Di suatu siang yang tenang, aktifitas perdesaan kian sunyi setelah kumandang adzan dhuhur terdengar. Banyak orang berbondong-bondong untuk pergi ke masjid. Banyak pedagang keliling yang beristirahat di mushola atau langgar sekalian untuk berwudhu dan menunaikan sholat dhuhur. Gubuk-gubuk di isi oleh orang-orang yang berada di tegal, kebun, sawah, atau ladang untuk beristirahat bergegas untuk pulang setelah makan siang, mereka bergegas untuk pulang.
Tiba-tiba suara ponsel Rey berbunyi. Rey pun segera mengambil ponselnya, dan melihat nama sang pemanggil, betapa ia tidak tercengan ketika ia mengetahui siapa yang menghubunginya di siang bolong begini. Dengan penuh keraguan ia pun mengangkat telephone tersebut, dan menjawab panggilan tersebut.
"Hallo" suara yang sudah sangat lama tidak Rey dengar
"Hallo Pah," jawabnya dengan penuh keraguan
"How are you?" terdengar suara seorang pria yang tak asing lagi oleh Rey.
"I'm fine, what's the matter, Pa?" tanya Rey
"Papa wants to meet you"
"When?"
"Now"
"What, where are you? Pa?"
"Open your door!"
"Haa,, please wait" jawab Rey terkejut segera ia berjalan ke ruang tamu dan membuka pintu rumahnya.
Seketika ia terkejut, dan tanpa sengaja menjatuhkan ponselnya hingga suara terjatuhnya ponsel tersebut terdengar hingga di dalam kamar, Nay yang kaget mendengarkan suara benda terjatuh segera keluar kamar berjalan kearah suara.
"Sayang ada apa?" tanya Nay sambil mengambilkan ponsel Rey.
Nay sendiri terkejut ketika ia melihat telah berdiri di depannya ayah dan ibu mertuanya yang sudah bertahun tahun lamanya tidak bertemu. Nay masih mengenali jelas wajah ayah dan ibu mertuanya tersebut. Dengan sedikit takut dan ragu, ia spontan memberanikan diri untuk menyapa dan menyalimi kedua mertuanya tersebut.
"Nay..." ucap mamah Rey memeluk Nay sambil meneteskan air mata.
"Mamah" ucap Nay dengan nada terbata-terbata.
"Ia ini mamah sayang, bagaimana kabarmu nak, sudah sangat lama sejak pesta pernikahan Manuel dulu" ucap mamah Rey
"Ia mah, mari masuk dulu mah pah," ucap Nay canggung
Rey yang masih terkejut sekalian rindu juga bingung karena situasi ini adalah situasi yang dinantikan selama bertahun-tahun juga ditakutkan selama bertahun-tahun pula.
^Ruang tamu
"What are you doing in here Pa?" tanya Rey ketus
"Rey" tegur Nay
"No problem Nay, Rey tetaplah Rey dengan sifat dan wataknya yang tidak berubah." ucap ayah Rey tersenyum melihat puteranya dengan wajahnya yang judes.
"Papa dan mamahmu berada di Indonesia sejak kemarin, kami menginap di Hotel Aster yang berada di Malang, Papa tau kamu tinggal di Kota ini. Maka Papa dan mamahmu memutuskan untuk menemuimu" jelas ayah Rey
"Jelaskan maksut kedatangan mu kesini Pah?"
"Mamah dan Papah mu hanya ingin meminta maaf kepadamu dan Nay, atas semua yang telah kami lakukan kepada kalian. Kami tau perbuatan kami tidak termaafkan, namun jika kalian mengasihi kami, tolong maafkanlah orangtua ini yang sedang merindukan anak-anak nya yang sudah tak mau lagi menemaninya" ucap mamah Rey menangis.
Nay yang melihat air mata ibu mertuanya untuk pertama kalinya itupun merasa iba, disaat Nay hendak memeluk mamah Rey. Tiba-tiba datang kedua anaknya yang sedang belepotan dengan coklat hingga seluruh wajah.
"Bunda, Qia minta uang" ucap Qia yang tangan dan mulutnya belepotan dengan coklat
Seluruh rumah yang awalnya tegang, kini semua mata tertuju kepada dua bocah kembar yang sedang belepotan dengan coklat, mulut hingga pipi dan hidungnya.
