[Mei 2013]
Mei berpapasan dengan Reyn dan Elena di jalan menuju kantin. Mereka berdua tampak sangat mesra.
"Cih."
Namun, Mey jadi penasaran dengan yang dikatakan oleh Elena.
"Rein, makasih ya, udah nemenin aku kemarin malam."
"Sama-sama."
Reyn tersenyum dan mengusap rambut Elena dengan gemas.
Hal tersebut membuat Mei cukup terkejut.
"Sonia harus tau soal ini," gumamnya.
***
"Son, gue punya fakta menarik buat lo."
Mei berbisik kepada Sonia. Sonia terlihat sangat puas mendengarnya.
"Informasi yang sangat bagus, ini bisa menguatkan dugaan kita sama mereka. Biar orang-orang tau seperti apa Rey yang sebenarnya."
***
"Rein, kamu yang ini caranya gimana?"
"Kalo aku kayak gini."
Reyn menunjukkan hasil pekerjaannya, dan Elena memperhatikan setiap langkahnya.
"Eh, kok, ada angka ini. Kamu dapatnya dari mana?"
"Oh, ini aku ambil dari pengurangan yang ini terus dikalikan yang ini."
"Tapi, kan, itu gak ada di rumus."
"Aku tau, tapi hasilnya sama aja, kan."
"Eh, iya sama."
"Dan lagi, caraku ini lebih cepat."
"Ya udah, aku mau coba cara kamu."
Elena mencoba mengerjakan soal yang lain dengan cara yang digunakan oleh Reyn.
"Eh, iya jadi lebih cepet selesainya."
"Iya, kan? Jadi bisa mempersingkat waktu saat ujian nanti."
"Kamu bener banget. Makasih, ya."
"Kok, makasih?"
"Pengen aja."
"Kamu ini."
Reyn mengusap rambut Elena dengan gemas.
"Hehehe."
"Rey!"
Rey cukup terkejut mendengar teriakan Vino dari arah pintu.
"Apa?"
Vino menghampiri Reyn.
"Lo beneran…"
Tiba-tiba Evan menyela pembicaraan Vino.
"Vin, tadi Saly nyariin lo."
"Apa sih? Ganggu aja. Gue udah nemuin dia tadi. Gini, Rey…"
"Udah ikut gue aja dulu."
Vino melepas tarikan tangan Evan.
"Lepas, Van. Gue mau ngomong dulu sama Rey."
"Lo mau ngomongin apaan, sih?"
"Kalian berdua bisa diem gak? Gue lagi ngerjain PR matematika yang tadi, nih."
"Noh, liat si Elena jadi keganggu sama lo. Ayo kita pergi aja."
"Iya, iya."
Akhirnya Vino menuruti kemauan Evan untuk ikut bersamanya.
Reyn jadi penasaran dengan yang akan dibicarakan oleh Vino.
"Kira-kira soal apa, ya?"
***
"Kan gue udah bilang, jangan sampai Rey tau soal gosip ini. Lo malah mau minta klarifikasi sama dia."
"Ya maaf, gue kan, cuman mau mastiin."
"Gue juga penasaran sama kebenarannya, tapi kita gak boleh gegabah kayak tadi. Apalagi, ada Elena di sana."
Vino menundukkan kepalanya merasa menyesal.
Riandra datang.
"Van, gimana? Rey masih belum tau, kan?"
"Hampir, gara-gara dia, nih."
Evan hendak memukul Vino karena kesal. Tapi, dihentikan oleh Riandra.
"Udah-udah gak pa-pa."
"Ri, lo udah tau gosip terbaru dari mereka?"
"Udah, dan tentunya gue gak percaya."
"Tapi kata mereka, mereka denger langsung dari obrolan Rey sama Elena. Mau gak mau, kita harus klarifikasi sama Rey. Itu artinya, Rey harus tau soal ini."
Riandra terlihat tengah memikirkan sesuatu. Lalu tiba-tiba Reyn datang.
"Kalian bertiga ngapain di depan toilet?"
Mereka bertiga cukup terkejut. Terutama Riandra.
"Eh, Rey. Kamu?"
"Dan lagi, ini kan toilet cowok, Ri."
"Ya udah, Van, gue duluan. Nanti kita omongin lagi."
"Oke."
Riandra berlalu dengan setengah berlari.
"Lo bertiga ada pembahasan apa, sih? Sampe harus di tempat kayak gini."
Evan berusaha bersikap santai.
"Ada, deh. Yok, Vin, kita cabut."
Reyn jadi semakin heran dengan sikap mereka.
"Kayaknya ada yang mereka sembunyiin dari gue."
***
Elena tengah berjalan melewati kumpulan Kakak kelas.
"Gue kira Cuma si Bima aja yang suka mainin ceweknya. Ternyata si Rey juga."
Elena bergeming ketika mendengar nama Reyn disebut oleh mereka.
