WebNovelLove Line69.23%

[LLINE] Ikhlas

Memulai kembali semuanya melupakan yang sudah usai dan kembali membuka lembar baru berharap lembaran berbeda dengan yang sebelumnya.

Dikatakan sulit ya memang sulit namun jika ini jalan yang terbaik kita bisa apa? Jika kita memaksakan belum tentu juga akan berakhir dengan bahagia, Semua itu telah Tuhan gariskan percayalah mungkin itu bukan yang terbaik, ketika kita berpikir positif maka kesulitan itu akan mudah untuk dilalui.

Hari ini hari jumat setelah beberapa hari tidak sekolah akhirnya Liza memutuskan diri untuk masuk sekolah seperti biasa melupakan semua yang pernah terjadi.

"Ayo buruan La, " suara Eza mengalun tidak merdu ditelinga, Eza selalu saja seperti itu kepada Liza tentunya hal itu membuat dirinya kesal.

"Ayo udah kok, " lalu naik ke mobil dan Eza menjalankan mobilnya.

"Kenapa lagi? Meletus lagi iya? " ucap Liza kesal, baru saja setengah jalan mobil yang ditumpangi Eza dan Liza tiba-tiba berhenti mendadak.

Seperti mobilpun mengerti dan enggan untuk bertemu dengan yang seharusnya ia lupakan, Ikhlas itu tidak ada yang ada hanya lama-lama terbiasa karena sebuah ketidak hadiran dan semua baik-baik saja ketika mendengar atau merasakan kehadirannya.

"Mungkin. semoga aja tidak, tunggu sebentar ya " ucap Eza lalu beranjak turun untuk melihat apa yang terjadi dengan mobilnya.

"La? "

"Benar? "

"Iya, " ucapnya ternyata benar dugaan Liza tidak melesat sedikit pun.

"Ala sekolah gimana? "

" Tunggu 5 menit. "

" Lebih baik Abang kasih uang, lalu Ala naik taksi. "

"Tunggu 5 menit La. "

4 menit telah berlalu tiba-tiba Eza menghentikan sebuah mobil, Liza gadis itu tergesa-gesa untuk turun dari mobil yang ia tumpangi karena ia takut terjadi sesuatu diluar pikirannya karena Eza telah memberhentikan sebuah mobil.

" Abang. " teriak Liza ketika Eza berhasil memberhentikan mobil itu dengan langkah cepat Liza berjalan kearahnya.

" Kak Albi? " ia kaget,  ternyata mobil yang Eza hentikan itu milik kak Albi.

"Kasian Adik gue Bi. "

"Emm baiklah. "

" La dengar Abang, kamu berangkat bersama Albi tidak apa-apakan La?  " tanya Eza pada Liza dan Liza hanya menganggukan kepala, apalagi yang biasa Liza lakukan selain mengikuti perintahnya.

Kak Albi membukakan pintu untuk Liza kemudian dirinya masuk kedalam mobilnya setelah berpamitan dengan Eza.

"Bagaimana? " ucap Albi baru membuka suara setelah terdiam tanpa suara.

"Apanya? "  pada Kak Albi.

"Keadaanmu, apakah sudah membaik. "

"Maksud Kak Albi hatiku? Aku sudah membaik lebih dari sekedar baik dan aku sudah melupakannya. "

"Wanita yang baik hanya untuk pria yang baik begitu pula sebaliknya, " ucap Kak Albi dibalas dengan tatapan oleh Liza.

"kenapa? " dengan mata yang fokus kejalanan.

" Ah tidak. "

"Bukalah disana, " ucap Albi menunjuk dashboard mobil, Liza menuruti perintahnya namun ketika hendak membuka bayangan itu kembali muncul bahkan dirinya lupa belum mengembalikan kalung itu.

"Kenapa? "

"Ah tidak, " ucap Liza sedetik kemudian ia menghapus bayangan itu dan membuka dashboard nya.

"Roti susu dan coklat? " tanya Liza kepada Albi.

"Yaa itu untukmu, untuk makan siang. "

"Terima kasih Kak, " ucap Liza padanya kemudian ia menyimpan pemberian itu ke tas.

Sepanjang perjalanan sampai tiba tidak ada percakapan yang keluar diantara mereka, entah malu atau masih asing yang jelas Liza tidak tau.