"Opa, Oma" ucap Fatih melihat 2 orangtua yang sedang duduk dan melihat nya.
Mamah dan papah Rey terkejut melihat Fatih memanggil mereka dengan sebutan opa dan oma. Mamah Rey tak kuasa menahan air matanya. Ia menangis segera memeluk Fatih.
"Oma...mengapa abang aja yang dipeyuk, Qia juga mau dipeyuk" ucap gadis lucu dengan mengulurkan tangannya
"Oh Qia, sayang ini oma nak, sini oma memelukmu juga kemarilah sayang" ucap Mamah Rey memeluk Qia
Ayah Rey pun memeluk Fatih bergantian dan memeluk Qia. Kedua orangtua Rey memangku kedua cucunya sembari meneteskan airmata. Rey dan Nay yang melihat cucu dan nenek serta kakeknya membuat mereka juga meneteskan air mata terharu bahagia.
"Opa kenapa baru sekarang datang kesini?" tanya Fatih
"Apa kalian mengenali opa oma, kita bahkan belum pernah bertemu sebelumnya" jawab ayah Rey
"Ayah bunda sering menceritakan tentang opa oma. Bahkan kami memiliki foto opa oma dan tante serta om paman dan bibik lainnya. Semua ada di ruang keluarga bersama dengan foto-foto dari keluarga bunda. Kata ayah semua itu keluarga dari ayah juga dari bunda. Makanya Fatih dan Qia mengenali wajah opa dan oma" jelas Fatih panjang lebar.
"Oh begitu baiklah kalian tadi minta apa sayang?" tanya ayah Rey
"Qia tadi minta uang bunda untuk beli coclat"
"Ini sayang, Oma dan Opa sudah bawakan kalian coklat sangat banyak, ini adalah coklat Belgia, kesukaan ayah kalian. Ambilah di mobil sayang, bagilah dengan teman-temanmu nak."
"Sayang ucapkan apa?" tanya Nay
"Makasih Opa Oma" ucap Fatih dan Qia yang mencium pipi orang tua Rey. Seketika orangtua Rey pun tersenyum tertawa geli karena pipi dan wajah serta tangan mereka penuh juga dengan coklat. Nay pun menunjuk kan kamar mandi untuk ayah dan ibu mertuanya membasuh tangan dan muka yang kotor karena coklat.
Rey berusaha menahan egonya. Ia berusaha melupakan kejadian dimasa lalu, dan fokus dengan kedatangan kedua orangtuanya yang sudah sangat lama tak di jumpai tersebut. Orangtua Rey melihat foto-foto keluarga yang terpasang rapi di dinding ruang kelarga, sewaktu mereka hendak ke kamar mandi mereka melewati sebuah ruangan yang sudah di hiasi dengan foto keluarga sangat lengkap.
"Rey, Nay, bolehkah papa dan mamah menginap dirumah kalian?" tanya Ayah Rey penuh harap
Rey dan Nay saling pandang, dan akhirnya mereka meng iyakan jika kedua orangtua Rey menginap dirumahnya.
"Silahkan Pah, Mah..kami memiliki banyak kamar kosong, anak-anak akan sangat senang bisa bermain dengan kakek neneknya." ucap Nay ramah
"Terimakasih sayang, baiklah papa dan mamah akan beristirahat lebih dulu. Kami sangat lelah." ucap ayah Rey
"Baik pah mah, Nay akan tunjuk kan kamar papah dan mamah." jawab Nay sambil berjalan menunjuk kan kamar kosong yang dimaksud.
Setelah itu, Rey pun mengeluarkan koper dari dalam mobil hitam yang terparkir di halaman rumah dibantu oleh sang isteri dan Rey membawanya masuk. Sementara Nay masih dihalaman rumah, mengobrol dengan Vellycia dan Dewi.
"Siapa tamu mu Nay?"
"Papah mamah Rey, kak" jawab Nay santai
"Haa apaaa, keluarga Afsheen disini. Apakah mereka mengancam mu melukaimu atau apa?" Tanya Vellycia terkejut
Belum sempat Nay menjawab pertanyaan beruntun dari Vellycia yang dilontarkan kepadanya. Dewi sudah menengahi obrolan mereka.
