~Kelanjutannya ya kak~
Anak-anak tetangga yakni teman-teman Fatih, Qia, dan Athailah yang lewat depan rumah pun akhirnya ikut bergabung dan bermain dihalaman rumah tersebut. Anak-anak bermain dengan riangnya. Para ayah berbincang-bincang dengan fokusnya. Para ibu mengobrol kan banyak hal. Papah Rey selesai makan dan masuk ke dalam rumah. Sementara mamah Rey berdiri dan berjalan dalam kesunyian sembari melihat langit nan gelap yang dihiasi banyak bintang.
"Mah apa yang mamah lakukan disini sendiri?" tanya Nay menghampiri ibu mertuanya yang sedang duduk di bangku halaman yang jauh dari kerumunan banyak orang.
"Nay, pernahkah kamu merasa sepi walau kamu berada dalam keramaian?"
"Pernah mah, waktu Nay belum mengenal Rey, kak Vellycia kak Dewi kak Manuel dan kak Anggara."
"Mengapa kamu bisa merasa kesepian?"
"Nay berada di keramaian, namun Nay merasa berada di tempat yang sunyi. Nay sedang berkumpul bersama teman dan banyak orang namun Nay merasa sendiri. Bukan mereka yang bersalah namun Nay yang memposisikan diri Nay seperti bayangan yang tak tersentuh dan tak terlihat" jelas Nay
"Caramu mengatasinya bagaimana Nay?" tanya mamah Rey kembali
"Nay berusaha menerima mereka mah, Nay berusaha membuka diri Nay mah?"
"Apa dengan itu kamu bisa tidak merasa kesepian lagi?"
"Ia mah, dengan Nay membuka diri Nay untuk menerima mereka dan membiarkan diri Nay membaur dengan mereka. Waktu demi waktu yang berlalu membuat Nay merasa jika inilah hidup dimana kita berteman, bersuka cita, menangis, dan berduka ada sosok teman, sosok pendamping, sosok sahabat, dan sosok keluarga yang mendampingi Nay menemani Nay selama ini."
"Berarti jika mamah ingin mereka menerima mamah, maka mamah harus bisa menerima mereka terlebih dulu. Begitu kah maksutmu Nay?"
"Ia mah, seperti jika kita ingin di hargai kita harus menghargai orang lain terlebih dulu. Sebagaimana kita ingin mereka menerima diri kita. Maka kita berusaha dulu agar kita bisa menerima mereka mah." jelas Nay
"Apakah kamu bahagia Nay?"
"Alhamdulillah Nay bahagia mah, alhamdulilah Nay sangat bahagia dan bersyukur"
"Apa yang kamu syukuri Nay?"
"Semuanya Mah, Allah sudah sangat-sangat baik terhadap Nay. Allah memberikan Nay. Rey sebagai suami yang sangat bertanggung jawab dan penyayang, diberikan buah hati yang lucu-lucu soleh solehah, diberikan sahabat-sahabat yang Maa Syaa Allah tanpa mereka Nay tidak akan mampu hingga detik ini melewati semua ujian dan cobaan dari segala arah yang datang bertubi-tubi ke diri Nay di awal-awal pernikahan Nay dengan Rey, sebelum memutuskan tinggal di perdesaan seperti saat ini. Serta keluarga yang dulunya Nay pernah kehilangan mereka, namun maha Baik Allah mempersatukan Nay dengan keluarga hingga hari ini."
"Apakah bersama dengan mereka semua membuatmu bahagia Nay? Tidak kah harta tahta kemewahan dan kedudukan status dan segala macam hal yang bisa membuatmu terpandang dan dihormati serta disegani dan ditakuti oleh orang lain yang dapat membuatmu bahagia?" tanya mamah Rey heran
"Tidak mamah, Harta adalah sesuatu yang penting dengan Harta kita bisa memiliki segalanya, mendapatkan semuanya, membeli apapun yang kita mau namun tidak dengan mereka yang penuh dengan cinta kasih ketulusan kasih sayang kesetiaan kepercayaan yang tidak bisa di tukar dan di beli dengan harta berapapun nominalnya mah"
"Mengapa begitu?"