"Belajar yang baik, " ucapnya ketika ia turun dari mobilnya.

Setelah  Albi pergi dengan mobilnya Liza mulai masuk ke kelas, namun ketika perjalanan menuju kelas Liza bertemu dengan dia.

Pria yang pernah mengisi harinya, dia menyapa Liza dan Alvianpun menyapanya kembali sambil tersenyum "Pagi kembali Pak, "  setelah mengucapkan itu ia pergi mendahuluinya.

"Akhirnya kamu tidak lupa dengan lokasi sekolahmu Liz, " ucap Dira sambil tersenyum ramah.

"Wei lu kira Liza Amnesia apa? " ucap Rio kepada Dira.

"Yoo santai Yo, " ucap Syila sambil mengusap pundak Rio dan sesekali ia tersenyum.

"Kalian apakabar? " tanya Liza kepada mereka dan mereka menjawab baik-baik saja.

"Gimana udah kelar? " tanya Arsan, posisi kita duduk melingkar dikursi.

"Kita tau kok, " ucap Dion, Liza menatap Syila meminta jawaban kenapa mereka bisa tau padahal yang tau masalah ini hanya Liza dan Syila saja.

"Maaf, " ucap Syila.

"Tidak apa, "  kepada Syila.

" Jangan terlalu dipikirkan Liz karena itu tidak baik. "

" Yapp betul, anggap saja ini adalah cara Tuhan memisahkanmu dengan yang bukan seharusnya," ucap Dira dan Rio Liza membalas ucapan mereka dengan tersenyum.

Disekolah para sahabat menghiburnya dan tidak membiarkan masalah itu larut memasuki pikiran Liza, mereka menghibur dengan segala cara agar dirinya bisa kembali tertawa bahagia.

Sepulang sekolah mereka mengajak Liza ke Mall, sempat ia tolak namun bukan Syila namanya jika tak bisa meluluhkan hati Liza.

Kebetulan hari ini sekolah pulang jam 12.00 jadi ada banyak waktu untuk qualitytime bersama para sahabat, memberi ruang masalahku untuk pergi tanpa harus aku antar.

Setelah minta izin ke papah Liza langsung berangkat ke Mall dijemput Arsan dan Dion.

"Kak Risa? " masih ingat dengan Arisa Putri? Jika lupa aku beritahu kak Risa adalah pacarnya Eza.

"Liza? "

"Hai kak sama Abang? " tanya Liza padanya.

"Sendiri. "

"Hah serius? "

"Kenapa harus bohong, biarin aja di kerja Liz. "

"Iyakan nyari modal buat nikahin kakak. "

"Hahaha ada ada saja kamu. "

"Ayo barengan, gak papa kan? " tanyaku pada Arsan dan Dion, mereka mengangguk tidak keberatan. 

"Gak papa nih Kakak ikut kalian. "

" Apasih yang engga buat calon Kakak Ipar Alaiza, '' ucap Arsan diiringi gelak tawa yang berasal dari Dion dan berakhir mereka tertawa sampai memasuki lift.

Ketika sudah sampai ia disambut oleh Syila, Dira dan Rio. Perlahan mereka kaget ketika Syila dengan sengaja menyenggol lengan Dira seperti sedang bertanya, Dia siapa?

"Perkenalkan aku Arisa Putri. "

"Calonnya Bang Eza, " ucap Dion menimpal diakhiri dengan senyum malu kepada Risa karena telah memotong bicaranya.

"Oh, Hallo aku Syila. "

" Aku Dira adiknya Dion. "

"Abang Dira, " ucap Dion ketika Dira memanggilnya tanpa embel-embel abang yang biasa Dira gunakan.

" Oh jadi kalian kembar. "

" Iyaa betul, ini Upin ini Ipin, " ucap Rio disambut gelak tawa oleh Risa.

" Huss enak aja, " sambil mencubit lengan Rion.

" Sakit Dira, kan emang iya kembar. "

" Dan aku Rio, " ucap Rio memperkenalkan Dira.

" Aku Arsan. "

" Dan aku_______ "

" Adik iparmu, " ucap Rio memotong.

🌌

18.20 Wib

Malam sudah tiba, kumandang suara panggilan Sholat telah terdengar 20 menit yang lalu. Namun Liza dan Risa belum juga pulang.

