"Iya Halo ...", jawab Nathan dengan suara khas bangun tidurnya.
"Liany ... eh ini nomor Liany kan? Nathan ya?", tanya suara di seberang. Nathan melihat HP yang ada ditangannya dan ia baru menyadari itu HP Liany.
"Tika ya? Sebentar ya, Liany masih tidur. Penting banget ngga?", tanya Nathan.
"Penting banget, bangunin dong", ujar Tika.
"Sayang ini Tika telepon cari kamu", ujar Nathan sambil menggoncang kan tubuh Liany pelan dan menyodorkan HP Liany.
"Iya Tika, kenapa?", tanya Liany sambil bangun dan mengumpulkan semua nyawanya.
"Gawat. Foto kamu dengan Nathan muncul di Mading Kampus. Foto kalian sedang makan bersama dengan Alex dan Oskar. Ada yang bilang kamu pelakor rumah tangga Nathan", seru Tika antusias.
"Lantas kenapa?", tanya Liany masih belum sadar.
"Liany bukannya kamu yang mau pernikahan mu dirahasiakan? Sekarang kamu malah dituduh sebagai pelakor rumah tanggamu sendiri", ujar Tika.
"Kenapa?", bisik Nathan.
Liany menekan tombol speaker di HP nya sehingga suara Tika terdengar juga oleh Nathan.
"Nathan ada bersama mu? Kamu mending ngga usah ke kampus dulu ya", ujar Tika menasehati.
"Loh ngapain aku takut, aku ngga salah kok. Tenang aja ya. Ngga apa-apa kok. Nanti aku ke kampus sebentar mau kasih laporan magangku dulu sambil mau ambil formulir untuk cuti semester depan", ujar Liany.
"Iya kamu cuti aja dulu biar hilang dulu beritanya", ujar Tika.
"Tika aku ambil cuti karena papa sakit. Papaku terserang stroke jadi aku akan menggantikan pekerjaannya di LH Group. Surat kuasa papa telah di tandatangani dan disahkan oleh pengacara papa dan LH Group. Jadi aku sekarang menjadi CEO sementara LH Group", ujar Liany menjelaskan.
"Hebat, makan-makan dong. Eh tapi om Hendrawan uda sehatkan? Ngga yang gawatkan stroke nya?", tanya Tika khawatir.
"Selamat ya Liany", teriak Denny di dekat Tika.
"Syukurlah papa hanya kena stroke ringan tapi tetap harus terapi. Hei aku cuma sementara jadi CEO LH Group. Aku masih harus menyelesaikan skripsi ku dulu baru aku bisa menjadi CEO sesungguhnya", ujar Liany.
"Ngga apa-apa, walaupun sementara tapi kan juga nanti akan jadi yang sebenarnya. Jadi gimana ni soal Mading?", tanya Tika.
"Nanti aku diskusi dulu sama Nathan ya. Ya Uda aku mau mandi dulu ya, baru bangun nih", ujar Liany.
"Oke. Bye Liany semangat ya buat kalian berdua", ujar Tika lalu menutup teleponnya.
"Nathan boleh tanya jujur?", tanya Liany melihat ke arah Nathan yang sedang memeriksa smartphone nya di sofa.
"Hmm apa?", tanya Nathan. Liany mendekati lalu duduk disebelahnya.
"Apakah kamu mencintaiku?", tanya Liany pelan.
Nathan menghentikan aktivitasnya dan ia menatap mata Liany yang duduk disebelahnya. Nathan lalu menaruh tabnya di meja dan tangannya mengambil tangan Liany lalu menggenggam nya erat.
"Kamu tau kenapa aku mau menikahi kamu dan mengikuti semua persyaratan kamu?", tanya Nathan. Liany menggeleng lemah.
"Itu karena aku telah mencintaimu sejak kecil. Mungkin kamu ngga ingat, dulu waktu kita kecil, hampir setiap bulan kita bermain bersama. Sempat kamu yang down saat papa kamu menikah dengan mama Linda tak lama setelah kematian mama kandung kamu, aku ada disana mendengarkan semua keluhan mu. Sejak saat itu, aku berjanji pada diriku sendiri kalau aku akan menjagamu dan mencintaimu dengan sepenuh hatiku", ujar Nathan lembut.
"Kamu ini yang selalu aku sebut pengikut ku kah?", tanya Liany tak percaya.
"Iya, kamu selalu menyebut ku pengikutmu. Nana kecil panggilanmu untukku", ujar Nathan.
"Astaga?", Liany terkejut tak percaya.
"Waktu papi tugas ke keluar negeri, mau ngga mau aku dan mami harus ikut papi ke sana. Kita berpisah sudah sekian lama", ujar Nathan menatap Liany dengan penuh cinta.
"Setiap saat aku selalu membayangkan wajahmu. Aku selalu bilang sama papi kalau kamu itu adalah calon menantunya, makanya aku selalu berusaha yang terbaik agar saat aku bertemu lagi denganmu, aku bisa membahagiakan kamu dengan materi dan cintaku", ujar Nathan lembut.
"Kenapa kamu yakin aku tidak akan ada yang memiliki saat kamu kembali?", tanya Liany.
"Aku selalu menyelipkan namamu dalam setiap doaku, dalam setiap sujudku di sepertiga malam. Papi juga sebenarnya sempat ragu karena dia pikir cintaku padamu hanya cinta anak kecil, cinta monyet. Dia sempat yang meragukan orientasi seksual ku karena aku tak pernah membawa teman perempuan manapun untuk dikenalkan pada mami papi", ujar Nathan.
"Apa karena doamu ya, aku selalu memandang pria dengan sebelah mata?", tanya Liany.
"Benarkah?", tanya Nathan.
"Beneran deh. Saat aku remaja, teman-teman ku banyak yang mulai mengenal cinta namun perasaanku pada kaum pria hanyalah rasa pertemanan biasa. Aku hanya maunya berteman tidak mau lebih makanya aku selalu membohongi teman pria yang mau dekat denganku dengan mengaku sebagai anak orang tidak mampu", ujar Liany.
Nathan mencium tangan Liany yang ada digenggamannya.
"Tapi saat papa memintaku menikah denganmu, ada perasaan aneh menghinggapi hatiku. Bahkan kamu tak tau, seminggu sebelum kita menikah, kak Denny mau mengenalkan ku dengan temannya tapi aku benar-benar menolak tidak mau. Aku tidak mau mengkhianati kamu walaupun aku belum pernah bertemu denganmu", ujar Liany tersenyum.
"Karena aku adalah belahan jiwamu dan kamu juga belahan jiwaku", ujar Nathan lalu memeluk Liany.
"Nathan aku sudah siap. Mari kita umum kan pernikahan kita. Kalian boleh merilis foto pernikahan kita disitus kalian demikian juga aku, aku akan merilis foto kita di situs LH Group. Aku mencintaimu Nathan", bisik Liany.
Nathan kaget mendengar perkataan Liany yang terakhir, dia memegang kedua pipi Liany dan menatap dalam kedua manik mata Liany.
"Aku mencintaimu", ujar Liany lagi dan kali ini Nathan tersenyum lalu mencium bibir istrinya lembut dan kemudian dia memeluk tubuh istrinya erat.
"Aku juga mencintaimu", ujar Nathan.