"Kalo gue, sih, gak berani sampe harus mainin cewek. Itu sama aja dengan ngerendahin nyokap gue."
"Tapi, ada aja cewek yang suka rela dimainin sama cowoknya."
"Udah gak ada harga dirinya tuh cewek."
"(Apa yang mereka maksud dengan mainin cewek? Kenapa mereka nyebut-nyebut nama Rein?)"
Elena segera pergi dari tempat tersebut setelah mereka berhenti membicarakan sesuatu tentang Reyn.
***
"Sal, apa lo tau sesuatu soal Rein yang gue gak tau?"
"Maksud lo apa sih? Gue gak ngerti."
"Lupain aja, deh. Kayaknya lo juga gak tau."
Saly sedikit merasa lega.
"Gue tadi ngedenger kakak kelas lagi ngomongin Rein. Dan mereka bilang, kalo Rein udah ngemainin ceweknya. Gue gak ngerti kenapa mereka ngomong kayak gitu soal Rein."
"Mm… mungkin yang mereka omongin bukan Rey-nya lo, kali. Kak Reymon kan suka dipanggil Rey juga sama temen-temennya. Mungkin dia yang mereka omongin."
"Ah, lo bener juga."
Tapi, Elena masih belum puas dengan jawaban dari Saly.
***
Riandra tengah belajar di kamarnya bersama Anita. Namun, ia malah melamun.
"(Apa iya, Rey udah ngelakuin hal itu sama Elena. Tidak mungkin! Tapi… mereka ngedengernya langsung dari Elena. Apa aku harus…)"
Anita menghentikan aktivitas menulisnya, karena melihat Riandra yang tampak melamun cenderung ada yang ia pikirkan.
"Ri, lo kenapa lagi? Kayaknya yang lo pikirin bukan soal pelajaran, deh. Serius banget."
"Eh, nggak. Gue gak lagi mikirin Rey, kok."
"Nah, kan, bener. Gue gak ada nyebut namanya, lo langsung jawab begitu."
Riandra hanya diam.
Anita beranjak dari kasur dan menghampiri Riandra.
"Ini pasti soal gosip itu, ya?"
"Iya, gue ingin ngehentiin gosip ini biar gak terus menyebar. Tapi, gue gak ada bukti buat ngebantah fakta palsu yang mereka sebarkan itu."
"Lo harus bicarain ini sama Rey, biar Rey bisa klarifikasi gosip ini. Dan gosip ini gak bakal dipercaya lagi sama orang-orang."
"Tapi, gue gak mau Rey sakit hati karena gosip ini."
"Daripada dia tau dari orang lain, iya kan? Mending dia tau dari lo. Orang yang gak mungkin percaya sama gosip murahan kayak gitu."
"Lo ada benernya juga. Makasih, ya!"
"Sama-sama."
***
Reyn dan Elena sedikit terkejut melihat kedatangan Riandra.
"Rey, aku mau bicara sama kamu. Tapi gak di sini."
"Soal apa?"
"Ikut aku aja dulu."
Reyn dan Elena saling bertatapan.
"Len, gue pinjem pacar lo sebentar, ya. Gak bakal gue apa-apain, kok."
"Mm… boleh."
"Thanks!"
"Aku pergi, ya."
Elena melambaikan tangannya pada Reyn yang hendak pergi menyusul Riandra.
"(Apa ini ada kaitannya sama yang diomongin orang-orang kemarin?)"
Elena tampak sangat penasaran.
***
Mereka berjalan ke salah satu sudut sekolah yang jarang ada orang lewat. Di sana sudah ada Evan dan Vino menunggu kedatangan mereka.
"Ada apa? Kenapa Ekspresi kalian jadi pada serius?"
"Gini Rey,…"
Riandra menerangkan semuanya kepada Reyn. Dan Reyn cukup terkejut mendengarnya.
"Ke-kenapa, mereka bisa berpikiran kayak gitu?"
"Awalnya, ini cuman dugaan mereka aja. Karena, ngeliat lo lengket benget sama Elena, kayak Kak Bima sama Kak Rara."
Reyn semakin terkejut mendengar penuturan Evan.
"Lalu, salah satu dari mereka ngedenger ucapan Elena soal kamu yang udah nemenin dia dan nginep di rumahnya."
Sekarang tubuhnya terlihat gemetar.
"Apa bener, lo nginep di rumahnya dan lo ngelakuin hal itu?"
Pertanyaan Vino membuat Reyn jadi semakin bergeming.
Sejenak kesunyian menyelimuti mereka.
"Iya, waktu itu gue nginep di rumahnya. Karena, orang tuanya gak ada di rumah."
Mereka bertiga sangat terkejut mendengar pernyataan Reyn.
"Awalnya, kami hanya belajar bersama sampai larut malam. Hingga akhirnya, kami… terlelap bersama."