7.Hadiah Ulang Tahun

Malam pun berlalu Fatih dan Qia sudah tertidur di depan televisi, sambil memegang pencil warna mereka masing-masing. Rey pun memindahkan putera-puteri nya ke dalam kamar mereka. Sementara Nay mematikan televisi dan membereskan buku dan peralatan tulis yang tercecer di karpet berbulu diruang keluarga tempat mereka menghabiskan waktu bersama.

Malam berlalu dengan cepatnya berlalu bersama dengan perbincangan yang sedikit menakutkan pagi pasutri tersebut. Merekapun melalui malam dengan hikmatnya mereka terlelap dalam tidur panjang mereka dengan berharap semoga Allah membangunkan mereka di keesokan pagi sebagai mana biasanya. Serta keputusan Nay untuk menunda niat baiknya untuk berhijab dikarenakan ia belum siap seutuhnya untuk menutup auratnya. Walau ia juga menyadari bahwasanya usianya semakin berkurang disetiap harinya, dan malaikat maut akan menjemputnya tanpa menunggu ia siap. Namun keraguan dalam hatinya menggoyahkan niat baik tersebut.

*Di dalam kamar

"Rey..bangun temani aku ke kamar mandi" ucap Nay membangunkan suaminya yang sedang terlelap

"Hmm Nay, mengapa biasanya kamu sendiri berani sayang, aku mengantuk sekali" ucap Rey sangat berat untuk membuka matanya.

"Aku mendengar suara berisik dari dapur, seperti orang memasak"

"Hah?? Dapur siapa??" tanya Rey yang langsung terbangun.

"Dapur kitalah, sebentar coba diam dan dengarkan kembali dengan seksama" ucap Nay memegang lengan suaminya karena takut.

Rey pun mendengarkan dengan hati-hati ia mendengar suara penggorengan dan pisau seperti ada yang sedang memasak di dalam dapur.

"Ia Nay, siapa itu yang memasak. Hantu apa orang, jika orang aku tidak berani jika sendiri, jika hantu akupun tidak berani jika seorang diri" ucap Rey yang berkeringat dingin

"Loh ya kemungkinan memang 2 itu jika bukan manusia ya hantu apa kamu pernah tau kalau binatang bisa memasak. Kamu kan suami Rey masak ia perkara begini aku juga yang urus, udah kecoak aku, cicak aku, tikus aku, laba-laba aku. Aku takut kalau itu pencuri, kalau hantu kan di doain ajah pasti udah minggat itu hantu pasti kepanasan. Lah kalau pencuri kalau bawa senjata tajam, mana anak-anak di kamar loh Rey aku khawatir sekali" ucap Nay

"Mana ada pencuri memasak sih Nay"

"Siapa tau kalau pencuri nya laper" jelas Nay

"Segala hantu masak ajak bisa, dasar istriku kadang otaknya dimana orangnya dimana" gumam Rey dalam hati

"Kau sedang membatin ya Rey, kau bilang aku tak ada otak, kau bilang aku bodoh, oon. Iya ya, apalagi hayo jujur" omel Nay yang asal menebak

"Ya ampun Nay, suudzonmu nggak boleh begitu sayang, kamu pintar istriku. Sudah ini aku hubungi Manuel dan Anggara dulu biar kemari" jelas Rey

"Ia benar biar Kak Anggara dan kak Manuel. Kak Vellycia dan kak Dewi suruh ikut juga tapi lewat pintu depan. Aku tidak berani kalau sendirian." ucap Nay

"Iya sayang, tunggu sebentar, berdoalah semoga tidak akan terjadi apa-apa" ucap Rey

Tak lama kemudian Dewi dan Vellycia sudah masuk kedalam rumah Nay dan mereka berkumpul di ruang tamu. Manuel, Anggara, serta Rey sudah berjalan pelan-pelan mengendap-endap untuk menyergap kedalam dapur itu.

"Siapa kamu?" tanya Rey dengan nada tinggi sambil menyalakan lampu dapur.

Terlihat kaku Manuel dengan membawa sebuah kayu besar, dan Anggara yang sedang membawa sapu. Di dampingi Rey yang membawa sebilah pisau dengan tangan yang masih menempel pada sekakel lampu.

"Aaaaaa, aaaaaaa" suara Fatih dan Qia yang kaget dengan kedatangan Rey, Manuel, dan Anggara yang tiba-tiba.

Suara teriakan itu terdengar hingga ruang tamu, Nay yang khawatir mendengar suara anak-anaknya berteriak, ia langsung berlari ke arah dapur. Di susul oleh Dewi dan Vellycia yang berjalan agak pelan (Vellycia belum sembuh total).

Setibanya disana mereka kaget melihat kedua anaknya yang penuh tepung mulai dari rambut dan baju hingga kakinya. Keadaan dapur yang berantahkan. Fatih yang sedang menggoreng sesuatu, Qia yang sedang memotong sesuatu. Seisi rumah dibuat kaget oleh kedua anak tersebut. Rey dan Nay seketika menghampiri kedua anaknya dan mematikan kompor serta melepaskan genggaman pisau tersebut dari tangan Qia.

