WebNovelIneffable30.23%

Berbeda-13

Marisa Mall tidak pernah sepi pengunjung, apalagi malam hari. Seolah semua orang sengaja keluar dari rumahnya saat petang, tentu saja karena ini awal bulan. Kebanyakan orang akan berbelanja bulanan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Bagian dalam lantai satu memang dikhususkan untuk kebutuhan rumah tangga. Ada banyak diskon di awal bulan untuk sebagian besar barang, membuat Ratna dan Ivy menatap penuh takjub.

Keduanya mendahului Davis dan Alenia yang berjalan bersisian. Mereka tak ubahnya menjadi anak kecil yang sedang mengunjungi toko permen yang warna-warni.

Mereka berempat naik ke lantai dua dengan eskalator, melihat ke seluruh lantai dua yang luas sekali, ada banyak toko-toko yang menjual barang mereka dengan diskon fantastis.

Segera keduanya melesat pergi memasuki salah satu toko, sementara Davis dan Alenia hanya mengikuti dari belakang. Ratna mengambil gantungan pakaian, ia bertanya pada puterinya apakah baju itu cocok dengannya? Ivy mengiyakan. Begitu sebaliknya hingga lengan-lengan mereka dipenuhi pakaian.

Alenia merasa keduanya berlebihan, apalagi menggunakan uang gaji pertama suaminya. Bukan karena pelit, tetapi kebutuhan lainnya belumlah terbeli. Ia melihat Davis sedang memainkan ponselnya menjauh dari Alenia.

"Dav, kita belum beli kebutuhan bulanan," kata Alenia mengingatkan.

"Iya, habis selesai ini, kita ke bawah sekalian belanja bulanan. Kamu enggak beli baju juga? Ambillah mana yang kamu suka dan jadikan satu sama Mama dan Ivy."

"Bajuku sudah banyak, Dav." Alenia mengelak.

Davis mengambil sehelai gaun selutut untuk Alenia, warnanya putih dengan brokat yang halus bermotif bunga mawar. Ia mencocokkan gaun itu pada tubuh Alenia, ukurannya pas dan cantik.

Alenia melihat harga yang tertera, ia menatap suaminya dan mengambil gaun itu untuk dikembalikan.

"Lebih baik untuk kebutuhan lain, Dav." Alenia mengembalikan gaun pilihan Davis.

"Gaun ini untuk makan malam kita besok, kamu harus pakai dan dandan yang cantik." Davis mengambil kembali gaun itu, tersenyum pada Alenia yang menolaknya.

"Wah, gaunnya manis sekali, Kak Al!" Ivy datang dan menyentuh gaun putih itu.

"Betul 'kan Vy, cocok buat Alenia?" tanya Davis.

"Cocok banget! Tapi ada yang kurang, ahaa high heels-nya!" Ivy mengiyakan.

"Bawa ini ke kasir juga dan carikan high heels yang cocok dengan ini, Vy." Davis meminta Ivy membawa gaun itu ke kasir bersama belanjaan lain.

"Siap!" Ivy menyambar gaun itu, segera membawanya ke meja kasir.

Davis membayar menggunakan kartu ATM-nya, ia berbalik mengajak Alenia mengikuti adik dan mamanya yang pergi ke toko sebelah. Alenia ingin menolak karena ia tak biasa berbelanja seperti ini, sejak ia lulus sekolah, ia mati-matian membiayai hidupnya sendiri, tak mau memberatkan ibunya yang mencari uang siang dan malam.

Ivy dan mama mertuanya sudah memilih dan mencoba high heelsnya, sementara Alenia hanya duduk melihat satu per satu pengunjung yang sibuk mencoba banyak pilihan sepatu hak tinggi dengan harga mahal. Cantik, semuanya cantik jika dipakai.

Ia melihat ke arah Davis yang menunggu di luar, duduk di bangku besi berwarna putih sambil tetap memainkan ponselnya. Terkadang ia tersenyum atau tertawa kecil, Alenia menerka suaminya itu sedang bermain game online yang sedang booming, COC.

Tatapan mata mereka bertemu, Davis memberi kode Alenia untuk memilih satu sepatu berhak tinggi, sementara ia kembali menekuni ponselnya. Tangan Alenia terulur untuk mengambil sepasang sepatu yang anggun.

