"Tak terasa sudah 10 Tahun aku mengagumi laki-laki yang sudah 7 tahun ini menjadi suamiku. Darinya aku memiliki anak-anak yang tampan dan cantik. Tak terasa dia sudah mulai menua, uban nya sehelai dua helai sudah mulai bermunculan. Laki-laki yang sempat merobek hatiku namun ia juga yang membuatnya utuh kembali.
Hari ini tepat 38 tahun yang lalu seorang bayi laki-laki bermata biru berkulit putih dengan rambutnya yang jarang-jarang telah lahir di dunia dari rahim seorang wanita cantik jelita bernama Adelia Afsheen.
Terimakasih mah sudah melahirkan Rey dengan selamat, menyusui Rey hingga ia tumbuh dengan penuh kasih sayang dari papa dan mama. Sehingga bayi yang dulu masih dalam buaian mu kini ia sudah beranjak menua bersamaku membesarkan putera puteri kami yang tak terasa sudah berusia 6 tahun dan betapa aku tak bersyukur selama 6 tahun ini Rey menjadi ayah yang sangat bertanggung jawab ia menjelma menjadi suami sekaligus ayah yang sangat berwibawa tidak hanya di rumah namun juga di lingkungan tempat tinggal kami.
Ia lah suamiku. LIIU YAOSHAN REYNALDO AFSHEEN dengan nya lah ku arungi bahtera rumah tangga yang penuh suka duka ini. Selamat ulang tahun suamiku. Maafkan aku sebagai isteri aku belum cukup baik dalam mengabdikan diriku sebagai pendamping hidupmu. Engkaulah pintu surgaku, darimulah aku meraih ridho-NYA aku berharap kau adalah pintu yang membuatku menuju syurga-NYA. Rey aku mencintaimu lebih dari yang kau tau" tulis Nay di secarik kertas putih.
Rey yang membacanya mulai berkaca-kaca betapa ia tak terharu membaca tulisan tangan dari sang isteri yang begitu sangat menyentuh hatinya. Rey sangat bersyukur atas usianya di saat ini ia memiliki pendamping yang sangat setia menemani nya. Serta di percayai oleh Allah 2 buah hati yang sangat sholeh sholehah.
"Kenapa Rey kamu diam saja?" tanya Nay
"Aku speachless aja sampai bingung mau ngomong apa" ujar Rey
"Mmmmm sayang kau minta kado apa dariku?" tanya Nay ragu karena terkadang permintaan suaminya ini selalu mengejutkan dirinya di setiap tahun nya"
"Aku tidak meminta apa-apa isteriku, kamu dan anak-anak adalah hadiah terindah yang Allâh titipkan padaku dengan sangat sempurna. Bagiku kalian bertiga adalah harta yang paling berharga yang aku miliki sungguh aku merasa manusia sangat sangat beruntung dan bahagia" ucap Rey sangat bahagia
"Alhamdulillah sayang, jika kita mengejar akhirat Allah berikan dunia juga akhirat untuk kita. Jika kita perbaiki sholat kita, Allah perbaiki kehidupan kita. Maha baik Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." ucap Nay sembari bersujud di sajadahnya kembali.
"Rey bolehkah aku memberimu hadiah?" tanya Nay
"Hadiah apa sayang?, boleh dong isteri ku. Mau diberi hadiah kok nolak. Hehehehe" ucap Rey yang membereskan sajadahnya.
"Hmmm aku mau...." belum sempat Nay menjelaskan maksutnya yakni memberitahu hadiah untuk suaminya.
Nay dan Rey dikagetkan dengan suara berisik dari depan rumahnya yang memanggil - manggil nama mereka di barengi dengan suara anak kecil yang menangis.
"Nay, Nay sini keluar kamu dasar ibu nggak tau diri nggak bisa didik anak ya kamu" teriak seorang ibu dengan menggandeng anaknya yang terus menangis.
Si ibu yang berbadan gemuk itu datang ke rumah Nay dan Rey dengan marah-marah di temani oleh beberapa keluarganya serta di ikuti beberapa warga.
