WebNovelLove Line96.15%

[LLINE] Hallo kembar?

Menyakinkan hati bukanlah perkara mudah salah sedikit sembuhnya lama, bukankah begitu?

Mencoba mencari pemilik hati dengan keraguan yang menyelimuti diri namun akankah hati tetap bisa bermuara di tempat yang seharusnya?

Harusnya bisa karena keraguan itu hanya perlu bukti untuk meyakinkan.

''Mau kemana sih? " tanya Eza kala melihat Liza yang sedang mengecek tas selempangnya.

"Mau main. "

"Sama? " tanya Eza.

''sendirilah, mau nyobain. "

"Beneran? "

"Iy___ "

''Sayang? Eh Liza mau kemana? " tanya Risa ketika hendak memanggil Eza namun teralih karena melihat Liza yang sudah rapi dengan pakaiannya.

"Mau main kak, bye Liza pergi dulu " ucap Liza lalu berlari ke gerasi mobil.

Hari ini Liza mencoba menenangkan hatinya dari keraguan dengan cara memanjakan diri.

Suara mobil terdengar, asap dari knalpot mobil ataupun motor mulai keluar diudara sebagian pengguna jalan mulai menutup kaca mobil dan sebagian pengendara motor mulai memakai masker terlepas dari itu ada juga yang acuh terhadap polusi udara.

Suara musik mulai terdengar dengan volume pelan seperti menemani setiap perjalanan.

Ting

Suara pesan masuk menghentikan nyayian Liza, Liza melihat sebentar lalu menyimpannya kembali ia tidak ingin main handphone sambil menyetir karena masih ada sang papah yang harus ia bahagiakan dan masih ada sang abang yang harus dia banggakan.

Suara pesan itu berubah menjadi suara telepon, Liza memasangkan handsetnya terlebih dahulu kemudian mengangkat telepon itu.

Hai?

Ucap seseorang diseberang sana.

Hai?

Liza how are you?

Aku baik-baik saja, kak Adit apa kabar?

Kabar aku baik, ini nomor baruku aku minta maaf baru mengabarimu.

No problem.

Liza sedang apa?

Aku sedang menyetir.

Sendirian? Mau kemana?

Entah.. Jalan-jalan mungkin.

Emm kalau tidak keberatan bolehkah aku ikut gabung? Kebetulan aku sedang diluar.

Emm boleh.

Nanti searchlock yaa.

Iya.

Setelah telephone berakhir Liza menyimpan kembali headset dan handphonenya, kemudian berpikir apakah dirinya salah atau tidak membiarkan orang yang baru dikenal ikut bersamanya?

Liza mencoba berpikir positif 'mungkin tak apa', ucapnya meyakinkan terus melajukan mobilnya tanpa tujuan, sungguh dirinya bingung ingin kemana.

KAK ADIT

KAK ADIT

Kok belum dikirim, emm gimana kalau kita ke taman bermain yang ini?

Pesan dari Adit, kemudian Adit mengirimkan lokasinya.

"Engga terlalu jauh, okelah."

.

.

"Kak Adit?" Ucap Liza tepat dibelakang Adit yang sedang duduk tanpa memainkan handphone.

"Hai, ayo duduk."

"Terima kasih, " ucap Liza lalu duduk dikursi yang sama dengan Adit.

"Kak Adit lagi liatin apa tadi?" Tanya Liza penasaran dengan objek yang membuat Adit terpesona.

Adit menujuk sesuatu, sesuatu itu adalah sepasang anak kembar berjenis kelamin lelaki dan perempuan, mungkin kakaknya adalah yang lelaki. Dan kemudian Liza menatap objek yang sama dengan Adit.

Anak kembar yang sedang mereka lihat itu berusia 5tahunan mereka berlari kesana kemari dan sang kakak memegang adik perempuan kembarannya supaya tidak jatuh, dan sesekali sang kakak memberi adiknya minum lalu membiarkan untuk duduk beberapa menit. Pergerakan mereka tak luput dari pengelihatan orangtuanya namun hal itu tak membuat sang anak tidak bebas.

Tong...tong.

Bunyi penjual eskrim lewat suaranya terdengar nyaring oleh sepasang anak kembar, sang adik melepas pegangan kakaknya kemudian berlari kearah ibunya.

"Kamu mau? " ucap Adit mengalihkan fokus Liza.

"Emm boleh, " ucap Liza, ketika Adit akan menghampiri penjual eskrim Liza malah meminta ikut dan akhirnya mereka berdua menghampiri penjual eskrim bersamaan dengan keluarga kecil anak kembar yang baru saja menjadi tontonan mereka.

