Mentari berjalan pelan mengarah ufuk barat. Langit mulai kemerahan menunjukan pesona nya sore hari di perdesaan.
^Rumah Nay
"Rey...tolong kamu siapkan halaman nya, yang sudah aku jelaskan tadi" ucap Nay
"Ia, apa kamu sudah katakan kepada mamah dan papa untuk ikut bersiap-siap kita akan mengadakan makan malam di halaman rumah bersama dengan Manuel, Dewi, Vellycia, dan Anggara."
"Sudah Rey, mamah dan papah sangat senang, yasudah kamu cepat siapkan halaman, aku mau siapkan bumbunya dulu"
"Dimana anak-anak?"
"Fatih, Qia, dan Athailah sedang bermain dengan papah dan mamah di ruang tamu"
"Oh syukurlah mari kita lakukan" ucap Rey
Rey pun pergi meninggalkan Nay di dapur. Rey menuju halaman, dan melakukan tugasnya. Sejenak sambil menata batu bata ia berfikir sesaat, dan kemudian ia menghampiri Manuel dan Anggara yang sedang berada di kandang ayam.
^Kandang Ayam
"Ngga, sudah ada berapa ekor itu yang kamu tangkap?" tanya Manuel yang sedang sibuk mencari ayam untuk di tangkap
"Sudah 4 ekor, kurang 1 ekor ini" jawab Anggara yang sedang menghitung ayam hasil tangkapan nya tadi di dalam kurungan kayu
"Nuel, tambahkan 5 ekor lagi" ucap Rey yang baru datang
"Loh tadi Vellycia, sama Dewi bilang hanya 5 ekor Rey" ucap Anggara kaget dengan kemunculan Rey secara tiba-tiba.
"Ia, Nay tadi juga bilang hanya 5 ekor, tapi lebih baik kamu tambahkan 5 ekor lagi, karena ingat kita juga punya tetangga" jelas Rey
"Loh apa hubungannya dengan tetangga?" tanya Anggara
"Karena kita berkewajiban untuk memberikan makanan kita kepada tetangga kita apabila bau masakan kita tersebut tercium hingga ke kediaman tetangga kanan dan kiri kita" jelas Manuel sambil membawa 1 ekor ayam untuk di masukkan ke dalam kurungan kayu bersama dengan 4 ekor ayam lainnya.
"Nah benar sekali, Manuel. Terlebih kita akan memasaknya di halaman rumah, takutnya nanti jika ada tetangga yang lewat dan mengetahuinya maka tidak sopan bagi kita untuk tidak meminta mereka untuk mampir" tambah Rey menjelaskan
"Wah ini ya yang namanya adab bertetangga yang baik?" tanya Anggara
"Ia Ngga, selain ini merupakan adab yang baik, kan tiada salahnya untuk kita berbagi juga memperlakukan orang lain juga tetangga itu dengan baik. Karena mau bagaimana juga tetangga itu keluarga terdekat kita Ngga, jika ada apa-apa nya dengan kita atau rumah kita. Bantuan yang kita terima pertama kali itu dari tetangga." jelas Manuel lagi
"Yasudah yasudah sudah jam segini, nih ayamnya belum di apa-apa in istri-istri kita nanti pada ngomel nih, yasudah yuk tangkap ayamnya masih kurang 5 ekor nih" ucap Anggara
"Ok ok, aku bantuin deh takut nggak kepegang nanti" ucap Rey
"Yasudah ayuk" ucap Manuel
Akhir katapun mereka ber3 sedang sibuk dengan ayam-ayam di kandang ayam tersebut. Setengah jam kemudian terkumpul lah 10 ekor ayam yang siap untuk di potong dan di bersihkan. Anggara dengan ucapan bismillah sudah menyembelih 10 ekor ayam tersebut tanpa kendala. Manuel dan Rey sudah menyiapkan air panas untuk menyiram ayam-ayam tersebut agar pencabutan bulu ayam tersebut bisa cepat dan mudah. Setelah 10 ekor ayam itu bersih, kini tiba di bagian Anggara kembali untuk memotong kepala dan ceker serta sayap ayam untuk dipisahkan, dan Rey bagian untuk mengeluarkan jeroan atau isi dari perut ayam tersebut, dan Manuel membersihkan jeroan yang terdiri dari ati ampela, usus, dan uritan. 2 jam berlalu dengan cepatnya ayam-ayam tersebut sudah terpotong dengan baik dan tercuci dengan bersih di tangan ketiga pria yang sama-sama ringan tangan tersebut.
Nay yang sudah selesai untuk memasak nasi lengkap dengan camilan untuk anak-anak yakni olahan aneka telur seperti telur dadar, telur mata sapi, telur gulung, hingga telur puyung, juga bumbu untuk ayam bakar nantinya.
Sementara Dewi sudah selesai dengan aneka sambal untuk ayam bakar dengan 3 macam sambal khas buatan Dewi yakni sambal colo-colo jika orang Buton bilang, juga sambal terasi, dan sambal saos manis untuk anak-anak. Ia juga menambahi minuman hangat yang terbuat dari daun serai jahe juga jeruk nipis. Tak lupa ia membuat yang juga keahlian nya yakni lemper isi abon yang sudah matang dan terbungkus daun pisang yang menggiurkan.