"Jangan suudzon dulu Vell, siapa tau orang tua Rey sudah mendapatkan hidayahnya dan kini tersadar lalu ingin berbaikan dengan anak dan menantunya" ucap Dewi
"Nah benar sekali kata kak Dewi, aku juga berusaha berfikir positif terlebih melihat respon mamah papah Rey ketika melihat Fatih dan Qia sepertinya aku melihat kasih sayang di mata mereka kak" jelas Nay
"Tapi tidak mungkin om dan tante mudah berubah dan luluh, mereka itu orang yang sangat keras kepala, makanya menurun ke suamimu Nay" ujar Vellycia masih tidak bisa berhusnudzon kepada orang tua Rey.
"Jangan seperti itu Vellyc tidak baik. Ada waktunya orang akan berubah sebagaimana roda yang berputar akan ada masanya untuk berhenti. Janganlah kita men judge orang-orang itu kita doakan saja, semoga orang tua Rey memang sudah benar berubah dan istiqomah dengan perubahan baik mereka" ucap Dewi mengingat kan sahabatnya.
"Ia ia Dew, aku hanya mengingatkan ke Nay, jika ia harus tetap berhati hati jangan percaya 100% dengan orang tua Rey" ujar Vellycia
"Ia kak Vellycia kak Dewi siap deh saran kalian aku akan pakai semua. Nanti sore bantuin aku yuk kak masak di halaman, biar out door gitu ala-ala pesta barbekyu gitu hehehe" ucap Nay
"Oh okey, agak malaman ya, habis sholat isya gitu, nanti ayam bakar aja ya, biar Anggara menyembelih ayam itu, 5 ekor cukup kan ya? Karena ayam nya lumayan besar" tanya Vellycia
"Ia 5 cukuplah untuk kita semua, nanti Manuel biar bantu bersihkan dan potong-potong ayamnya. Alhamdulilah kemarin aku sisakan arang 1 karung dibelakang, belum aku jual hehehe" ucap Dewi
"Nah iya, nanti aku masak nasi, sama siapkan bumbunya, sekalian gorengkan telur untuk anak-anak jika mereka bosan makan ayam ada telurnya hehehe" ucap Nay
"Ok, aku ambilkan daun pisang dulu kalau begitu, sekalian petik sayur dan buah untuk lalapan nya" ucap Vellycia
"Terimakasih kak Vellycia, dan kak Dewi sambal nya kakak yang buat ya, hehehe aku tidak bisa buat sambalnya kak, enak sambal buatan kakak" ujar Nay
"Ia nanti aku bantu Vellycia petik sayur dan buah di kebun sekalian bikin sambalnya. Nanti suruh Rey bersihkan halaman nya ya pasang tikar, sapu bersih, susun batu bata dengan kayu kering dan arang yang siap di bakar nanti kita bakar-bakarnya di halaman sekalian, kalau orang sunda bilang mah ngeriung haela hehehe"
"Hehehe kak Dewi nih bisa ajah, yasudah siap-siap dulu deh kak. Itu Fatih sama Qia pasti masih dilapangan belum pulang, mana tadi wajah belepotan ama coklat semua" gumam Nay
"Sudah tenang saja, tadi mereka lari keluar rumah bareng Athailah sambil bawa tas isinya coklat semua. Biarin mereka bagi-bagi ama temen-temennya dulu. Tadi Manuel katanya mau jemput mereka, nanti waktu makan siang mereka juga kan harus tidur siang." ucap Dewi
"Yasudah kak aku masuk dulu ya aku mau masak dulu untuk nanti makan siang, aku lupa belum masak untuk makan siang, ya ampun aku baru ingat" ucap Nay berpamitan dengan Vellycia dan Dewi secara terburu-buru.
"Ya ampun dasar bocah jam segini belum masak untuk siang, yasudah ayuk Dew kita ini itu banyak syekali" ucap Vellycia menggandeng tangan Dewi
"Hehehe kayak lagu Doraemon itu Vell, yasudah yuk"
"Hahaha tau aja kamu" ucap Vellycia dengan riang
Matahari samar-samar mulai menghangatkan tubuh. Siang menggantikan pagi yang tadinya penuh kejutan, menjadi siang hari yang sunyi nan menghangatkan.
Bersambung....