"Hallo kakak? " ucap anak perempuan kepada Liza sambil tersenyum manis memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan bersih.

"Hai, " ucap Liza membalas lalu berjongkok menyamakan tingginya.

"Nama aku Lea, dan yang sedang beli eskrim itu Aa Alqa " ucapnya memperkenalkan diri.

"Hai Lea, Alqa kakaknya Lea? "

"Iya kakak, nama kakak siapa dan baba kakak namanya siapa? "

"Nama kakak Liza dan baba ini namanya kak Adit, "

"Ooo.. Baba Adit dan kak Liza, kakak punya pum? Umi Lea punya pum "

"Pum itu a____ "

"Lea ayo sayang, maaf kak Lea memang suka bersosialisasi. "

"Gak papa mbak, aku juga senang bisa kenal Lea " ucap Liza kemudian orang tua si kembar itu mengajak Adit juga Liza untuk bergabung bersama mereka, dengan canggung Liza menerima tawarannya.

"Umi, punya pum kan? " tanya Lea kepada Zara, orangtua Lea dan Alqa.

"Iyaa kak, kan suka umi bawa sayang. "

"Kakak Liza bawa pum? " tanya Lea membuat Liza dan Adit heran, pum? apa itu?

"Pum apa mbak? " tanya Liza memberanikan diri, namun bukan Zara yang menjawab tapi Lea sambil mengusap perut Zara.

"Astagfirullah, " kaget Liza membuat semuanya diam.

"Kak Liza kenapa? " Ucap Alqa.

"Baba kak Liza kenapa? " ucap Lea kepada Adit.

"Kalian sudah menikah? "

"Engga mbak, kami hanya teman dan ini teman abang aku " ucap Liza tanpa menyadari ucapannya membuat hati Adit tergores, Liza tidak menyadari tapi Egi suami Zara menyadari.

"Lea doain biar kak Liza punya Pum kayak umi."

"Lea gak boleh gitu sayang. "

"Kok gak boleh umi? "

"Lea, kak Adit dan kak Liza belum kayak umi dan baba, " ucap Egi menjelaskan.

"Kak Egi maaf, Baba itu? " tanya Adit.

"Baba itu kaya umi sama baba. "

Lea saudara kembar Alqa yang fasih dalam berbicara dan berani menampilkan sisi keberaniannya, keberanian Lea kali ini membawa Adit kembali menyakinkan hatinya untuk berhenti disiapa.

Berterimakasih banyak kepada kepolosan Lea menjadikan seorang Liza terdiam seperti merasakan sebuah rasa, namun Liza tidak ingin menyimpulkan segala hal yang diluar perkiraannya.

"Kita pulang dulu ya mbak, " pamit kepada Zara, Egi, Alqi dan Lea.

ketika hendak pulang Adit mengajak Liza untuk membeli martabak telur, ketika sedang duduk bersama Liza ponsel Liza bergetar nama Albi muncul dilayar handphonenya membuat Adit seperti ditampar dengan sebuah kebenaran bukan takdir.

Sama teman kak.

Ucap Liza ditelpone, memang Adit siapa? Bukankah Adit itu teman Liza? Lalu mengapa harus terlukai.

"Liza sudah, " ucap Adit.

Ya sudah, Liza mau pulang dulu kak.

"Ayo kak."

"Ayo."

Satu hal yang membuat Adit menyakinkan bahwa Liza pilihannya adalah "menikahi Zara bukanlah hal yang mudah, jika Adit berpikir Zara menerima saya Adit salah, Ketika saya meminang Zara ia menolak saya namun berjalannya waktu tak lupa dengan perjuangan dan akhirnya Zara menerima saya, namun saat itu terjadi kesalahan pahaman diantara kami Zara mengira saya berselingkuh. Zara melihat saya dan Nira makan bersama di sebuah restoran, Zara tidak mengetahui Nira adalah saudara hampir bisa disebut saudara kandung."

" Hampir disebut saudara kandung?"

"Iyaa, saya dan Nira adalah saudara sepersusuan, setelah dari sana keluarga Zara menolak saya Ibunya Zaralah yang menentang keras bagi saya untuk nikahi Zara. Saya berserah diri kepada Tuhan melepaskan semuanya dan tak henti berikhtiar akhirnya setelah 1tahun Nira memberitahukan bahwa keluarga Zara memberikan kembali restunya."

"Adit, jika saya melihat Zara dan jika saya bosan saya selalu ingat bagaimana dulu kerasnya perjuangan saya, jangan melepaskan apa yang telah kamu genggam dan perjuangkanlah hal yang belum kamu genggam."