Bastian kembali duduk, melihat Bastian duduk Ray juga ikutan duduk, Ray pungut kertas yang tadi dilemparkan Bastian dan mengembalikannya pada Bastian, tapi Bastian melemparkannya lagi kemuka Ray, tapi kali ini luput, Ray mampu mengelak.
" Dengar Ray.. ".
" Apa lagi ?".
" Aku temanmu, aku tak mau ada teman yang bergelimang halusinasi ".
" Maksud kamu ?".
" Hidup ini bukan Film India ".
" Tapi Bas ".
" Kita dengan orang-orang seperti Tantia punya banyak hal yang berbeda ".
" Aku ngga' paham Bas ".
Bastian berdiri lagi. " Cinta itu adalah nyata, Nyata itu adalah Dunia, Dunia itu punya dua unsur Utama, Harta dan tahta ".
Ray sama sekali tak punya kesempatan menjawab, Bastian sudah tinggalkan Ray yang masih bengong dengan ungkapan Bastian, dan Bel terdengar jelas.
Ray juga berdiri tinggalkan pustaka setelah kembali memungut kertas yang tadi dilempar Bastian padanya, Ray keluar pustaka dan buang kertas yang ditangannya ketong sampah.
Ray melangkah cukup gontai. Ray amat terkejut dan sedikit tersinggung dengan apa yang baru ia dapatkan dari Bastian yang selama ini Ray kenal baik, hingga Ray amat terkejut Bastian mampu lakukan hal itu padanya.
Justru yang ada dalam otak Ray adalah, Bastian sama dengannya, punya rasa yang sama terhadap Tantia, dan Bastian berusaha cegah Ray agar menjauhi Tantia, dengan begitu Bastian bisa lebih leluasa.
Entah kenapa Ray juga coba untuk bisa hilangkan bayangan Tantia dari pelupuk matanya, tapi Ray hanya bisa sukses dalam tiga hari.
Hari keempat setelah tak pernah melihat wajah Tantia, Ray yang jadi kelabakan sendiri.
Tak ada yang enak dimata Ray, duduk tak enak, baca tak enak, semua serba tak enak sama sekali, bahkan belajar juga dimata Ray bagai sebuah pentungan yang menghajar kepalanya tanpa dapat minta ampun walau sedikit. Hingga yang paling ditunggu Ray adalah Bel istirahat.
Boleh dikatakan, pucuk dicinta ulampun tiba. Selangkah Ray keluar kelas, ada wajah Tantia didepannya. Tantia yang tersenyum manis sekali. Tentu membuat dada Ray makin tak tentu, Ray langsung dekati Tantia.
" Ray.. ".
" Ada apa Tan ?".
Seperti sepakat, Ray dan Tantia duduk berdampingan dengan Ray dipot bunga yang ada didepan ruang kelas Ray.
Mereka duduk amat rapat, bahkan bahu mereka saling bertemu satu sama lainnya, kalau Ray melirik kesamping, dipastikan wajah Ray hanya berjarak sekian jari aja dari wajah Tantia yang halus mulus.
" Kamu kenal Bu Olivia ?".
" Bu Olivia ?".
" Kenal Ray ?. itu yang guru Komputer kita waktu SMP dulu, ingat ?'.
Ray mengangguk. " Oh iya.. kenapa ?".
" Bu Olivia itu gila kali ya ?".
" Kenapa Tan, kok gila ?".
" Dia itu masih gadis kan ?'.
" Masih muda itu, paling berapa tahun umurnya, aku pikir belum sampai 30 tahun, emang kenapa Tan ".
" Dia nikah dengan ayahku ".
" Masa sih ?".
" Akad nikahnya Sabtu depan. Sekarang aku punya dua ayah dan dua ibu, aneh juga sih ".
" Kok aneh ?".
" Lucu aja ".
Ray tersenyum aja. Tapi hebat juga ayah Tantia itu, ia mampu dapat anak gadis, yang Ray tahu kalau Bu Olivia itu orangnya cukup cantik.
" Kamu datang ya Ray ".
" Ngapaian aku disana ?".
" Bantu-bantu aku ".
" Okey ".
Hanya tinggal senyum, Tantia tinggalkan saja Ray yang husap muka. Ingin rasanya kalau andainya Tantia berlama-lama duduk bersama Ray, ketawa dan bercanda bersama, apalagi hati Ray ingin sekali katakan satu kata aja pada Tantia, kalau Ray punya rasa cinta didalam hatinya.
Waktu terus cepat berlalu, Tantia kini sudah punya tawa lagi seperti Tantia waktu kelas II dulu, Ray sudah punya strategi yang menurutnya jitu bagaimana cara terbaik untuk ungkapkan cintanya yang amat suci pada Tantia.
Persoalan yang rumit justru Ray tak punya nyali yang cukup untuk ungkapkan rasanya, belum lagi pertimbangan lain yang terus sudutkan Ray terutama dari Bastian.
" Kamu datang juga Bas ?".
" Amat salah kalau kita diundang dan punya kesempatan yang besar lantas ngga' datang ".
" Udah lama ?".
" Kebetulan aku ngga' punya jam ".
Kening Ray berkerut tajam. Ray semakin tak ngerti dengan perubahan sikap Bastian, sejak Ray dulu katakan kalau Ray suka Tantia dan ingin jadikan Tantia jadi pacarnya, Bastian selalu ketus dan bicara asal keluar pada Ray.
" Bas.. ".
" Ya.. ".
" Kamu kenapa sih ?".
" Aku kenapa ?".
" Aku merasa kamu berubah sejak beberapa bulan ini, kamu kenapa sebenarnya Bas ?".
" Perubahan apa ?. Asal ngomong kamu ".
" Tapi Bas, aku… ".
" Nyari masalah aja kamu ".
.... Bersambung ....