Bukan mereka tidak mau pulang bukan, tapi karena mereka terjebak macet dijalan. Mereka mengira hari ini tidak akan macet tapi ternyata perkiraan mereka meleset sempurna.

Liza gadis itu berkali kali ia mengecek handphone nya karena bergetar, namun Risa melarang untuk menjawab telpon itu dan berkata " Biarkan saja Liz. "

"Apakah Kak Risa punya dendam? "

"Aku kesal kemarin dia meninggalkan aku di cafe sendirian. "

"Kenapa? "

"Karena telpon dari klien, hingga melupakan aku. "

"Ck hahah, dan aku jadi korban. "

"Sekali saja, " ucapnya diakhiri dengan senyuman.

"Baik-baik. "

ABANG.

'Ala pulang, Abang kasih waktu 5menit kalau engga pintu gak akan abang buka. '

"Dia mengancam, " ucap Liza pada Risa sambil memperlihatkan pesan dari bang Eza.

"Kita lihat saja nanti, " ucap Risa sambil tersenyum sinis.

"Kayaknya Kakak seneng banget, " namun dibalas senyuman olehnya.

Setelah menaklukan kemacetan akhirnya kita sampai tepat di pukul 19.00 Wib, beruntung Liza sudah memberitahu papah Rama bahwa dirinya akan pulang telat dan juga pulang bersamaRisa. Awalnya Papah bingung dengan Risa namanya asing ditelinga Papah, mau tidak mau akhirnya Liza menjelaskan siapa itu Kak Risa setelah dijelaskan tenyata Papah akrab juga dengan calon menantunya.

"Liat Abangmu, apa-apaan dia emang kita takut " ucap kak Risa dibalik jendela mobil ketika melihat abang sudah di depan pintu dengan lengan dilipat di dada.

"Seperti preman bukan. "

"Preman hati maksud Liza, " ucap Liza lagi-lagi dibalas gelak tawa olehnya. Setelah merencanakan sesuatu akhirnya aku memulai rencana itu dengan berjalan kearah abang sambil tersenyum.

"Apa senyum-senyum? "

"Ehh Abang, maaf ya handphone Ala mati. "

"Alasan. "

"Sudah jangan masuk, udah telat " ucap Eza kemudian berbalik dan kembali masuk kedalam rumah.

"Yakin? " ucap Risa dibelakang Liza dan suaranya cukup membuat langkah abang terhenti.

"Yakin sayang? " ucapnya lagi.

"Risa sayang? " ucap abang dengan tersenyum.

"Kok kamu disini? "

"Kamu yang kenapa ada disini. "

"Inikan rumah aku, " ucap abang.

"Rumah orangtuamu bukan rumahmu jadi kamu gak bisa melarang Liza untuk masuk, " ucap kak Risa dan abang menatap Liza seolah bertanya kenapa ada pacarnya disini.

"Itu hanya bercanda sayang. "

"Ninggalin di Cafe juga bercanda, sayang? "

"Bukan, itu.. Ituu.. Aku lupa "

"Yatuhan masa lupa sih Bang, " ucap Liza mengobarkan perang.

"Diam Ala. "

"Yaudah aku minta maaf, " ucap abang.

"Udah aku maafin. "

"Terus kenapa kamu u___ "

"Ungkit, " tambah Liza.

"Bukan aku yang bicara yaa, itu Ala yang bicara. "

"Supaya kamu ingat, bukan mengungkit."

"Sampai jumpa saya masuk dulu " ucap Liza tidak ingin ikut perang, kemudian masuk kedalam rumah meninggalkan Risa dan Abang yang masih saja berdebat diluar, cocok memang mereka jika berjodoh. Abang yang cuek dan ka Risa yang manja.

Dengan siapapun nanti abang berjodoh, Liza harap abang mendapatkan wanita yang baik bukan hanya mencintai abang tapi juga mencintai semua keluarganya abang. Dan begitu pula abang sebaliknya.

Karena menikah itu bukan hanya menyatukan hati, tapi juga menyatukan dua keluarga yang berbeda menjadi satu ditambah dengan Cinta, kasih dan sayang. Dan dari situlah kedamaian dan kerukunan akan kita dapatkan.