Suara dering hp Laura membuyarkan lamunannya.
Tertera di layar hp bertuliskan nama "Arga"
Tepat sekali waktunya.
Laura segera mengangkat telpon dari Arga.
"Halo gaa.."
"Laura kamu hari ini ke kampus?" Ucap Arga dari sebrang sana.
"Iya lah aku kan mau jadi lulusan terbaik harus rajin sekolah. Emang ada apa gitu?"
"Pulangnya tungguin aku ya? Nanti aku jemput kamu beres dari kantor papah."
"Tapi aku pulang sama Rendra, umm yaudah deh kalau udah sampe bilang ya.."
"Okee.. aku tutup ya byee semangat belajarnya..hehe"
"Iyaiyaa.. byee"
Bipp..
Telpon dimatikan, sedikit ada perasaan senang setelah ditelpon Arga.
Rasa rindunya sedikit terobati.
Setelah selesai makan, Laura kembali ke kelas untuk pelajaran selanjutnya.
Jam menunjukkan pukul 12.00 siang. Laura sedang menunggu jemputan Arga.
"Ayo Ra aku anter.."
Laura menoleh kearah suara Rendra. Rasanya tidak enak tapi bagaimana lagi? Laura ingin bertemu dengan Arga saat ini.
"Maaf ya Ndra, aku pulangnya di jemput Arga." Ucap Laura lirih dengan rasa bersalah.
Rendra tersenyum dan mengangguk paham.
"Iya gak apa-apa kok.. tapi kalau butuh aku bilang aja oke? Hati-hati di jalan yaa.."
Laura tersenyum lega dan sedikit berdebar saat Rendra kembali mengusak kepala Laura dengan lembut.
"Bippp bipp.."
Suara klakson mobil Arga terdengar ke telinga Laura, ia mengalihkan pandangannya ke muka Arga yang tersenyum lebar dan memberi kode untuk menghampirinya.
Laura berjalan dan masuk ke mobil Arga.
"Apa kabar? Ya ampun lama banget ngapain aja?"
Laura langsung melontarkan banyak pertanyaan kepada Arga.
"Kangen ya?? Cieee.." Ucap Arga menggoda.
"Ihh enggak ya, siapa yang kangen kamu coba. Aku cuma mau nanya doank. Abis lama banget."
Arga terkekeh pelan melihat Laura yang sedikit kesal.
"Aku harus ngurusin perusahaan papah, kamu tau kan aku ini penerus perusahaannya. Yaa jadi kemarin kemarin sempet ada kendala makanya papah nyuruh aku buat bantuin nyelesain masalahnya."
"Oalah gituu.. iya iyaa aku paham kenapa lama."
Arga tersenyum, lalu mulai melajukan mobilnya menuju suatu tempat.
Sepanjang perjalan mereka berdua saling bercerita hingga tertawa terbahak-bahak karena Arga menceritakan ia tidak bisa naik ke hotel karena lupa membawa kartu kamarnya.
"Yaa kemarin sempet keluar kota makanya nginep di hotel sama papah, waktu itu aku lagi pengen jalan-jalan keluar hotel dan dorr pas aku naik lift, lift nya gak naik-naik ke lantai 10. Disitu aku udah bolak-balik keluar masuk lift tapi apa? Pas aku keluar lift nya malah naik. Ckk.. disitu aku bingung banget akhirnya aku numpang ke bapak-bapak yang kebetulan mau ke lantai 10 juga huftt.. lega rasanya." Ucap Arga sambil diselingi tawa
Laura tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Lucu sekali. Saat dia keluar lift nya malah naik kelantai 10.
Tak terasa perjalanan mereka sampai. Laura turun dan sedikit bingung. Kenapa bukan gerbang komplek tapi malah restoran sederhana namun pemandangannya sangat indah.
"Kita ini dimana??"
Arga hanya mengeluarkan senyuman saja dan menggenggam tangan Laura.
"Aku sengaja ngajak kamu kesini, aku mau kita jalan-jalan berdua. Udah lama loh kita gak kesini. Kamu lupa?"
Laura berpikir sejenak. Bangunan restoran ini memang tidak asing.
Ah benar!