Mendengar namanya di panggil-panggil dengan beberapa cacian dan maki Nay segera bergegas keluar, begitu juga Rey yang kebingungan mendengar nama istrinya di panggil dengan sangat kasar.
"Assalamu'alaikum ibu-ibu, ada apa ini bu kok ramai-ramai" ucap Nay yang heran melihat depan rumahnya sudah banyak orang yang berkumpul
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh" jawab beberapa warga. Kecuali si ibu yang sedang marah-marah.
"Heh kamu bisa didik anak-anakmu nggak, biar nggak merusak mainan Anak ku, lihat ini mainan Garry sampai copot begini kepalanya. Kalian ini orang nggak seberapa kaya, orang baru, sudah belagu, berani sekali anak-anak kalian rusak kin mainan nya Garry" ucap ibu tersebut.
"Maaf bu, sebentar saya tanyakan anak saya dulu" ucap Nay
"Kenapa tanya anak segala, hah maling mana ada yang mau mengaku" ucap bapak Garry
"Maaf pak Rino anak saya bukan lah seorang pencuri. Tolong ralat ucapan bapak" ucap Rey yang tidak terima dengan perkataan pak Rino yang terkenal memiliki tanah dimana – mana tersebut.
"Halah sekarang belum, orang miskin seperti kalian nanti jadinya paling juga pencuri kalau nggak ya pencopet" ujarnya sarkas.
"Astaghfirruloh" ucap semua orang yang berkumpul di depan kediaman Rey dan Nay, tak terkecuali Vellycia beserta Anggara juga Dewi serta Manuel yang ikut geleng-geleng mendengar ucapan sarkas dari pasutri ini.
Rey hanya diam berusaha menahan amarahnya, dalam hati ia beristighfar merasakan tetangganya yang hanya berjarak 5 rumah darinya tersebut.
"Fatih, Qia sini nak bunda mau tanya" ucap Nay yang menarik tangan kedua anaknya dari kerumunan warga.
"Iya bund" jawab Fatih dan Qia yang berjalan mengikuti gandengan tangan sang bunda.
"Apa benar kalian merusak kan mainan nya Garry?" tanya Nay
"Tidak bunda, abang Fatih tadi pinjam mainan abang Gally, tapi abang Gally tidak membeyikan nya, lalu abang Fatih tidak jadi meminjam nya" jelas Qia sambil sesegukan menangis membela sang kakak
"Lantas mengapa mainan abang Garry bisa rusak?"
"Kalena abang Gally menalik mainan itu bunda. Begini menaliknya... (Qia menjelaskan kronologi nya sambil memberi contoh apa yang terjadi sebenarnya)"
"Qia, abang Garry menariknya dari mana kenapa bisa sampai putus kepala mainannya" tanya Nay lagi lebih terperinci
"Dali tangannya abang Fatih, abang Fatih mau membeyikannya namun kak Gelly melampas nya begitu saja" ucap Qia menangis melihat sang kakak terdiam dan tertunduk di hadapan banyak orang.
"Bohong, pasti Qia bohong, dasar masih kecil sudah berani bohong besar mau jadi apa" teriak ibu Gerry
"Hentikan bu, anak saya sudah menjelaskan semuanya dan tolong jaga ucapan ibu sebelum ibu menuduh anak saya yang tidak-tidak lebih baik ibu tanyakan kebenaran nya kepada putera ibu sendiri"
"Heh berani sekali kamu sama saya, sudah jelas anak mu yang berbohong malah ganti menuduh anak saya dasar orang tua nggak bener" ucap ibu Gerry makin marah
Nay yang tidak terima direndahkan oleh tetangganya itu ingin sekali membalas ucapan ibu Garry, tertahan ucapannya ketika melihat sosok Dewi dan Vellycia yang berdiri di kerumunan di antara warga sambil menggelengkan kepalanya. Di lihat pula suaminya, Rey ikut menggelengkan kepalanya. Seolah memberi pertanda untuk menghentikan perdebatan ini. Nay memilih diam dan berusaha lebih tenang.