"Terkadang kami yang tinggal didesa tidak mau menilai segala sesuatu dengan uang. Contoh ketika setahun yang lalu Rey minta tolong tetangga untuk memperbaiki pintu dapur. Jika dikota hal seperti ini pasti mendapatkan upah, namun di desa tidak mah, dulu Rey memberikan uang kepada orang tersebut, namun orang tersebut menolak. Dengan alasan, kita ini tetangga, jika ada tetangga yang kesulitan maka kita harus saling membantu dan akhirnya setelah itu ketika Rey meminta bantuan orang tersebut lagi cukuplah dengan membelikan bakso atau kudapan lainnya serta Nay buatkan kopi dan beli rokok untuk orang tersebut. Lalu kita makan bakso bersama sambil bercengkrama didapur. Hal-hal seperti ini lah yang tidak bisa dibeli dengan uang mah.
Rasa kekerabatan dan kekeluargaan yang terbangun bukan karena harta tahta dan kedudukan maupun status atau apalah itu. Rasanya akan berbeda dan terasa lebih ikhlas tulus lahir dan batin itulah tali silahtuhrahmi yang terbangun atau terikat atas dasar kasih mah, bukan segala sesuatu yang dilihat dari segi materi, kedudukan, dan sebagainya" jelas Nay
"Kamu mempelajarinya dimana Nay hal seperti ini?"
"Dilingkungan saat ini mah, saat itu Nay, kak Vellycia, dan kak Dewi sedang berada dirumah tetangga. Tetangga tersebut ada acara 7 bulanan, ibu-ibu di sekitar tempat tinggal beliau pada datang kesana membantu memasak dan sebagainya tanpa diminta tanpa disuruh kami dengan suka hati sukarela dengan senang hati berada disana saling membantu dalam memasak.
Nah waktu itu kami melihat ketika tuan rumahnya mau memberikan uang kepada kami semua yang berada disana, perwakilan dari kami yakni ibu RT, berkata jangan, tidak usah nanti kalau kami dikasih uang, nanti lagi kalau disini ada acara kami tidak mau membantu, kami tidak akan datang kemari lagi, karena kami niatnya disini membantu seperti keluarga layaknya saudara. Ucap ibu RT.
Tuan rumah itupun menangis terharu bahagia, mengucapkan banyak-banyak terimakasih karena kekeluargaan kerukunan seperti ini lah mah yang sangat mahal dan tidak bisa dibeli dengan uang berapapun nominalnya.
Ketika kak Vellycia mengadakan pengajian, kami semua membantu memasak di kediaman kak Vellycia, tetangga-tetangga juga membantu memasak di rumah kak Vellycia, kakak pun tidak memberikan uang. Kakak hanya meminta mereka untuk membungkus sendiri makanan-makanan yang dimasak bersama. Untuk dibawa pulang untuk keluarga dirumah.
Begitu juga sebaliknya mah kami dekat satu sama lain akrab dan seperti keluarga satu sama lain karena kami saling menerima satu sama lain berusaha saling menghargai satu sama lain, dan yang jelas tidak menilai segala sesuatu dengan uang. Seperti inilah kehidupan di desa mah, kehidupan dimana ketenangan bisa kita dapatkan, jika kita mengetahui caranya.
Bahkan dikota pun kita bisa hidup dengan tenang, jika kita mengetahui cara hidup yang baik, namun itu akan sulit karena cenderung ambisi yang kita kejar membuat kita terlena dan melupakan silahtuhrahmi yang seharusnya terikat dan terjalin atas dasar kasih dan ketulusan kini nyaris terkikis secara perlahan mah"
(Bersambung kakak)