9

" Udah lama Bang ?".

" Baru aja Kok ".

Ray amat gembira, Faisal adalah orang yang paling ia rindukan dalam hidupnya, Faisal juga punya perasaan yang sama, apalagi mereka memang sudah lama tidak saling bertatap muka, hampir Enam tahun sudah, terakhir mereka ketemu saat ayah Ray meninggal dunia, lepas itu tak lagi jumpa.

" Kamu udah besar Ray ".

" Abang juga makin ganteng ".

" Macam aja kau Ray ".

Mata Faisal tak berkedip melihat wajah Ray, menatap Ray bagi Faisal bagaikan memandang wajah almarhum ayahnya waktu muda. Faisal bagai tak mau lepaskan pandangannya, dan Ray hanya ketawa kecil aja dan merapatkan kepalanya kedada Faisal.

Walau Ray dan Faisal beda usia cukup jauh, lebih dari 10 tahun tapi Ray dan Faisal cukup akrab. Bukan hanya karena tempat mereka yang lumayan berjauhan, tapi memang hanya Ray dan Faisal yang merupakan cucu Kakek mereka dari ayah.

Ayah Faisal dan ayah Ray hanya berdua kakak beradik, dan masing-masing mereka hanya punya anak tunggal, baik Ray maupun Faisal sama-sama yatim, ayah mereka sudah lebih dulu pergi.

Ayah Ray yang duluan walau lebih muda, dan ayah Faisal menyusul dua tahun kemudian, walau kakek mereka masih segar bugar sampai sekarang.

" Wawak gimana Bang ?".

" Sehat ".

" Kakek ?".

" Kurang tau Ray, abang kemari dari Medan langsung, ngga' singgah di kampung ".

Ray tak bisa menutupi rasa gembira yang tinggi dengan kehadiran Faisal, mereka memang tertawa, tapi jelas sekali kalau dimata Ray dan Faisal ada air bening yang diam-diam mengalir tanpa mereka bisa halangi sedikitpun.

" Kuliahnya udah selesai Bang ?".

" Udahlah.. udah tiga tahun malah ".

" Sekarang gimana, Abang kerja dimana ?".

" TELKOM ".

" TELKOM ? ".

Faisal anggukkan kepala. Ray amat bahagia karena Faisal udah kerja ditempat yang menurut Ray amat baik dan besar. Ray juga punya keinginan seperti itu, ingin kuliah dan dapat kerja yang lumayan agar bisa membahagiakan Ibunya.

Ray ingin Ibunya ngga' perlu banting tulang seperti sekarang ini. Ray berdiri, buka sepatu, ganti pakaian, dan kembali duduk disamping Faisal.

" Enak dong Bang "

" Yah.. begitulah Ray. Semuakan harus kita syukuri, apapun yang kita dapatkan adalah anugerah ".

" TELKOM itu perusahaan besar bang ".

" Iya sih ".

Ray dan Faisal kembali berbagi senyum. Faisal pijit-pijit bahu Ray denga lembut. Faisal senang melihat pertumbuhan fisik Ray yang lumyan cepat, bahkan mereka sekarang udah sama besar.

Faisal amat bahagia dapat memandang wajah Ray lama-lama, wajah Ray amat mirip dengan wajah ayah Faisal, bahkan bak pinang dibelah dua.

Amat jarang orang mirip dengan wawaknya, Ray salah satunya, Ray malah amat mirip, perbedaannya Cuma dikit aja, ayah Faisal sekidit kurus, sedang Ray berisi.

" Kok bisa kemari ?".

" Kunjungan kerja ".

" Lama Bang ".

" Cuma 2 hari aja ".

Ray dan Faisal sama keluar, makan bareng dengan Ibu Ray yang terus menerus membelai kepala Faisal, bahkan dengan titik air mata. Ibu Ray memang amat sayang pada Faisal.

Ada keunikan dalam keluarga Ray, Ibu Faisal dulu saat melahirkan Faisal sakit parah karena keracunan Pil, hingga orok Faisal diurus oleh Ibu Ray yang saat itu masih gadis, Ibu Ray sendiri adalah adik kelas Ibu Faisal, yang juga tetangga.

Saat itulah ada pertemuan dengan ayah Ray, mereka saling jatuh cinta, dan menikah.

Ibu Ray amat sayang pada Faisal, Ibu Ray menganggap Faisal bagai anaknya sendiri, apalagi setelah menikah dengan pamannya Faisal, ayah Ray.

Sore udah datang. Ray dan Faisal belum juga selesai cerita. Ada aja kamus yang mereka bahas, mulai dari pekerjaan, pengalaman, hingga sampai kepada wanita.

" Abang udah punya pacar ?".

" Udah ".

" Kapan Nikahnya ?".

" Kapan-kapan ajalah ".

" Kok main kapan-kapan ?".

" Ya.. Kapan-kapan ".

Ray merengut. Faisal hanya tertawa saja, tapi Faisal ambil dompetnya dan tunjukkan photo seorang cewek yang ada disana. Ray langsung menyambarnya dan melihat dengan seksama.

Ray kesal. " Abang ada aja ".

" Kenapa ?".

" Inikan photo Nia Ramadhani ".

" Masa ?".

" Ya.. iyalah. Sejak kapan abang jadi Bams Samsons, macam-macam aja ".

" Masa sih ?. mirip ya ?'.

" Ngga' betul ini ".

" Masa ?. Lihat yang benar dong ".

" Ngga' ada ".

Faisal makin kencang tawanya, apalagi lihat wajah Ray yang merengut, persis kaya' anak kecil yang disuruh berhenti bermain, padahal sedang asyik-asyiknya menikmati permainan.

" Kamu punya ?".

Ray menggeleng. " Ngga' ada ".

" Masa ?".

" Ngga' ada yang mau Bang ".

" Masa ".

" Ya memang ngga' ada ".

.... Bersambung ....