Tak terlepas dari tugas, Vellycia yang kini sangat pandai dengan sayur mayur serta buah-buah an setelah menikah dengan Anggara. Ia pun melakukan tugasnya dengan sangat baik. Ia memetik beberapa macam buah yang sudah matang, ia bersihkan dan ia iris lalu masuk kan kulkas. Ia juga memetik sayuran seperti timun, tomat, selada, kol atau gubis, serta cabe besar berwarna hijau dan merah ia cuci bersih dan ia tiriskan di keranjang. Tak lupa yang ditugasi untuk memetik beberapa helai daun pisang, sudah ia petik ia sobek juga ia bersihkan.
Malam pun tiba, lampu halaman pun sudah menyala. Kepulan asap dari kayu kayu yang terbakar untuk memanggang ayam bakar di susunan batu bata yang cukup baik tersebut. Tikar yang sudah terpasang ditanah dengan aneka makanan dan minuman sudah tertata dengan rapi. Rey, Manuel, dan Anggara sedang sibuk membolak balik kan ayam bakar nya. Nay, Dewi dan Vellycia duduk bercengkrama bersama mamah Rey. Sementara Athailah, Qia, dan Fatih sedang bermain bersama papah Rey.
"Bagaimana keadaanmu Vellyc?, terakhir kali tante melihatmu sejak di Jerman waktu itu" tanya mamah Rey
"Vellyc baik tante, pengobatan waktu itu berhasil kini Vellycia sudah bisa berjalan walau masih harus tertatih dan belum bisa berjalan seperti orang normal lain nya" jawab Vellycia dengan tenang
"Loh, mengapa kamu tidak meneruskan pengobatan mu agar kamu bisa cepat berjalan dengan normal?" tanya mamah Rey kembali
"Tidak kenapa-kenapa tante, Vellycia sudah sangat lelah dengan kehidupan Vellycia yang dulu hidup seperti saat inilah yang Vellycia inginkan tante"
"Apakah ini karena money, sayang tante mengetahui jika Anggara bukanlah orang seperti kita. Om dan tante adalah pengganti orangtuamu yang sudah tiada. Tante akan lakukan semuanya yang penting kamu bisa sembuh, jika kamu berkenan?" tanya mamah Rey dengan tanpa sengaja pertanyaan nya itu seperti merendahkan Anggara.
"Bukan masalah uangnya tante, jika hanya masalah uang Anggara lebih dari mampu untuk membiayai pengobatan Vellycia sampai sembuh"
"Oh maafkan tante sayang, bukan maksut omongan tante merendahkan suamimu Vellyc" ucap Mamah Rey yang menyadari jika ia salah bertutur kata.
"Tak apa tante, Vellycia mengerti kok. Santai saja te, lagipula suami Vellyc itu sudah keseringan direndahkan orang. Namun alhamdulilah karena semakin sering ia direndahkan oleh manusia, justru Allah yang meninggikan derajatnya." ucap Vellycia membalas ucapan mamah Rey
"Baik sekali balasan ucapanmu ini Vellycia, tante berdoa semoga pernikahan mu bersama Anggara di berkati oleh Tuhanmu yang kau sebut dengan Allah tersebut." ucap mamah Rey mendoakan Vellycia
"Aamiin ya Allah, terimakasih banyak tante untuk doa dan perhatiannya atas Vellycia kesembuhan serta kesehatan Vellycia bahkan hingga suami dan rumah tangga Vellycia. Vellycia berharap doa yang baik juga untuk tante dan om pernikahan kalian semoga semua d lindungi oleh Allah SWT" ucap Vell kembali mendoakan yang terbaik untuk orangtua Rey
"Aamiin yarrobbal alaamiin" ucap Nay dan Dewi meng aamiinkan doa Vellycia serta doa mamah Rey.
"Dewi, bagaimana kabarmu, dan bagaimana orangtua Manuel apakah mereka masih menekan mu nak?" tanya mamah Rey
"Alhamdulillah tante kabar Dewi baik" jawab Dewi singkat
"Syukurlah kalau begitu. Jangan terlalu kamu fikirkan ucapan mamah Manuel yang sering pedas jika berbicara. Sebenarnya dia orang yang baik, tante dan mamah Manuel berteman dari kami kuliah hingga saat ini, dia orang yang baik suatu saat dia akan mengerti keadaanmu. Kurang lebih tante mengetahui keadaan dan problem kalian, semoga kalian bisa melewati badai ini bersama"
"Ma syaa Allah terimakasih banyak tante, untuk doa serta wejangan nya iya alhamdulilah sampai detik ini Dewi dan Manuel tidak berfikir untuk menyerah dan berputus asa tante. Dewi percaya jika Allah bisa jadi menjawab doa Dewi di saat yang tepat walau tidak selalu cepat namun pasti akan selalu tepat" jelas Dewi optimis.