"Fatih kenapa kamu diam saja nak, apa kamu takut, apa kamu memang bersalah seperti yang di bilangkan oleh orangtua Gerry" tanya Rey tegas kepada sang anak yang sedari tadi tertunduk diam.
"Tidak ayah, mengapa Fatih harus takut, Fatih diam karena Fatih sudah menjelaskan duduk perkaranya sudah menjelaskan semuanya kepada orangtua Gerry dan bu RT serta ke beberapa tetangga yang tadi bertanya kepada Fatih. Fatih sudah menjelaskan lebih dari 3x. Setelah Fatih menjelaskan Fatih akan diam ayah"
"Mengapa?" tanya Gerry marah
"Karena biar Allah yang bela Fatih" jawaban Fatih membuat semua orang terdiam termasuk orangtuanya, namun tidak dengan Dewi dan Manuel mereka tersenyum manis.
Rey dan Nay yang mendengar jawaban Fatih merasa terkejut mereka saling pandang. Dewi dan Manuel pun saling pandang dan tersenyum mendengar jawaban Fatih.
"Apa maksutmu anak kecil" tanya keluarga Garry
"Fatih tidak mau membela diri Fatih, yang jelas Fatih sudah menjelaskan apa masalahnya dan menceritakan bagaimana ceritanya, selebihnya biar Allah urus sisanya" jelas Fatih tanpa mengurangi rasa hormat di hadapan semua warga.
Tak lama kemudian, datanglah Bu Rengganis bersama sang anak, dan sang anak pun menjelaskan kronologi yang terjadi. Kebetulan Bu Rengganis dan sang anak sedang berada tidak jauh dari tempat kejadian.
"Assalamu'alaikum ibu-ibu bapak-bapak wah ramai sekali ini kumpul-kumpul di rumah bu Nay, mau marah-marah ya?" ucap Rengganis sambil berjalan menggandeng anaknya menghampiri Nay dan keluarga.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh bu Rengganis"
"Begini ibu-ibu ini anak saya, mau ngomong nih, ayo nak jelasin ceritain yang kamu ceritain ke mamah"
"Begini om dan tante, tadi Aku kebetulan nemenin mamah di kebun pisang untuk ambil pelepah pisang untuk mainan bersama teman-teman nanti sore, nah waktu itu aku lihat Qia di dekat pohon pisang yang ingin aku datangi, maka aku mau menghampiri nya, namun belum sempat aku menghampiri Qia aku mendengar Garry berteriak dan memukul kepala Fatih,dan Fatih menghindar dengan tetap memegang mainan robot Garry di tangannya. Waktu itu mainan Garry belum rusak Fatih sendiri yang menyerahkan mainan itu kepada Garry, namun mungkin karena marah Garry yang tidak sabar merampas mainan tersebut dari tangan Fatih, dan aku lihat kepala robot itu terjatuh di tanah" jelas anak bu Rengganis
"Bohong, anak kecil sekarang kok pada suka bohong sih, heran bagaimana didikan orangtuanya" ucap ibu Garry
"Hei hati-hati ya bu saat berbicara, kalau ngomong,itu jangan asal nyeplos. Saya Rengganis kebetulan saat itu saya dan anak saya memang ada di kebun pisang, sementara dari anak sampean itu memukul kepala Fatih sampai mainan nya anak sampean rusak itu saya ngelihat semuanya, saya nggak sendirian saya juga di temani bu Naumi tadi ikut bantu saya memetik pisang, ia juga melihat bagaimana Fatih dengan pelan nya memberikan mainan itu kepada anak nya sampean sambil mengusap-usap kepalanya yang habis dipukul oleh anak nya sampean" ucap Bu Rengganis dan di iyakan oleh bu Naumi.
Keluarga Gerry pun terdiam, Gerry pun menunduk takut. Warga lain nya mulai bergunjing tentang orangtua Gerry yang sudah salah. Orangtua Gerry yang tidak terima di permalukan di khalayak umum itupun kembali berujar.
