WebNovelLove Line76.92%

[LLINE] Hari Kelulusan

Pesta kelulusan telah dimulai, inilah yang dinantikan oleh para murid akhir semester.

Kelulusan adalah sesuatu yang ditunggu namun juga bisa menjadi sesuatu yang menyedihkan karena berpisah dengan teman dan para sahabat serta dengan guru dan para stafnya.

Ada saatnya kita berucap kata 'hai' dengan agak gugup dan ada saatnya berucap kata 'semoga kita bertemu kembali' dengan berat hati, setiap pertemuan ada perpisahan sungguh tidak ada yang Abdi di alam semesta ini.

"Kamu kuliah disini kan Liz? " tanya Dira kepada Liza.

"Iyaa, " ucap Liza dengan senyum manisnya.

"Maafkan kami, " ucap Dion membuat para sahabatnya terdiam.

"Kalian mau kuliah disini bukan? " tanya Syila memastikan, ia berharap Dion dan Dira membatalkan kuliah diluar negri ya.

"Aku dan abang Dion akan melanjutkan ke Luar negri. "

"Serius? " ucap Rio tidak menduga ternyata mereka akan berpisah dengan Dira dan Dion.

"Iyaa. "

"Kita gak akan halangi, jika itu yang terbaik untuk kalian pergilah " ucap Arsan bijak.

"Arsannn, " ucap Dira lalu memeluk Arsan, Arsan yang baru pertama kali dipeluk Dira terdiam mencerna apa yang sedang Dira lakukan kepadanya.

"Diraa jangan nangis, " ucap Arsan namun masih diam tidak membalas pelukan Dira, Dira akhirnya sadar apa yang dia lakukan ia melepaskan pelukannya lalu beralih memeluk Liza, bertujuan menghilangkan kegugupannya karena lancang memeluk Arsan.

"Diraa, jangan nangis. "

"Engga Liza, Dira hanya sedih " ucap Dira lalu melepas pelukannya.

"Kapan Dira akan berangkat? " tanya Rio kepada Dira.

"Besok. "

"Secepat itu? " tanya Arsan kaget.

Dion tersenyum, disini dia merasa ada sesuatu yang aneh namun dia kembali berpikir positif. Mungkin pikiran ini terjadi karena dia sedang bersedih "Iyaa, maafkan kami " sambil tersenyum masam.

"Ayo kita kesana, acara sebentar lagi akan dimulai, " ucap Liza kemudian menarik tangan Syila dan Dira.

Beberapa jam telah mereka habiskan, setelah acara selesai mereka melanjutkan sesi photo bersama para temannya yang lain. Berbaris rapi ada yang berdiri ada pula yang berjongkok setelah semua rapi kamerapun mulai siap untuk memotret.

1

2

3

Cekrek.

"Ganti gaya. "

Ckrek

Setelah selesai acara pemotretan kini saatnya Liza dan kawan-kawan melakukan pemotretan, acara pemotretan telah selesai.

"Liat aku bawa kamera, aku coba dulu ya, " ucap Syila kepada para sahabatnya. Objek pertama yang ia dapatkan adalah sepasang pria dan wanita sedang berbincang.

"Liat objek pertamaku, " ucap Syila bangga.

Liza, Dion dan Rio mendekati Syila mereka terkejut ternyata objek pertama Syila adalah "Dira dan Arsan? " tanya Rio kemudian menatap Dira dan Arsan yang masih saja asik mengobrol.

"Dira liat di kamera ada kamu sama Arsan, " ucap Dion sang abang kepada saudara kembarnya.

"Aku? '' tanya Dira kepada Arsan.

"Ayo kita liat Dir, " uca Arsan mengajak Dira untuk melihat.

Syila memberikan kameranya membiarkan Dira dan Arsan untuk melihat hasil potretannya, Liza mengira Arsan akan marah ternyata dugaannya salah "Gak dihapus san? " tanya Liza kepada Arsan.

Dira meminta untuk dihapus gambarnya namun Arsn menolak " Biarkan saja jangan dihapus, " ucap Arsan lalu tersenyum kepada Dira.

"Kenapa san? " tanya Dira.

"Biar jadi kenangan, " ucap Arsan berharap Dira tidak keberatan. Ketika mereka sedang asik memotret tiba-tiba seseorang datang menghentikannya.

"Maaf ada Alaiza? " ucapnya.

"Pak Alvian? " ucap Syila.

"Liza sedang ketoilet pak, ada apa? " tanya Rio kepada Alvian.

Alvian tersenyum masam ketika tidak menemukan Liza " Tidak ada apa-apa terimakasih. "

"Sama-sama. "

" Gue bingung deh yang belum move-on itu Liza atau pak Alvian sih? " tanya Rio.

"Sepemikiran, " ucap Dion.

"Suttt udah nanti Liza dengar, " ucap Rio ketika melihat Liza sudah kembali dari toilet.