"Beruntungnya kamu Nay memiliki 2 sahabat yang sangat taat akan agama. Beruntungnya juga Rey memiliki istri dan sahabat-sahabat yang sebaik dan setulus kalian" ucap mamah Rey
"Ia mah, Nay sangat beruntung memiliki sahabat yang sudah seperti kakak bagi Nay yang selalu ada untuk Nay dan Rey serta anak-anak di masa-masa sulit kami mah" ucap Nay penuh cinta sembari melihat wajah sahabat-sahabatnya.
"Aaaaa Nay, kamu bisa ajah deh sini peluk sini sini sini peyuk peyuk peyuk" ucap Vellycia memeluk Dewi sekaligus Nay dengan gemasnya.
Kejadian tersebut diabadikan oleh ponsel mamah Rey yang sengaja memotret ketiga sahabat tersebut. Dengan senyum nya yang manis mamah Rey merasa iri kepada Nay sekaligus rindu dengan sahabat-sahabat dan keluarganya dimasa lalu.
10 ekor ayam bakar pun selesai di bakar, Nay Dewi dan Vellycia membungkusnya dengan daun pisang beberapa untuk di berikan kepada tetangga yang mengelilingi rumahnya, kanan 3, kiri 3, depan dan belakang 3. Setelah Nay, Dewi, dan Vellycia membungkusnya dan memasukan nya kedalam tas bersama dengan camilan buah serta sayur atau lalapan lengkap dengan sambalnya. Tugas Rey, Manuel, dan Anggara pun yang memberikan kepada tetangga-tetangga tersebut.
Sembari menunggu suami-suami mereka datang, ketiga isteri tersebut menyiapkan piring yang di alasi oleh daun pisang hijau yang segar tersebut untuk di tata di tikar. Ketika suami mereka tiba, suami mereka membawa 3 orang bersama dengan mereka.
"Rey siapakah gerangan bapak-bapak ini?" tanya Nay
"Beliau adalah seorang Musafir dari kota Banyuwangi hendak pergi ke kota Ngawi, tadi kami bertemu di depan rumah pak RT, mereka hendak mencari penginapan di sekitar sini"
"Aduh di wilayah ini belum ada hotel atau motel, atau villa juga penginapan. Lantas bagaimana sayang?" tanya Nay kembali
"Maka dari itu kami membawa bapak -bapak ini kemari, agar beristirahat di paviliun, juga makan malam bersama dengan kita" ucap Manuel
"Ia benar sekali Nuel, paviliun sudah bersih alhamdulilah bisa untuk menginap bapak-bapak ini" ucap Dewi
"Baiklah bapak-bapak mari saya antarkan bapak-bapak untuk menaruh barang-barang setelah itu berkumpulah bersama dengan kami, mari kita makan bersama. Janganlah sungkan anggap kami seperti saudara kalian." ucap Anggara
"Baik tuan, terimakasih banyak tuan-tuan dan puan-puan yang sangat ramah dengan tangan terbuka menerima kami seorang musafir nan jauh disana yang tak kalian kenal, namun kalian sangatlah baik kepada kami.
Semoga Allah melimpahkan segala kebaikan keselamatan kemudahan dan perlindungan untuk keluarga dan rumah ini dengan penuh berkah dunia dan akhirat" ucap salah seorang musafir tersebut.
"Aamiin ya Allah, aamiin terimakasih banyak doanya tuan. Baik ikutlah dengan Anggara agar menunjukan paviliun nya. Setelah itu lekaslah bergabung bersama kami disini" ucap Vellycia .
"Baik nona" ucap musafir tersebut.
Anggara pun berjalan bersama bapak-bapak musafir tersebut menuju paviliun atau rumah kosong yang berada di antara rumah Anggara, Rey, dan Manuel. Lahan yang sangat luas tersebut sengaja dibangun oleh mereka rumah inti dan beberapa paviliun atau rumah kosong yang disediakan untuk tamu jikalau ada tamu baik dari keluarga Rey, Nay, Dewi, Manuel, Anggara, maupun Vellycia.
Keramaian di halaman rumah mengundang beberapa tetangga yang tidak sengaja lewat di depan kediaman mereka, dan menyapa mereka dengan sangat ramah. Nay yang langsung menghampiri mereka, meminta mereka untuk bergabung dengan mereka, dengan sedikit memaksa karena mereka sungkan untuk menerima tawaran baik Nay.
Namun Nay meyakinkan untuk mari bergabung dengan nya, jangan ragu atau sungkan. Akhirnya mereka pun mau di ajak makan bersama, di halaman yang semakin ramai tersebut. Manuel pun harus masuk kedalam rumah untuk mengambil beberapa tikar lagi untuk di pasang di halaman yang luas tersebut.
Anak-anak tetangga yakni teman-teman Fatih, Qia, dan Athailah yang lewat depan rumah pun akhirnya ikut bergabung dan bermain dihalaman rumah tersebut. Anak-anak bermain dengan riangnya. Para ayah berbincang-bincang dengan fokusnya. Para ibu mengobrol kan banyak hal. Papah Rey selesai makan dan masuk ke dalam rumah. Sementara mamah Rey berdiri dan berjalan dalam kesunyian sembari melihat langit nan gelap yang dihiasi banyak bintang.