Restoran "Amor Verdadero" bernuansa alam indah dan model sederhana. Para pasangan selalu datang kesini selain suasana romantis pemandangannya pun sangat indah untuk dinikmati dengan pujaan hati. Selama masa SMA Laura dan Arga selalu kesini setiap pulang sekolah. Rasa masakan yang enak dan pas seperti makanan Spanyol asli.
Harga yaa sedikit mahal tapi wajar karena pelayanan yang bagus dan sangat ramah wajar jika harganya mahal.
Laura tidak lupa mengirimkan pesan kepada ayahnya dan juga foto pemandangan alam yang sangat indah.
"Kamu mau apa?" Tanya Arga pada Laura.
Laura menoleh kearah Arga dan berpikir sejenak.
"Tortilla sama Churros aja. Kamu?"
"Umm Pimientos de Padron sama Patatas bravas hehee.."
Arga paling suka dengan paprika goreng disini. Pimientos de Padron merupakan paprika hijau. Paprika ini disajikan dengan cara digoreng dan diberi taburan garam.
Laura mengangguk, setelah itu mereka memesan makanan yang mereka pilih. Tak lama kemudian pesanan mereka sudah disajikan di meja.
Bukan Laura jika tidak mengambil foto makanan mereka.
"Ck.. ayo dimakan nanti gak enak loh kalau udah dingin.." Ucap Arga.
"Iyaa iyaa satu foto lagi-- nah udah.."
Laura kembali menyimpah hp nya lalu mulai menyantap makanannya.
Jangan ditanya rasanya bagaimana, intinya enak!
Setelah selesai acara makan. Mereka berdua langsung pergi, tidak lupa membayar makanannya. Semua ditanggung oleh Arga, walau sempat ada perdebatan karena Laura ingin membayar sendiri saja.
"Ihh padahal kan aku bisa bayar sendiri.."
"Gak apa-apa sekalian traktir kamu, masa cowok dibayarin cewek. Harusnya cewek dibayarin sama cowok. Gitu baru bener.. ayo kita jalan-jalan lagi." Ucap Arga sambil menggenggam tangan Laura.
Mereka berdua pergi jalan-jalan kesana kemari sambil sesekali makan makanan dipinggir jalan. Laura sangat suka street food. Rasanya enak dan murah.
Tak terasa mereka berjalan-jalan hinggal pukul 16.00 sudah telat bagi Laura untuk pulang ke rumah.
"Gaa aku harus pulang gabisa lama-lama" Ucap Laura dengan sedikit rasa panik.
Arga mengangguk paham dan akhirnya mereka berdua pulang menuju rumah Laura.
Rasa gelisah dihati Laura sehingga wajahnya pucat pasi dan terasa agak lemas. Keringat dingin bercucuran.
Setelah sampai Laura berterimakasih kepada Arga, namun tangannya sempat ditahan.
"Kamu pucet banget gak kenapa-napa?"
Arga khawatir pada Laura.
Laura menggelengkan kepalanya.
"Gak kenapa-napa kok, aku pulang dulu ya. Makasih buat hari ini." Ucap Laura sambil tersenyum, lalu masuk kedalam rumahnya.
Saat membuka pintu Laura sangat takut sekali, namun tiba-tiba rasa lemas melanda tubuhnya. Agak gemetar ia membuka pintu rumah dan..
Mulan sudah berdiri di depan pintu rumah dengan tatapan tajamnya. Tangannya disilangkan di depan dada.
"Baru pulang? Tumben?"
Baru saja Laura ingin menjawab, tiba-tiba Mulan memberikan pukulan padanya cukup kuat sehingga Laura semakin lemas.
"Kamu inget pulang gak sih?! Kamu gak nurut sama bunda gitu?! Kerjaan kamu masih banyak dirumah! Main terus gimana masa depan kamu nanti hah?! Sana! Cepet masak buat makan malam dan sapu halaman belakang!" Ucap Mulan dengan nada tinggi.
Mulan pergi meninggalkan Laura sendiri di ruang tamu. Sementara Laura badannya semakin lemas, luka memar dengan mudah muncul di setiap kulitnya. Hidungnya kembali mengeluarkan darah. Namun kali ini dia sudah tidak kuat untuk bangun, matanya pun berat sekali untuk dia buka. Tak lama kemudian pandangannya kabur dan perlahan mulai gelap.
"LAURA!"
Bersambung..