"Selamat atas kelulusanmu La, Abang bangga kepadamu. "

"Iya abang terima kasih, Ala senang kalau Abang bangga pada Ala, " ucap Eza kemudian memeluk dirinya dan tak henti-hentinya mencium kening Liza sang adik.

"Kita makan yuk, " ucap Eza.

"Ayoo, " sedikit tambahan. Papah Liza datang kok ke acara kelulusan malah sampai selesai dan mengabadikan momennya bersama putrinya yang kini telah beranjak dewasa, dan ketika pulang Rama lebih dulu pergi karena ada meeting dikantornya, Liza juga tidak keberatan jika Rama sang Papah pulang lebih dulu.

"Tapi Ala mau ganti pakaian dulu ya Bang. "

"Okee nanti Abang berhenti di tempat yang ada toilet nya dan enak dibagai ganti baju. "

"Makasih Bang. "

"Sama-sama. "

Setelah Liza mengganti pakaiannya Eza kembali menjalankan mobilnya, dalam waktu beberapa menit akhirnya mereka sampai di cafe yang Eza maksud.

"Abang ketoilet dulu ya. "

"Iyaa jangan lama, Ala pesan duluan ya " ucap Liza dibalas anggukan oleh Eza.

Liza menghabiskan 10 menit untuk menunggu Eza perlahan dirinya mulai khawatir dan kesal, beberapa kali dia mengecek handphonenya beberapa kali pula dia mengecek jam tangannya.

15menit telah berlalu, Liza kesal pikiran buruk mulai menghantuinya ucapan Risa terngiang di otaknya Liza bercaya bahwa Eza meninggalkan dirinya.

"Lebih baik aku pulang! " ucap Liza lalu bangkit dari duduknya ketika hendak melangkah pergi seseorang lebih dulu mencekal lengannya.

"Lep___ " ucap Liza menggantung.

"Duduk dulu ya, " ucap Alvian melepas cekalannya.

"Liza mau pergi. "

"Maafkan saya Amor. "

"Ini Liza bukan Amora. "

"Baik, Liza duduk dulu beri saya kesempatan. "

"Liza harus pergi. "

"Beri saya kesempatan untuk memperbaiki, saya mohon Liza saya ingin semuanya membaik duduk dulu yaa. "

"Baik, " ucap Liza menurut lalu kembali duduk.

Sebelum Alvian memulai obrolan Alvian lebih dulu memesan makanan untuk dirinya dan tak lupa untuk wanita di sebelahnya yang pernah mengisi harinya namun terpisah karena sebuah perbedaan.

"Bapak mau ngomong apa sama aku? " tanya Liza kepada Alvian, Alvian diam tak bergeming 'ini pertama kali kamu menyebut dirimu aku Mor, semarah itukah? '-Tanya Alvian kepada dirinya.

"Selamat atas kelulusan mu Amora.. Ah Liza. "

"Terima kasih. "

"Kamu masuk 5 besar? Selamat kamu hebat, " Liza meraih juara ke 3 di sekolahnya dan untuk juara pertamanya adalah Arsan ketua murid dua periode itu.

"Iyaa, terima kasih. "

"Saya minta maaf, " sambil menatap Liza namun sepertinya Liza gugup di tatap oleh Alvian.

"Aku sudah memaafkan Bapak, ini bukan salah Bapak ini takdir maafkan aku tidak bisa meninggalkan Tuhanku pak. "

"Terima kasih Amor, aku tau percayalah aku bukan yang terbaik untukmu dalam ibadahmu bukankah kamu meminta yang terbaik? " tanya Alvian menatap Liza dengan lekat.

"Ya. "

"Maka bukanlah aku yang terbaik itu, Tuhan memisahkan kita karena tuhan tau aku bukan yang terbaik untukmu, aku bukanlah pria yang diizinkan Tuhanmu. "

"Percayalah, Tuhan akan membuktikan yang terbaik selepas ini, " sambil tersenyum masam.

"Iya, Amiin. "

"Aku ingin mengembalikan ini, " ucap Liza lalu mengeluarkan kalung milik Alvian yang selama ini selalu ia simpan di tasnya berharap bertemu pada waktu yang tepat dengannya.

"Terima kasih, " kemudian mengambil kalung itu.

"Maaf aku mau pulang lebih dahulu. "

"Biar saya antar, " ucap Alvian.

"Tidak usah terima kasih, " Selepas mengucapkan itu Liza pergi meninggalkan Alvian.

"Aku merasa asing denganmu Mor, bukan ini yang aku inginkan aku tau bagaimana perasaanmu padaku tapi aku tidak bisa membalasnya karena itu sama saja dengan menyakitimu, aku ingin mencegahmu untuk pergi aku ingin mengantarmu untuk pulang tapi aku tidak bisa, aku merasa gagal maafkan aku. "

Dibawah cahaya lampu jalanan dibawah cahaya rembulan seseorang tengah menangis sambil menyusuri jalanan yang sedikit lenggang.