"Ya namanya anak kecil wajar lah kalau bertengkar, mereka kan masih anak-anak yasudah Nay saya minta maaf karena Gerry sudah memukul kepala anakmu. Lagian salah anakmu juga sih kok minjem-minjem mainan Gerry. Yasudah semuanya saya mau pulang dulu. Selamat siang" ucap ibu Gerry sambil menarik tangan sang anak di ikuti suami dan keluarga nya yang lain.
"Astaghfirruloh hal adzim, kok ada ya keluarga seperti itu, amit-amit jabang bayik" ucap Bu Rika yang sedang hamil muda yang sedari tadi ikut menyaksikan di temani sang suami.
"Baik-baik, ibu-ibu bapak-bapak mari pulang pulang sudah selesai masalahnya, ayuk yang kerja balik kerja yang mau pergi lanjut pergi sudah nggak ada apa-apa ayo bubar-bubar" perintah pak RT.
Kediaman Rey dan Nay kini sepi orang, hanya tertinggal Dewi Manuel Vellycia dan Anggara serta bu RT, Bu Rengganis dan bu Naumi.
"Terimakasih banyak ya bu Rengganis dan bu Naumi, sudah bela anak saya" ucap Nay
"Seperti yang dibilang Fatih bu, Allah yang bela Fatih bukan kami. Kami hanya tanpa sengaja menyaksikan dan kebetulan berada disana" ujar Bu Naumi
"Tidak ada yang kebetulan bu Naumi, semuanya sungguh sudah menjadi rencana-NYA" ucap Dewi
"Iya loh benar sekali bu Dewi ini, Ma syaa Allah saya itu salut sekali dengan jawaban nya Fatih masih usia segini tapi ya Allah bijak nya mekebihi orang dewasa." ujar bu RT
"Ya Allah sungguh semua ini karena Kebesaran-NYA. Alhamdulilah Fatih seperti ini bukan semata karena didikan saya dan Rey melainkan campur tangan dari sahabat-sahabat kami berdua dan keluarga kami ber-6 dari tetangga-tetangga serta teman-teman yang baik-baik pula" ucap Nay
"Iya bu, seperti inilah kerukunan bertetangga yang benar saling menasehati dan saling membenarkan jika salah, saling mengingatkan jika lupa, saling melindungi jika sedang dalam bahaya" ucap Bu Rengganis
"Baik pak Rey dan bu Nay saya sama ibu-ibu lainnya pulang dulu ya, nak Vellycia nak Anggara nak Dewi nak Manuel saya dan ibu ibu lainnya pulang dulu ya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh" ucap bu RT
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh" ucap semua orang.
Vellycia yang kasihan melihat Qia yang masih saja menangis sedari tadi, menggendongnya dan membawanya masuk kedalam rumah Nay. Sementara Dewi yang sedang menggendong Athailah yang sudah tertidur di bawa masuk pula ke rumah Nay. Nay yang dengan kasihnya tak terhingga kepada putera puterinya itu menatap Fatih dengan penuh cinta dan menggandeng Fatih untuk masuk kedalam rumah.
Sementara Rey, Manuel, dan Anggara masih berbincang di bawah pohon jambu yang lebat yang dibawahnya di taruh kursi untuk bersantai. Membicarakan perihal pekerjaan serta peristiwa yang batu saja terjadi.
*****^_^*******
Keistimewan dari Diam
Sebagaimana diamnya Hafsah ketika ia hendak di ceraikan oleh Rasulullah sehingga Allah membelanya dengan mengutus Jibril.
Sebagaimana diamnya Aisyah yang terkena fitnah hingga turunlah ayat untuk membelanya tepat di kediaman Abu Bakar Ash-Shiddiqh.
Seperti diamnya Maryam ketika ia dicaci maki oleh kaum Bani Israel hingga Nabi Isa yang masih dalam buaian dapat berbicara dan membela sang ibu atas izin Allah.
Diam jika dilakukan di saat yang tepat akan mendatangkan keajaiban.
Nay