu gak mau. Trus jadinya gimana? Mau pindah sekarang aja ayok, kita cari apartemen deket kampus!", kata Bastian tak kalah sewot.

"Ya aku mau kamu cari solusi donk, ini kan semua gara-gara pacar kamu juga", Adelia tidak mau kalah.

"Lah kok ya masih di bahas sih Del, siapa yang salah siapa yang benar? Yang jelas kita sekarang udah nikah, trus mau gimana?", tanya Bastian dengan emosi. Bastian akhirnya berdiri dan menghempaskan badannya di tempat tidur.

"Ehhhh aku yang tidur disitu, kamu tidur disini aja. Bastiaaannn kamu tidur di sofaaaa", teriak Adelia panik.

"Bodo amattt", kata Bastian sambil menggulung tubuhnya dengan selimut.

Adelia memandang punggung Bastian yang mencoba tertidur lelap di tempat tidur ukuran besar itu. Begini amat ya pernikahan paksa tanpa ada cinta itu. Adelia yang tadinya sudah bernafas lega keluar dari mulut harimau Hisyam, kandang buaya Justin, sekarang harus terperangkap di sarang ular Bastian. Seakan-akan Adelia tidak ditakdirkan untuk mengerjar kebahagiaannya sendiri. Ya, saat ini ia belum bahagia. Tapi melihat perangai Bastian, akankah ia bisa berbahagia?

Adelia melihat instagram miliknya. Foto-foto yang di ambil oleh sang fotografer memang fenomenal. Sejak di pegang oleh tim bu Sarah, sudah ada belasan postingan baru disitu. Semua tentang persiapan pernikahan, sampai resepsi. Kata-kata yang tertulis di tiap postingan begitu puitis. Adelia memandang salah satu postingan, dimana mereka berdua sedang ada di café bernuansa Prancis. Saat itu Adelia dan Bastian sedang mendiskusikan perjanjian pranikah mereka.

Pada foto pertama, terlihat Adelia sedang membicarakan sesuatu yang serius, namun Bastian menatapnya denan penuh perhatian. Pada foto kedua, tampak Bastian mengatakan sesuatu yang frontal, dan membuat Adelia panik dan heboh, pada foto ketiga, tampak Bastian memeluk paksa Adelia dan mereka berdua tampak seperti tertawa terbahak-bahak. Padahal Adelia yakin saat itu ia sedang berteriak panik meminta cowok itu untuk melepaskannya. Dengan caption yang puitis, siapa saja pasti menebak bila mereka begitu bahagia.

Adelia yakin pasti Maretha mendidih melihat postingan setelah resepsi pernikahan. Pada foto pertama, tampak Adelia dan Bastian tengah beristirahat di sebuah meja makan untuk pengantin. Mereka saling memandang dengan mesra. Pada foto kedua Bastian terlihat sedang merapikan rambut Adelia, dan berkata-kata lembut. Padahal saat itu Bastian hanya menanyakan sesuatu yang remeh kepada Adelia, hanya saja Bastian melihat serpihak kertas di rambut Adelia. Fotografer bisa aja menangkap momen-momen itu. Dan puncaknya adalah foto ketiga dan keempat ketika Bastian dan Adelia saling menyulangi makanan atas permintaan keluarga. Disitu mereka terlihat begitu bahagia dengan senyum yang merekah.

Kebahagiaan yang semu…