Rey dan Nay menggendong Qia dan Fatih untuk dibawa keruang keluarga di susul oleh Manuel dan Anggara. Sementara Dewi dan Vellycia memilih untuk tetap di dapur.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Rey dengan nada marah

Fatih dan Qia hanya terduduk di sofa sambil menunduk kan kepala.

"Hallo Fatih dan Qia mendengarkan ayah tidak?" tanya Nay

"Dengar bunda" jawab Fatih dan Qia bersamaan.

"Yasudah ayo dijawab ayah sedang bertanya kepada kalian" ucap Nay dengan lembut

"Begini ayah, Fatih dan Qia mau buatkan ayah Mie goreng dan jus Melon kesukaan ayah" jelas Fatih

"Untuk hadiah ulangtahun ayah, Qia mau buatkan loti untuk ayah, kalena Qia lupa kalau ayah ulangtahun. Tapi Qia dan abang keculitan" ucap Qia

"Ya Allah Fatih dan Qia tidak usah repot-repot buatkan ayah roti, mie dan juz. Cukup Qia dan Fatih jadi anak yang baik saja ayah sudah sangat bahagia"

"Tapi sayang bahaya sekali jika kalian sudah menyalakan kompor dan memotong ini itu sendiri. Semua harus dengan pantauan orangtua. Bunda suka dan menghargai niat baik kalian. Tapi lain kali jangan diulangi lagi. Karena ini berbahaya kalian belum cukup umur untuk memasak sendiri di dapur. Mengerti Fatih dan Qia" ucap Nay tegas

"Mengerti bunda, maafkan Fatih dan Qia bunda. Kami salah kami tidak akan mengulanginya lagi" kata Fatih menyesal

"Ia bunda, Qia tidak akan mengulangi lagi Qia janji" ucap Qia dengan wajah bersedih.

"Jangan sering berjanji Qia, bunda tidak suka"

"Ia bunda maafkan Qia"

"Yasudah ayah memaafkan kalian, ayah dan bunda tidak marah dengan kalian. Kalian harus belajar dari kesalahan kalian hari ini ya nak" kata Rey

"Bunda suka kalian berniat baik memberikan kejutan untuk ayah dan bunda, tapi kalian masih terlalu kecil untuk memasak sendiri. Jadi lain kali jangan memasak sendiri ya nak." kata Nay

"Ia ayah, ia bunda" ucap Fatih dan Qia.

Tak lama kemudian,

"Sudah-sudah jangan sedih-sedih lagi. Ini Mie goreng telur khas tante Vellycia, Fatih dan Qia sudah jadi." ucap Vellycia dari dapur berjalan menuju ruang keluarga sambil membawa sebuah piring sangat besar berisi Mie goreng dengan cacahan telur yang sangat banyak.

"Di tambah dengan roti bolu buatan Qia, dan Fatih serta juz melon buatan tante Dewi siap disajikan" ucap Dewi yang menyusul Vellycia berjalan di belakangnya.

Manuel, Anggara pun berjalan mengambilkan beberapa piring dan gelas yang berada di dapur untuk dibawa ke ruang keluarga. Acara ulangtahun Rey yang dirayakan dengan dadakan serta sederhana di tengah malam buta itupun berlangsung dengan khidmatnya.

"Ayo Rey tiup lilin nya usiamu sudah tua juga ternyata" kata Anggara menggoda Rey

"Hahaha lihatlah ubannya yang sudah mulai terlihat" ucap Manuel bercanda

"Seperti kamu juga tidak memiliki uban saja sayang" kata Dewi menggoda suaminya

"Hahahaha thanks Dewi ucapanmu datang disaat yang tepat" kata Rey yang sedang bersiap meniup lilin yang tertancap di kue ulang tahun sederhana tersebut.

Fatih dan Qia yang hanya menyicipi sedikit makanan yang ada sudah tertidur di pangkuan Vellycia dan Anggara. Athailah yang sudah nyenyak di gendong oleh Nay, ditidurkan pula di kamar Fatih dan Qia. Ketiga pasutri tersebut terpaksa begadang setelah kenyang mereka melahap semua makanan dan minuman yang ada. Mereka pun mengobrol, dan memutuskan untuk sholat malam berjamaah.

Dinginnya malam tak terasa menusuk tulang malam itu, karena kebersamaan dan kehangatan dirumah itu mengalahkan dinginnya malam. Lantunan doa yang di pimpin oleh Manuel di aamiinkan oleh teman-teman nya. Doa untuk usia Rey yang semakin bertambah. Doa untuk keharmonisan rumah tangga mereka semua. Untuk kesehatan semuanya. Untuk anak-anak mereka.

****_****

Inilah sahabat yang seperti bintang tak selalu terlihat namun selalu ada.

Semoga persahabatan ini berlangsung hingga di Syurga-NYA. AAMIIN.

Yuk temen-temen terus cari teman

Yang saling mengingatkan dalam hal kebaikan.

Bismillah semoga kita semua di berikan teman-teman yang senantiasa menemani kita tidak hanya ketika di saat senang saja melainkan ketika kita dirundung duka.

Nay