Davis membayar semua sepatu yang dibeli wanita-wanita cantik dalam hidupnya itu dengan mudah seolah ia tak takut jika uang gajinya tak cukup untuk makan sebulan.

Ivy memberi dua barang belanjaan berisi gaun dan tas berisi dus sepatu yang dipilih Alenia. Ivy berbalik menatap Davis sambil memegangi perutnya, pertanda tenaga mereka sudah terkuras sebab berkeliling memilih barang.

"Dav, aku sudah masak di rumah, kita makan di rumah saja, ya?" tawar Alenia yang memang sudah memasak makanan di rumah.

"Makanan di rumah paling hanya cukup untuk kita dan Mama, kalau Ivy? Kamu tahu 'kan porsi makan Ivy seperti apa?" tanya Davis.

Alenia menurut saja saat langkahnya dibawa ke restoran yang ada di lantai dua Marisa Mall. Ia berpikir sejenak dan bertanya-tanya.

Berapa gaji Davis sebulan? Dia sudah mengeluarkan uang untuk membayar gaun-gaun dan sepatu, sekarang mampir ke restoran daging yang mahal begini? Ya Tuhan, ini terlalu boros.

Alenia menatap tas belanjaan dua wanita di depannya, ada sekantung besar tas belanjaan berisi baju mertuanya, sama halnya dengan Ivy.

Ia taksir belanjaan mereka saja lebih dari satu juta.

Davis selesai memesan, ia meminta para wanita menunggu hidangan disiapkan sementara harus pergi ke toilet. Ia berdiri di depan wastafel toilet pria mencuci tangan dan usai mengeringkan tangan saat ponselnya berbunyi.

"Dav, gimana? Mama dan Ivy senang 'kan?" tanya suara wanita di seberang telepon.

"Senang sekali, mereka berbelanja puas seperti keinginanmu, terima kasih, ya," ujar Davis sangat lembut pada wanita di seberang.

"Baguslah, aku senang mereka menikmati acara belanja mereka. Oh ya, isterinu gimana? Kamu belikan juga 'kan? Kalau uangnya kurang aku transfer lagi." Wanita itu menawar.

"Enggak kurang, malah masih banyak sisanya. Kamu sedang apa? Di mana?" tanya Davis masih dengan suara selembut kain sutera.

"Aku sedang di kamar, nonton TV. Aku merasa nyaman jika sedang di rumah Mama, Kian sepertinya lama di luar negeri." Wanita itu mejelaskan, Manda Nidya.

"Ya sudah, kita lanjut besok lagi, aku takut Alenia curiga." Davis memutuskan.

"Iya, sampai jumpa besok, Dav." Manda mengiyakan.

"Selamat malam, Cantik. Jangan tidur malam-malam." Davis berpesan pada Manda penuh kemesraan.

"Janji." Manda berjanji.

Davis keluar dengan wajah sumringah. Uang yang ia keluarkan untukbbersenang-senang malam ini bukanlah uang hasil keringatnya bekerja dari pagi hingga sore, melainkan dari Manda yang tadinya menjanjikan mengajak Ratna dan Ivy jalan-jalan, tetapi badannya merasa tak enak badan.

Terang saja ia merasa senang, dikarenakan uang gajinya tak berkurang sepeser pun. Ia kembali duduk di meja resyoran dengan pesanan makanan sudah datang. Kembali Alenia menatap suaminya, ia merasa jika suaminya sudah berlebihan memanjakan mama dan adiknya.

Davis menenangkan kekhawatiran isterinya dengan mengajaknya mulai menyantap makan malam mereka. Alenia merasa lidahnya dimanjakan oleh kelezatan rasa steik yang dipesan Davis. Benar lezat dan empuk sekali, rasa masakanya sendiri tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan steik ini.

Usai mereka makan, dengan perut kenyang Ratna dan Ivy meminta pamit duluan karena lelah dan mengantuk. Sementara Davis dan Alenia masih perlu berbelanja kebutuhan bulanan mereka di rumah.

Davis tak mengeluh seperti dulu jika diajak berbelanja kebutuhan rumah, yang capek atau malas. Sekarang? Ia bahkan mau mendorong troli berisi beberapa sabun mandi, cuci dan piring, botol sampo dan sejumlah barang lainnya. Alenia merasa suaminya berbeda, tapi ia suka perubahan suaminya ini meski terlalu tiba-tiba.