"Aku mencintaimu Pak, tapi Tuhan tidak mengizinkan aku aku pernah berharap kau akan menjadi suamiku membimbingku, maaf maaf maafkan aku berharap lebih. "

"Pengharapan ini membuatku terluka Pak, aku mencintaimu aku merindukanmu aku rindu semua tentang Bapak aku tidak ingin asing seperti ini tapi aku tidak bisa melawan egoku, maafkan aku. "

"Alaiza? " tanya seseorang Liza tergesa-gesa menghapus air matanya.

"Kak Albi? Sedang apa? "

"Kamu kenapa? Nangis? "

"Ah engga, "

"Ada masalah dengan Alvian? " tanya Albi membuat Liza terkejut bagaimana Albi bisa tau.

"Engga, " Liza menggeleng namun air matanya malah terjatuh disaat yang tidak tepat.

"Alaiza tenang jangan menangis, " ucap Albi mengusap bahu Liza tanpa memeluk.

"Iya, " sambil tersenyum. Albi mengajak Liza untuk pulang bersamanya dan bersyukur Liza mau ikut pulang tanpa harus diminta 3kali.

Setelah Liza masuk mobil dan setelah Liza nyaman dengan duduknya Albi mulai menjalankan mobilnya, sepanjang perjalanan tidak ada oboralan diantara mereka hanya ada keheningan.

Ketika sedang memandang keluar jendela handphone Liza bergetar menandakan ada notifikasi yang masuk, "Handphone mu bergetar " ucap Albi kemudian Liza mengambil handphonenya.

08577826****

08577826****

Liza Selamat atas kelulusanmu, aku senang akhirnya kamu menyelesaikan sekolahmu dengan baik.

ANDA.

Terima kasih, kamu siapa?

08577826****

Aku Aditya, dapat nomormu dari calon kakak iparmu.

ANDA.

Oh kak Adit, iya.

08577826****

Liza sedang apa? Aku ingin memberi hadiah untukmu.

ANDA

terima kasih sebelumnya tapi maaf aku tidak bisa menerimanya lebih baik kakak kasih saya ke orang lain.

"Alaiza siapa? " tanya Albi ingin tau.

"Emm.. Temen Liza. "

"Oh iya, sebentar lagi sampai aku gak bisa antar kamu kedalam karena harus pulang ada sesuatu yang mendadak. "

"Iya tidak apa, terimakasih. "

Terlupa sudah Liza membalas pesan Aditya karena perbincangan nya dengan Albi, ketika sudah sampai digerbang Albi lebih dulu membuka pintu mobil untuk Liza.

"Ah terima kasih, aku masuk dulu. "

"Sama-sama. "

Setelah dirasa Albi telah pergi Liza mulai masuk kedalam rumahnya, hal yang pertama ia temui adalah Eza sang Abang yang sedang asik menonton televisi, Liza geram padanya ia mendekat kemudian mencubit paha Eza, Eza menggunakan celana pendek dan itu memudahkan Liza untuk mencubit Eza dengan kelas.

"Sakiiittttt, " ucap Eza lalu memukul tangan Liza.

"Sakit iyaa sakit! "

"Apaan sih La. "

"Kenapa sayang? Pulang-pulang kok gitu. "

"Bang Eza ninggalin Liza di cafe, Pah " ucap Liza tegas Rama menatap Eza.

"Engga sengaja Pah. "

"Masa gak sengaja Pah, gak masuk logika kan. "

"Abang minta maaf. "

"Abang Eza gak hanya ninggalin Liza saja Pah, bang Eza juga pernah ninggalin kak Risa di cafe. "

"Bohong itu. "

"Mau Liza telepon? "

"Sudah, Eza jangan diulangi kamu pria harus menjaga wanita jika ingin di hormati maka jangan lupa hormati wanita lindungi dia, hargai dan muliakan wanita karena wanita itu ibarat gelas-gelas kaca, Paham Abang? "

"Abang Paham? " ucap Liza ikut serta.

"Iyaa Papah. "

"Bagus, " ucap Rama lalu pergi meninggalkan Eza dan Liza.

"Hormati, hargai, muliakan lindungi satu lagi, " tanya Liza.

"Apa? "

"Jangan lupa beri harta, " ucap Liza lalu bergegas pergi meninggalkan Eza.

KAK ADITYA

ADITYA

Baiklah tapi aku harap kamu tidak menolak untuk diajak berbelanja.

ANDA

Aku tidak bisa.

"Kenapa kak Adit melanjutkan Chatting ya? " monolog Liza.

KAK ADITYA

Kalau jalan-jalan bagaimana?

"Maafkan aku, kita beru kenal menjaga jarak bukankah tidak apa-apa. "

Setelah menyimpan handphonenya Liza diam memandangi awan, semua tentang Alvian mengganggu pikirannya Liza terluka namun untuk harus bagaimana Liza tak tau.

Liza tidak pernah menyesal mengenal Alvian karena Alvian mampu merubah dirinya, sempat mengisi kekurangan dalam dirinya namun kini kekurangan itu menjadi kehampaan.

"Izinkan aku melupakanmu. "